28. Pilihan Untuk Jinan

878 68 3
                                    

Baru saja Jinan ingin masuk ke rumah, langkahnya sudah dihadang lebih dulu oleh Ayah di depan pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru saja Jinan ingin masuk ke rumah, langkahnya sudah dihadang lebih dulu oleh Ayah di depan pintu. Jinan kaget, diam-diam melirik takut pada sosok Haris di sampingnya.

"Jinan, masuk," titah Ayah retoris.

Alih-alih menurut, Jinan malah menunduk dengan tangan bertaut. Membuat Jean yang memang daritadi mengikuti Ayah harus menarik Jinan agar masuk.

"Ji, kok bisa?" Azmi menggiring Jinan masuk ke dalam rumah, meninggalkan Ayah dan Haris berdua di teras.

"Om Haris maksa," jawab Jinan sendu.

"Jadi itu yang namanya Om Haris?" tanya Azmi lagi.

Jean mengangguk mengiyakan. "Mukanya keliatan nggak asing," kata Jean berpendapat.

"Entah, Abang nggak sempat liat mukanya tadi," komen Azmi tanpa minat.

Jean mendengus lemah dan langsung duduk di sofa ruang tamu setelah melempar tasnya ke bawah meja. Jean termenung sendiri, berpikir keras perihal wajah Haris yang kelihatannya jangan tidak asing dipandangan dan memorinya. Lalu, perhatiannya teralih pada sosok Azmi dan Jinan yang duduk di sofa seberang.

"Kok lesu gitu? Kenapa?" tanya Azmi pada Jinan yang begitu mendaratkan pantat di sofa langsung terkapar lemas seolah tidak bertenaga.

"Capek. Tadi dari sekolah lari ke pemakaman Bunda."

"Nggak naik taxi atau apa gitu?"

"Nggak. Uangku habis beli jajan."

"Yaudah, istirahat sana."

Jinan menggeleng, dia menolak, dan malah merebahkan diri di sofa dengan kaki melintang melintasi paha Azmi yang duduk satu sofa dengannya. Tidak berapa lama, Jinan terlelap nyenyak di posisinya yang menyamping.

"Bang?"

"Heem? Kenapa?"

"Om Haris ... mirip Jinan ya?" tanya Jean tanpa terencana.

Azmi melirik Jean, lalu beralih mengamati wajah damai Jinan yang sedang terlelap. "Iya, mungkin? Abang nggak terlalu merhatiin."

"Apa perasaanku aja kalau Om Haris mirip Jinan?" Alis Jean bertaut sempurna, yang membuat Azmi menebak kalau Jean tengah memikirkan sesuatu yang serius. "Kenapa juga Om Haris mau ketemu Ayah? Ada urusan apa? Kalau urusan kantor, nggak mungkin ke Jinan kan? Atau urusan lain? Tapi, urusan apa gitu, aku penasaran."

Azmi memastikan kalau Jinan sudah benar-benar terlelap sebelum memulai sesi obrolan serius dengan Jean. "Je, Abang tau siapa Om Haris. Dan yang kemarin kamu nyamperin Ayah di kantornya, itu Ayah lagi mau ketemu sama Om Haris."

"Emangnya Om Haris siapa?"

Azmi menyingkirkan pelan-pelan kaki Jinan dari pahanya. "Ayo kita pindah dulu, nanti Abang kasih tau," ajak Azmi sambil berdiri.

Aku Ingin Pulang ; Mark Jeno JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang