" And for that moment, everyone know Shani Indira Natio was the luckiest girl in the world. "
*
*
*
*
*Bobby baru saja kembali dari luar. Dia menutup pintu kamarnya buru - buru, lalu dengan cepat mata elangnya sudah menangkap sosok istrinya yang saat ini tengah tertidur diranjang. Pemuda berkacamata itu hanya dapat menghela napasnya panjang sebelum memang akhirnya ia memilih untuk melanjutkan langkahnya menghampiri kesayangannya itu.
" Sayang, aku udah pulang. " Tutur Bobby tangannya bergerak mengelus puncak kepala Shani lembut.
Gadis itu membuka matanya perlahan, lalu wajahnya berseri begitu mendapati suaminya telah kembali pulang. " Yeay! Akhirnya sayangnya aku pulang! " Serunya bersemangat langsung memeluk Bobby erat.
Bobby mengulas senyum tipisnya melihat reaksi istrinya yang menggemaskan bak seakan anak kecil dimatanya, sejak kehamilan gadis itu diperjelas oleh sang dokter memang tingkat kemanjaan Shani itu jadi semakin menjadi dengannya.
Ya contohnya seperti ini.
Maunya hanya selalu ingin ditemani dan dilayani oleh Bobby seorang.
" Huft kamu tuh lama banget sih perginya! Aku bete banget tau nungguin kamu sampe ketiduran gini. " Gerutu Shani mulai mengerucutkan bibirnya gondok.
Mendengar keluhan istrinya, Bobby pun langsung mengangkat tangan kirinya menunjukan sebuah kantung plastik hitam yang sejak tadi memang sudah dibawa - bawa olehnya setelah ia kembali pulang kerumah.
" Hmm kalo emang gak mau lama, tolong kamu itu ngidamnya jangan yang susah dicarinya. Butuh waktu 4 jam loh aku ngelilingin jakarta cuma buat nyari pesanan kamu, tapi ya mau gimana emang semua tukang martabak yang aku datengin itu gak ada yang jual. " Jawab Bobby lesu, ekspresi wajahnya memperlihatkan seberapa frustasinya ia ketika mencari permintaan random dari gadisnya.
Shani mengerutkan dahinya, jawaban Bobby sukses membuatnya seketika menekuk wajahnya tersindir. " Oh terus pesanan yang aku minta jadinya gak ada hm? " Tanyanya sorot matanya mulai menajam ke arah Bobby.
Bobby kembali menarik napas panjang dan menghelanya secara perlahan, ia tetap berusaha untuk bersikap lebih tenang dan sabar untuk menghadapi istrinya yang memang sedang sensi sekali terhadapnya sejak tadi.
" Ya mau aku cari sampai ke ujung dunia juga gak bakalan ketemu kali. Lagian pesanan kamu itu bener - bener nggak normal tau, mana ada sih tukang martabak yang jual martabak telur bebek pakai daging belut. " Balas Bobby, ia hanya menggelengkan kepalanya masih tak bisa percaya.
Bahkan hal itu sempat membuat Bobby langsung mengelus dadanya begitu ia mendengar permintaan Shani yang tiba - tiba memintanya untuk membeli martabak telur tapi bisa - bisanya dengan daging belut.
Bagaimana batin Bobby tak meracau coba ketika mendengarnya? Bagaimana bisa pemuda berkacamata itu tak akan frustasi untuk mencarinya? Bahkan meski harus mencarinya sampai ke kutub utara pun, permintaan gadis itu tak akan pernah ditemukan olehnya.
Penjual martabak mana sih yang menyediakan pesanan abnormal begitu didalam menu hidangannya?
Bobby sungguh masih tak habis pikir dengan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apples Of The Eye
FanfictionTentang jatuh untuk mencintai. Tentang patah untuk memperbaiki. Tentang rapuh untuk menguatkan. Tentang hilang untuk ditemukan. " You are a moment i could live forever. "