Jean memandang khawatir ke sekelilingnya. Pikirannya dipenuhi perihal bagaimana keadaan Azmi bahkan saat Dejun dan beberapa orang lainnya mengajaknya berbicara.
"Je, Azmi udah sadar. Dia udah di jalan pulang bareng Langit sama Emil. Lo tunggu aja, bentar lagi juga nyampe," kata Dejun yang sedari tadi terus mengikuti Jean.
Jean menaikkan sebelah alisnya. "Beneran, Kak? Terus keadaannya Bang Azmi gimana? Dia pingsan kenapa? Bang Azmi sakit?" tanya Jean beruntun.
Dejun yang disuguhi bejubel pertanyaan dari Adik sahabatnya hanya mampu meringis. Dia tipe cowok tertata yang tidak suka ditanyai tanpa jeda seperti tadi. Tapi, berhubung Jean sedang dilingkup rasa khawatir, maka Dejun akan berbaik hati, mencoba mengingat pertanyaan yang Jean lontarkan padanya dan menjawabnya satu persatu. Karena kalau boleh jujur, Dejun juga seseorang yang lumayan pelupa.
"Dia baik kok, cuman kecapekan aja sama kurang istirahat. Lo tau? Abang lo itu bisa cosplay jadi workaholic kalau udah berhadapan sama tugas atau pas deket tanggal comeback band The Omphalos," jelas Dejun.
Tanpa Dejun sadari, Jean merasa ada keraguan dari ucapan Dejun barusan. Seperti apa yang cowok berwajah mirip dinosaurus itu katakan menyimpan sebuah kebohongan. Yeah, entah itu hanya perasaan Jean atau memang benar adanya, yang Jean harapkan untuk saat ini hanyalah Azmi memang benar-benar hanya kelelahan dan kurang istirahat.
"Band-nya bentar lagi tampil ya, Kak?" tanya Jean mengalihkan topik sambil mengamati beberapa orang yang sibuk menata alat musik di atas panggung. Jean dapat leluasa mengamati persiapan panggung karena dia dan Dejun duduk tepat di samping panggung— tempat yang memang disediakan khusus untuk para anggota band.
Dejun memeriksa jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya sebelum mengangguk. "Sejam lagi kayaknya."
"Bang Azmi gimana? Ikut tampil atau nggak?" tanya Jean lagi.
"Kalau Azmi nggak ikut tampil, lo mau gantiin nggak?" Alih-alih menjawab, Dejun malah bertanya balik sambil menarik turunkan alisnya.
Jean menatap bingung. "Emang boleh?" ucapnya memastikan.
Dejun mengedikkan bahunya singkat. "Asal lo siap dan bisa, kenapa nggak?"
Jean terdiam. Setelah lima detik menikmati hening yang sesaat menyergap sekitarnya, Jean menggeleng. "Nggak deh, nggak PD," sahutnya menolak.
"Gimana mau ikut Generasi Kedua kalau buat tampil sebagai pengganti aja nggak PD?" tutur Dejun seakan menyindir.
Jean dengan cepat menoleh setelah mendengar penuturan Dejun. "Maksud lo, Kak?"
"Lo gue rekrut jadi anggota terkahir Generasi Kedua, dan bocah-bocah seumuran lo yang daritadi ngajakin lo ngobrol tapi lo cuekin itu anggota Generasi Kedua yang udah gue rekrut duluan. Gue udah ngomongin ini sama Azmi kemarin, dan gue setuju kalau lo jadi anggota Generasi Kedua. Gimana, mau nggak?" jelas Dejun dengan gaya santainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Ingin Pulang ; Mark Jeno Jisung
Teen Fiction"Rumah itu bangunan yang dibentuk dari susunan pondasi, dinding terus atap. Tapi fungsinya lebih dari itu, selain jadi tempat tumpuan, tempat sandaran dan tempat berteduh, rumah juga bisa jadi tempat kita mencari sesuatu yang nggak akan pernah kita...