21. Karma Main Lidah

1.3K 185 50
                                    

peluk aku dulu dong hehehe ....

Jadi anak tengah bagaimana sih perasaannya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi anak tengah bagaimana sih perasaannya?

Kalau dari sudut pandang Jean, menjadi anak tengah itu serba salah. Serba salah jika keadaan mengharuskan dia jadi dua sosok dalam satu waktu, jadi adik yang penurut dan kakak yang pengertian.

Jujur saja, Jean sendiri bingung, kenapa Tuhan dengan tidak adilnya menempatkan dia di posisi yang serba salah seperti ini. Dia ingin jadi kakak yang pengertian untuk Jinan, tapi di sisi lain, dia tidak punya hak untuk melampaui Azmi. Dia tidak pernah iri pada Azmi, atau pun memandang sebelah mata pada Jinan, Jean hanya menyayangkan kenapa di dunia ini ada sebutan posisi anak tengah sementara anak tengah sendiri jarang dipandang baik oleh keluarga. Seakan, posisi anak tengah tidak begitu diperhatikan.

"Anak tengah itu anak buangan. Kalau orang tua emang sayang sama anak keduanya, kenapa harus ada anak ketiga? Seharusnya, dua anak pun cukup buat nemenin orang tua sampai hari tuanya nanti."

"Lo bilang gitu mikir dulu nggak sih? Kalau konsep otak lo mikirnya begitu, sadar nggak sadar, lo bilang kalau posisi Jinan itu parasit keluarga lo. Dan lo tau apa hal paling bagong yang gue pikirin? Lo mengakui kalau diri lo juga parasit buat Bang Azmi. Karena, kalau kita putar balik konsepnya, kenapa harus ada anak kedua sementara udah anak pertama? Orang tua nggak sayang lagi sama anak pertamanya? Anak kedua juga parasit keluarga? Gitu maksud lo?" Ridwan yang jadi lawan curhat Jean hari ini membalas dengan argumen rumit yang spontan membuat Jean terdiam.

Setelah perdebatan lumayan panjang dengan Azmi dan Jinan, Jean memutuskan untuk pergi saja dari rumah. Hari minggu yang berawal dengan tidak begitu baik, Jean habiskan waktu hampir setengah dua jamnya hanya untuk menceritakan masalah keluarganya kepada Ridwan yang dia temui di ruang latihan basecamp The Omphalos. Mungkin karena kepalang bingung dengan keadaan, jadi tanpa tahu malu Jean menceritakan masalah yang menimpanya akhir-akhir ini kepada Ridwan. Ridwan juga sudah janji akan tutup mulut perihal masalah yang menimpa Jean, jadi Jean tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi.

Jean terdiam cukup lama sebelum kembali berucap. "Wan, gue butuh pembelaan, bukan disalahin gini," keluhnya dengan raut wajah putus asa.

Ridwan lantas mencibir. "Lo tuh salah, gimana mau dibela? Lagian nih ya, kalau gue jadi Bang Azmi dan denger langsung lo ngomong sekurang ajar itu ke Jinan, gue nggak akan cuman cengkram tangan lo, tapi langsung gue parut tuh bibir lo supaya kalau ngomong dibiasain mikir dulu."

"Gue salah di bagian mananya sih?" tanya Jean hampir frustasi.

"Salah lo banyak, hampir di semua bagian malah. Pertama, lo nggak tau waktu banget ngasih tau fakta serahasia itu ke Jinan. Kedua, kalau lo berbuat, seharusnya lo bisa menyikapi keadaan, jangan lempar batu sembunyi tangan, lo yang berbuat, Ayah lo sama Bang Azmi yang nanggung. Ketiga, lo sebagai kakak dari Jinan seharusnya ngerti gimana perasaan Jinan, gimana pun juga lo masih ada hubungan darah. Lo nggak mungkin nggak sayang lagi sama Jinan kan? Keempat, lidah lo udah ngebuka lebar ruang overthingking di otak Jinan." Ridwan menarik nafas lumayan panjang setelah penjelasannya selesai. "Gue tebak nih, lo pasti nggak sadar kan kalau lo salah di situasi ini? Padahal, dari awal pas tau lo yang ngasih tau rahasia ayah lo ke Jinan, gue udah bisa nebak kalau sebenernya biang kerok permasalahan intinya ada di lo."

Aku Ingin Pulang ; Mark Jeno JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang