"Astaga Jean! Kemana lagi sih itu anak?"
Gerutuan Azmi yang duduk di sofa tunggal membuat Jinan mengalihkan pandangan ke arah Kakak pertamanya itu. Tangan kanannya yang mengapit pulpen di antara jari jempol, telunjuk dan tengah tergerak perlahan, maniknya menatap prihatin menyorot pada sosok Azmi yang sibuk berkutat dengan hpnya sendiri.
"Bang, Mas Jean kenapa lagi?" Akhirnya Jinan menanyakan sesuatu yang tadi bersarang di benaknya.
Azmi menghela nafas pelan sebelum menjawab pertanyaan Jinan. "Jean belum pulang, keluyuran kayak biasa. Tapi ini ditelpon nggak jawab juga. Takutnya keburu Ayah pulang daripada dia, bisa habis dihajar Ayah lagi dia," jelas Azmi yang hanya mendapat anggukan dari Jinan.
Selesai bertanya pada Azmi, Jinan bangkit dari duduknya setelah membereskan semua buku miliknya yang berserakan di atas meja kaca ruang tamu. Langkahnya dibawa menuju pintu rumah. Menyingkap sedikit korden jendela di samping pintu, mengamati halaman rumah dan jalanan yang nampak sepi- tidak ada tanda-tanda Jean akan datang.
"Mas Jean mah suka bikin gelisah, nanti kalau dihajar Ayah malah minta obatin. Cih! Nyebelin! Untung Mas-ku, kalau bukan udah kusayat kali muka gantengnya itu," gumam Jinan tanpa mengalihkan pandangannya dari penampakan halaman yang pencahayaannya remang-remang karena hanya lampu teras yang menerangi halaman luas itu.
Benar kata Jinan, Jean itu nyebelin, paling suka nyari masalah sama Ayah padahal dia sendiri tahu konsekuensi ngelanggar peraturan yang sudah Ayah buat. Contohnya sekarang, Jean belum pulang juga padahal waktu sholat isya udah lewat sejam. Padahal kata Ayah, mereka bertiga harus sudah ada di rumah sebelum sholat isya. Terlebih sebentar lagi Ayah bakal pulang. Jinan takut kalau Jean babak belur lagi gara-gara ngelawan omongan Ayah- secara, Jean itu yang paling jarang nurut sama Ayah.
"Ji, Abang nyari Jean dulu ya, kamu jaga rumah sendiri nggak pa-pa kan?" Suara Azmi mengintrupsi lamunan Jinan.
"Kalau Abang nyusul Mas Jean, nanti malah Abang yang kena amuk Ayah," balas Jinan mendebat.
"Daripada Jean makin babak belur? Lebam di mukanya dua hari yang lalu aja belum sembuh," jawab Azmi kekeuh.
Dengan cepat Jinan beralih posisi di depan pintu. Menghalangi Azmi yang baru saja mau membuka pintu. "Abang jangan sok kuat, nanti kalau Abang nyari Mas Jean, malah Abang juga ikut dihajar Ayah. Sebulan yang lalu kena lemparan bola basketku aja sampai pingsan. Aku nggak mau ya liat Abang di-opname cuman gara-gara babak belur," kata Jinan dengan mata sipitnya yang makin menyipit- maksudnya ingin mengintimidasi Azmi, tapi sayangnya Azmi malah dibuat gemas karena ekspresi wajahnya.
"Nggak usah kayak gitu, kamu lucu jadinya," tanggap Azmi sambil mendorong pelan jidat Jinan.
"Abang, aku serius!"
"Abang juga serius. Abang mau nyari Jean, selambat-lambatnya dia pulang, nggak pernah sampai hpnya nggak bisa ditelpon. Pasti ada apa-apa," jelas Azmi sarat akan khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Ingin Pulang ; Mark Jeno Jisung
Teen Fiction"Rumah itu bangunan yang dibentuk dari susunan pondasi, dinding terus atap. Tapi fungsinya lebih dari itu, selain jadi tempat tumpuan, tempat sandaran dan tempat berteduh, rumah juga bisa jadi tempat kita mencari sesuatu yang nggak akan pernah kita...