Ayah menghela nafas panjang begitu sambungan teleponnya Jinan putus. Ayah tahu jelas kalau anak bungsunya itu masih sulit menerima keadaan. Tapi bukan berarti Jinan bisa melupakan etika sopan santunnya terhadap orang tua. Pun dengan Ayah merasa kalau dia menegur Jinan, itu hanya akan memperbesar jarak kerenggangan mereka, jadi Ayah memilih membiarkan Jinan melakukan apa yang anak itu mau meski Ayah tahu keputusannya bukan hal yang tepat.
Pintu ruagan terbuka, menampakkan sosok laki-laki bersetelan jas rapi yang datang sambil membawa banyak dokumen di tangannya. "Dokumen yang Bapak mau sudah saya siapkan."
Ayah melirik melalui ujung matanya. "Makasih. Langsung taruh di mobil saya aja ya. Ini kunci mobilnya." Setelah memberikan kunci mobil pada laki-laki yang berstatus sekretaris pribadinya itu, Ayah kembali menyendiri di ruangan kerjanya.
Baru saja ingin terpejam, guna meredakan lelah dan menuai rasa kantuk, hp Ayah berdering nyaring dengan nama 'Abang' tertera di lockscreen. Tanpa basa-basi, Ayah menggeser ikon hijau dan mengaktifkan mode loudspeaker.
"Halo, assalamualaikum, Yah."
"Waalaikumsalam. Kenapa, Bang?"
"Hehehe ... nggak papa. Tadi tiba-tiba kepikiran mau nelpon Ayah aja."
"Abang lagi di mana emangnya?"
"Baru nyampe basecamp, dari kampus sih tadi sebentar. Ayah masih di kantor?"
"Sebentar lagi pulang. Paling sebelum jam makan siang, Ayah udah ada di rumah."
"Tumben ...."
"Ayah mau selesain kerjaan di rumah aja."
"Oh ...."
"Sekalian nunggu kamu sama adek-adek kamu pulang."
"Eh? Ngapain, Yah? Buat apa?"
"Ayah mau ngomong sama kalian, kan udah Ayah bilang tadi malam."
"Tapi ... Azmi no comment deh."
"Abang keberatan?"
"Nggak, bukan gitu. Abang cuman takut Jean ngelunjak terus Ayah emosi. Dan takutnya juga Jinan nggak mau."
"Jinan pasti mau."
"Terus Jean? Abang keberatan banget kalau nanti ujung-ujungnya Ayah jadi main tangan lagi ke Jean."
"Nggak bakal, Bang, Ayah janji nih. Ayah mau berhenti main tangan sama Jean."
"Ya ... Abang nurut Ayah aja lah."
"Abang kapan pulang?"
"Habis latihan, boleh kan, Yah?"
"Iya, boleh. Jangan lupa makan siang."
"Ayah juga. Jangan kerjaan terus."
"Nanti kalau sempet Ayah masak di rumah."
"Eh? Ayah makan di rumah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Ingin Pulang ; Mark Jeno Jisung
Teen Fiction"Rumah itu bangunan yang dibentuk dari susunan pondasi, dinding terus atap. Tapi fungsinya lebih dari itu, selain jadi tempat tumpuan, tempat sandaran dan tempat berteduh, rumah juga bisa jadi tempat kita mencari sesuatu yang nggak akan pernah kita...