2/10

1.9K 341 14
                                    

Karena terbiasa dibangunkan oleh suara alarm, rasanya aneh ketika aku dibangunkan oleh teriakan melengking seseorang.

"[NAME], CEPAT BANGUN!"

Siapa pula [Name] itu?

"AKU TAHU KAU PENGANGGURAN, TAPI SETIDAKNYA JADILAH PENGANGGURAN YANG BERGUNA! DAN CEPAT BAYAR UANG SEWAMU!"

Hey, aku bukan pengangguran! Aku punya pekerjaan. Meski pekerjaanku hanya ... Hanya .... Eh? Aku bekerja sebagai apa ya? Kok aku tidak ingat? Ah, sudahlah. Itu bisa kuingat lagi jika aku ingat nanti.

Dengan malas, aku membuka mataku dan duduk di atas tempat tidur. Belum selesai aku mengumpulkan nyawa yang tercerai-berai, teriakan itu kembali terdengar dari luar pintu.

"CEPAT KELUAR, [NAME]! JIKA KAU TIDAK KELUAR, MAKA AKU YANG AKAN KELUAR!"

Ngelawak nih orang.

Aku hanya menggeleng sebelum bangun dari tempat tidur. Saat aku berjalan melewati cermin yang menggantung di dinding kamar, kakiku berhenti saat itu juga.

"Eh? Yang barusan itu ... Aku?"

Untuk menyingkirkan segala keraguan, aku lantas mundur perlahan hingga aku bisa melihat pantulan diriku, maksudku pantulan orang yang balas menatapku di cermin itu.

Orang itu seorang perempuan, tentu saja. Rambutnya berwarna [hair color], dan matanya memiliki warna [eye color] yang jernih.

Siapa orang ini?

Saat aku melambaikan tanganku, sosok dalam cermin itu melakukan hal yang sama. Bahkan saat aku mengupil pun dia mengikuti gerakanku.

"Apa ini? Aku ganti wajah? Memangnya ada yang semacam itu? Bukankah hanya ada ganti kulit? Atau, apakah aku sedang bermimpi?"

Saat pemikiran terakhir itu melintas di kepalaku, seketika kutampar lah wajahku.

Plak!

Anying, syaked.

"Bukan mimpi."

Jelas bukan mimpi, karena panas di pipiku terasa nyata. Begitu pula cap lima jarinya.

Sungguh membagongkan.

Tanpa menunggu lama, aku langsung berlari untuk membukakan pintu. Mungkin orang yang masih setia menggedor material kayu itu bisa memberiku penjelasan atas situasi yang membingungkan ini.

Ceklek!

"KAU LAMA SEK-...."

"Dunia apa ini?" tanyaku memotong kalimatnya.

Aku harap ini bukan dunia tipu tipu.

"Hah?" Wanita paruh baya di depanku hanya bisa cengo begitu pertanyaan itu terlontar dari mulutku. "Apa yang kau bicarakan?"

Aku tidak mengindahkan kata-katanya karena langsung kututup pintu itu dan kembali berlari menuju ruang tamu untuk menyalakan televisi.

Klik!

Setelah tv menyala, aku hanya bisa menganga.

Di televisi itu tengah menampilkan wajah yang tidak asing dalam ingatanku. Sosok itu adalah sosok yang menjadi simbol perdamaian.

"All... Might?"

Ya, itu All Might. Sang Pahlawan Nomor Wahid. Kau tidak mungkin salah mengenalinya. Pakaian Amerika ketat, rambut kuning berkilau, serta senyum Pepsodent-nya. Dia benar-benar All Might!

Apa artinya semua ini?

Apakah ini mimpi?

Plis, jangan membuatku menampar diriku sendiri lagi. Ini jelas bukan mimpi.

Lalu? Kenapa aku berada disini? Apakah aku sudah mati?

Di televisi itu All Might terlihat tidak terlalu tua seperti saat dia pensiun menjadi seorang pahlawan. Aku bisa menebak bahwa mungkin aku terdampar disini beberapa tahun sebelum manga asli My Hero Academia dibuat.

Menyadari kenyataan itu, aku hanya bisa tertawa bahagia.

"Serius aku masuk isekai? Kok seneng ya? Hahaha."

Menyelamatkan Penjahat || Shigaraki Tomura x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang