25. Siapa yang Akan Pergi?

2.1K 178 29
                                    

Rangkul damai buat kalian semua (o‿∩)

Obrolan Ayah dan Azmi berlanjut setelah waktu sholat maghrib usai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Obrolan Ayah dan Azmi berlanjut setelah waktu sholat maghrib usai. Azmi yang juga baru selesai sholat lantas membawa langkah ke dapur guna membuat teh hangat untuk Ayah yang mungkin sudah menunggunya di gazebo halaman belakang rumah.

"Jean sama Jinan kenapa?" tanya Ayah begitu Azmi meletakkan nampan kayu berisi dua cangkir teh di atas meja kecil yang ada di gazebo.

Azmi memasang wajah ragu sebelum menjawab pertanyaan dari Ayah. "Kalau soal Jinan, Azmi nggak tau. Kalau soal Jean, dia lagi perang dingin sama Azmi, makanya nggak keluar kamar daritadi," jujur Azmi tanpa mau melihat sosok Ayah yang tengah menatapnya lurus dengan sorot tak terbaca.

"Kok bisa kamu perang dingin sama Jean?" Ayah mendorong satu cangkir teh ke hadapan Azmi dengan senyum tipis, dibalas dengan gelengan pelan dari Azmi sebelum menunduk dalam.

Azmi sendiri bingung, apa tegurannya tadi siang dan diamnya Jean ini bisa dikatakan perang dingin atau tidak. Karena semenjak tadi siang, Jean tidak lagi menunjukkan dirinya di hadapan Azmi apalagi mengobrol dengan Azmi. Dan sebenarnya, Azmi pun tidak seserius itu menegur Jean, hanya sedikit menggretak agar Jean bisa menjaga omongannya. Jadi, Azmi tidak yakin apa yang terjadi pada Jean hingga saat ini.

"Ayah mau ngomong empat mata sama Jinan, tapi kayaknya Jinan nggak mau," celetuk Ayah ketika Azmi tak kunjung membuka suara untuk memulai obrolan.

"Mungkin Jinan butuh waktu, Yah," sahut Azmi pelan.

Ayah mengangguk sekali. "Ayah juga mau minta maaf ke Jean, dan kayaknya Jean juga sama kayak Jinan yang nggak mau ngomong sama Ayah," kata Ayah lagi sambil sesekali melirik Azmi untuk memastikan apa respon anak sulungnya itu.

"Jean?" Azmi mengulang dengan intonasi tidak menyangka. "Ayah kenapa sih sebenernya?"

Lepas sudah satu pertanyaan dengan tanda tanya paling besar dari benak Azmi. Dari semua peristiwa langka yang terjadi sejak kemarin hingga hari ini, hal yang paling Azmi bingungkan memang perubahan Ayah. Tidak biasa, terlalu tiba-tiba, dan sedikit tidak masuk akal. Mungkin akan wajar bagi Azmi kalau Ayah memulai perubahannya dengan sebuah kata 'maaf' atau obrolan serius berlandaskan maksud damai, tapi ini malah menimbulkan spekulasi negatif sekaligus membuat Azmi khawatir.

"Ayah nggak kenapa-napa."

"Tapi Ayah berubah, kenapa? Kenapa tiba-tiba? Ayah bikin Azmi nggak ngerti situasi."

"Memangnya salah ya kalau Ayah berubah?" Intonasi yang terlontar terdengar menyendu, seakan sedih dan kecewa bercampur menjadi satu.

Azmi mendongakkan kepalanya, membalas tatapan Ayah dengan sorot lelah yang terlihat kentara. "Bukan salah, tapi ... Ayah bisa kan nggak berubah tiba-tiba? Dan masalah Jinan, apa Ayah nggak merasa bersalah? Atau Ayah malah nggak peduli? Azmi pusing mikirinnya, apalagi Jean juga berulah, Azmi kewalahan ngurusin mereka berdua."

Aku Ingin Pulang ; Mark Jeno JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang