18. Beri Jinan Penjelasan

1.5K 206 29
                                    

Overthingking ini ....
Janganlah cepat berlalu ....

"Nanti Ayah jelasin, tapi kamu beresin piring bekas makan malam dulu ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nanti Ayah jelasin, tapi kamu beresin piring bekas makan malam dulu ya?"

"Nggak, Jinan mau denger penjelasan Ayah sekarang." Sekali saja, biarkan Jinan keras kepala dengan pilihannya. Sekali saja, biarkan Jinan menentukan pilihannya sendiri. Sekali saja, biarkan Jinan bebas terlepas dari segala tuntutan Ayah. Hanya sekali, tapi Jinan tidak pernah bisa mendapatkan apa yang benar-benar dia inginkan. Selalu dan setiap saat, Jinan tidak pernah lepas dari segala obsesi dan keinginan Ayah.

Jinan juga manusia. Jinan juga bisa lelah. Jinan juga bisa marah seperti Ayah. Jinan juga bisa merasa putus asa seperti Azmi. Bahkan Jinan juga bisa merasa muak seperti Jean.

Menjadi yang paling muda di rumah bukannya membuat Jinan merasa dimanja dan paling disayang, alih-alih diperlakukan penuh dengan kelembutan, Jinan malah mendapat tekanan gila-gilaan dari Ayah. Menjadi batu lompatan dari segala mimpi dan ekspektasi Ayah untuk anak-anaknya yang belum bisa diwujudkan oleh Azmi dan Jean.

Sebenarnya, apa keinginan Ayah?

Kalau Ayah tahu Jinan bukan anaknya, kenapa Ayah membebani Jinan dengan sebegitu teganya selama Bunda sudah tidak ada?

Benci, marah, sedih, dan terpuruk, semua emosi bercokol di benak Jinan, mencari emosi mana yang lebih mendominasi Jinan saat ini. Sesak adalah satu kesatuan dari sekian banyak emosi yang bercokol di benaknya, hingga air mata tidak terbendung lagi dan Jinan malah menangis tanpa suara.

"Jinan anak Ayah."

"Bukan, Jinan bukan anak Ayah." Jinan menggeleng tegas meski air mata terus mendesak turun membasahi wajahnya.

Ayah berdiri mencoba mendekati Jinan, tapi Jinan ikut berdiri dan mundur menghindar dari Ayah yang berusaha menenangkannya. Jinan tidak butuh apapun selain kebenaran dan kejujuran untuk saat ini.

"Jinan ...."

"Jinan bukan anak Ayah, bukan anak Bunda juga kan? Jinan kayak orang asing yang dibodohi selama ini, dianggap keluarga sampai-sampai Jinan rela dituntut ini itu sama Ayah. Sekarang Ayah udah puas kan?" Jinan semakin mundur menjauh dari jangkauan Ayah yang ingin memeluknya. Karena di keadaan seperti ini, pelukan Ayah yang dulu sangat Jinan dambakan hanya akan membuatnya semakin sesak dan terluka.

Ayah terdiam di tempatnya berdiri. Dengan raut wajah sedih dan memandangi Jinan dengan begitu sendu, Ayah bingung ingin melakukan apa.

Sebenarnya, banyak yang ingin Ayah jelaskan dan sampaikan pada Jinan agar pemuda itu tidak larut dalam kesalah pahaman. Tapi melihat air mata Jinan yang turun semakin deras, Ayah jadi dibuat lemah dan ikut sesak saat melihatnya. Meskipun Jinan buka darah daging Ayah, tapi Jinan merupakan darah daging Bunda— wanita yang paling Ayah cintai. Meskipun Jinan bukan anak kandung Ayah, tapi dari Jinan baru lahir ke dunia sampai sebesar sekarang, Ayah lah yang mendidik Jinan perihal kehidupan. Meskipun Ayah tidak memiliki hubungan anak dan Ayah secara biologis dengan Jinan, Ayah tetap menyayangi Jinan, pemuda yang dia besarkan dengan penuh kasih sayang.

Aku Ingin Pulang ; Mark Jeno JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang