" Kuberitahu, kesempatan nggak akan datang kembali untuk orang yang gemar mengabaikannya. "*
*
*
*
*
*" ABANG JANGAN CUMA DIAM! "
Bobby mengelus dadanya terkejut begitu mendengar suara teriakan makian dari Gracia yang melegar keras ditelinganya. Membuat Bobby sendiri cukup merasa menyesal karena tadi sudah memutuskan untuk mengangkat telfon dari Adiknya itu.
Bobby sendiri sebenarnya sudah menduga bila cepat atau lambat, Gracia pasti akan segera menghubunginya untuk memaki - makinya karena ulahnya yang memang kemarin telah membuat Cici tersayangnya itu menangis.
" Kamu mau Abang ngomong apa? " Sahutnya datar.
Gadis itu terdengar cukup geram mendengar respon Bobby, bahkan berulangkali Bobby bisa mendengar gadis itu mendengus kesal. " Abang tuh ya ihh!! Kenapa sih hobi banget bikin kepalaku sakit!! "
" Serius deh pokoknya Abang ini udah keterlaluan banget! Aku gak habis pikir sama Abang. Bisa - bisanya Abang malah mutusin buat pergi ke Madrid tanpa ngabarin apapun ke Cici. Abang tau gak?! Ci Shani itu panik dan khawatir banget nyariin Abang kemana! " Gracia terus bergerutu, seolah emosinya telah dibuat naik pitam oleh Kakak laki - lakinya itu.
Bobby merasa kepalanya seketika menjadi penat mendengar segudang omelan dari Gracia padanya hari ini. Adik tersayangnya itu tampaknya memang begitu marah padanya karena keputusannya yang tiba - tiba menghilang dan meninggalkan Shani tanpa pemberitahuan apapun.
Ah, memangnya ia dengan senang hati melakukan ini?
Ck, percayalah ..
Bahwa memutuskan untuk pergi menjauh dari sisi gadis itu adalah hal terberat yang pernah ia lakukan seumur hidupnya. Bahkan hal itu sukses membuatnya merasa hampir gila. Karena terlalu sering bertengkar dengan imajinasinya yang selalu dipenuhi oleh bayang - bayang Shani. Kapanpun dan dimanapun bahkan saat ia tengah tertidur pun, pemuda berkacamata itu masih harus menemui Shani didalam mimpinya.
Meninggalkan Shani adalah sebuah penyiksaan untuk dirinya.
" ABANG JAWAB DONG! KOK MALAH DIEM AJA! " Gracia kembali berteriak kesal karena tak kunjung mendapat respon dari Bobby.
Bagaimana Bobby dapat menjawabnya? Bila Gracia ini terus memakinya tanpa memberikannya jeda untuk menjawab. Seolah memang gadis itu tak mengizinkan Bobby untuk memotong ucapannya sampai ia sendiri menyampaikan seluruh kemarahannya yang memuncak.
" Abang nggak tau harus bilang apa, mungkin sekiranya kalimat maaf juga nggak bisa menjadi cukup untuk mewakili kebodohan yang udah Abang lakuin. " Bobby pun akhirnya mengeluarkan suaranya.
" Ck! Duh Abang ini ihh! Btw terus kenapa kemarin bisa ada suara cewek lain sama Abang, Abang ini nggak beneran lagi selingkuh kan?! " Pekik Gracia kembali.
Bobby menghela napasnya kasar begitu mendengar tuduhan Gracia barusan terhadapnya.
Hah .. bagaimana bisa dirinya berselingkuh? Bila semua waktu yang ia miliki itu hanya dihabiskan untuk memikirkan Shani seorang. Untuk melepas satu gadis dari pikirannya pun sudah mempersulit dirinya apalagi ia memiliki yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apples Of The Eye
FanfictionTentang jatuh untuk mencintai. Tentang patah untuk memperbaiki. Tentang rapuh untuk menguatkan. Tentang hilang untuk ditemukan. " You are a moment i could live forever. "