Bagian 8: Hari yang Menyebalkan

12 5 0
                                    


Bian tampak panik mendengar berita kedatangan Caka yang tiba-tiba. Bagaimana jika saudara tirinya itu akan menghancurkan rencana yang sudah Bian susun dengan baik? Ya, anak tiri Mahadi itu tahu bahwa Caka tak akan pernah tinggal diam. Dia pasti akan mencari cara agar Bian gagal sejak awal.

"Orangnya pakai mobil warna silver, Pak." ART tersebut memberi tahu Chef Anto.

"Udah jelas, itu Caka!" sela Bian, "Duh, gimana ini? Motor aku, kan, ada di depan Chef, pasti Caka udah tau semuanya," lanjutnya dengan ekspresi wa khawatir.

"Kalau motor sudah saya masukkan ke garasi. Soalnya Subuh gini masih jam rawan maling di sekitar sini," jawab Chef Anto.

"Sudah saya bilang, suami saya tidak bisa diganggu!"

Baik Bian, Chef Anto atau pun sang ART semuanya menoleh ke arah ruang depan. Suara Yayu yang begitu lantang membuat mereka cukup kaget. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?

Tanpa aba-aba, ketiganya menuju ruang depan. Namun, langkah Bian dan Chef Anto berhenti sebelum mereka sampai pada tempat di mana Yayu berada. Sebab, mereka berdua melihat kehadiran Caka di sana. Berbeda dengan ART berbaju pink itu, dia menghampiri nyonyanya.

"Kalau sudah di rumah, suami saya tidak ada urusan dengan restoran. Dia punya jam kerja dan saya tidak pernah mengganggu pekerjaannya. Kalau di rumah, dia milik saya! Kamu tidak boleh mengganggunya!" tegas Yayu.

"Tapi, saya hanya perlu sebentar," sanggah Caka.

"Saya tidak peduli! Lagian nanti juga berangkat ke resto. Sekarang kamu pergi atau saya panggilkan keamanan komplek!" Wajah Yayu berubah garang. Caka pasti ketakutan melihat istri dari Chef-nya.

Tanpa bisa membantah lagi, Caka langsung pergi. Sementara itu, sang ART menutup pintu, lalu mendorong kursi roda Yayu untuk mengantarnya ke kamar.

"Tante Yayu, makasih banget. Akhirnya dadaku nggak beneran sesak." Bian menghadang istri chef-nya dan mengungkapkan kelegaan yang dia rasakan.

"Tenang. Tante ada di pihak kamu."

Kening Bian mengernyit. Dia tidak mengerti kenapa Yayu berkata seolah-olah tahu apa yang terjadi antara dirinya dengan Caka. Bahkan, Bian sendiri belum menceritakan apa pun pada Chef Anto.

"Kenapa Tante  ...?"

"Saya yang cerita," sahut Chef Anto.

Bian semakin tidak mengerti. Kenapa bisa Chef Anto menceritakan sesuatu tentang dirinya yang bahkan Bian pun belum menceritakan itu. Apa mungkin Caka yang bercerita?

"Bu Atifah dan Pak Mahadi sudah menceritakan semuanya. Tentang kompetisi yang akan kalian ikuti. Dan waktu itu, Pak Mahadi langsung meminta saya untuk membimbing Mas Caka," ungkap Chef Anto.

Sekarang Bian semakin paham jika kedua pria licik itu terus berusaha menjatuhkan dirinya. Putra Atifah itu sedikit heran, kenapa mamanya tidak menaruh curiga kepada Mahadi. Padahal sekarang, Mahadi sudah berani terang-terangan ingin mengambil usaha keluarga Jayastu.

"Ya, sudah. Lebih baik sekarang kalian kembali ke dapur," titah Yayu.

Chef Anto dan Bian kembali ke dapur. Mereka akan melanjutkan pembelajaran yang sempat terhenti oleh kedatangan Caka. Mereka harus bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin sebelum Caka merusak semuanya.

Chef Anto mengambil teflon dan minyak.
"Saya jelaskan mengenai memasak dengan media minyak. Pertama, sauteing atau kalau orang biasanya nyebut numis. Sauteing ini teknik masak menggunakan sedikit minyak dan suhunya tinggi" Chef Anto lantas menuangkankan sedikit minyak dan menyalakan kompor. Memperjelas Bian seperti apa teknik yang baru saja dijelaskan.

"Yang kedua, stir frying. Sebenernya ini mirip sama sauteing, cuma minyaknya lebih banyak. Biasanya buat masak Chinese food. Kalau Pan Frying beda lagi. Ini minyaknya dikit banget. Hanya untuk melumasi wajan. Contohnya buat masak burger dan beefsteak."

Sedikit demi sedikit Bian mulai mengerti tentang teknik memasak. Baru sebatas mengerti, tetapi belum mempraktikkan apa pun. Cukup lumayan untuk seorang Bian yang biasanya kesulitan menangkap sesuatu yang disampaikan gurunya.

"Kalau yang goreng-goreng biasa itu namanya teknik apa, Chef? Maksudnya yang biasa orang goreng. Daging, tempe, ya ... sejenis itu, Chef," tanya Bian, penasaran.

"Nah, itu yang namanya Shallow Frying dan Deep Friying," jawab Chef Anto, "Shallow Frying itu menggunakan minyak yang tingginya sepertiga atau setengah dari makanan. Biasanya buat goreng ikan, daging. Kalau yang Deep Friying itu yang paling banyak menggunakan minyak. Biasanya yang pakai teknik Deep Frying biasanya dilapisi dulu dengan tepung atau adonan tepung. Contohnya  fried chicken dan French fries." Chef Anto menjelaskan panjang lebar mengenai berbagai teknik memasak menggunakan media minyak.

Penjelas terus berlanjut tentang teknik memasak menggunakan media air. Bian memerhatikan dengan sangat khusyuk. Dia mengingat dan memahami dengan baik. Malam harinya, ia akan mencatat semua pelajaran hari ini.

Ponsel Bian dan Chef Anto berdering singkat. Mereka mengambil ponsel masing-masing. Aneh sekali mendapatkan pesan secara bersamaan.

"Undangan makan malam?" gumam Bian.

Chef Anto yang sedang melihat ponsel, lalu menoleh pada Bian. Pemuda itu pun tengah melihat ponselnya.

"Apa mungkin kita mendapatkan pesan yang sama?" tanya Chef Anto.

Bian menoleh. "Chef dapat undangan makan malam juga dari Mahadi?"

Chef Anto mengangguk pelan. Bian sedikit curiga dengan papa tirinya. Rencana apa yang sedang mereka susun?

Mr. ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang