Bagian 11: Gagal

14 5 0
                                    


Atifah berdiri di antara kedua anaknya. Sama seperti tamu yang datang, Caka dan Bian pun tidak tahu apa yang akan dilakukan mamanya. Sebelumnya, Atifah tidak menyampaikan apa pun.

"Caka, apa kamu sudah memberi tahu Bian tentang acara malam ini?" tanya Atifah.

"Sudah, Ma. Caka sudah memberi tahu Bian," jawab Caka, tenang.

"Bohong!" sahut Bian, "Caka ngundang aku buat makan malam."

Pandangan Caka langsung mengarah pada saudara tirinya.
"Namanya juga sebuah tantangan. Mana ada aku menantang dari jauh-jauh hari."

Seorang perempuan dengan rambut layer pendek, khas korean style tiba-tiba mendekat ke meja masak. Bian sungguh tidak mengerti, drama apa lagi yang akan dimainkan Caka? Tunggu! Sepertinya perempuan berwajah oval itu tidak asing. Apa mereka pernah bertemu sebelum ini?

"Saya rasa kompetisi ini tidak adil," kata perempuan bermata sipit itu.

"Apa maksudmu!" teriak Caka penuh emosi.

Perempuan berkulit putih tersebut menyunggingkan senyum sinis. Ekspresinya seolah dia tahu sesuatu tentang Caka. Entahlah, dia terlalu misterius.

"Hanya orang pengecut yang menantang orang yang levelnya di bawah dia," sindirnya.

"Saya rasa, kompetisi ini memang tidak sehat. Semua kamu yang mengatur. Tempat, peraturan, makanan dan mungkin ... jurinya," kata Atifah menambahi, "Kalau memang mau menantang Bian, biarkan semua berjalan transparan dan netral."

" Tapi, Ma!" sanggah Caka.

Caka merasa tidak terima dengan perlakuan Atifah. Mungkin, wanita lemah itu memang sengaja menyelamatkan anak kandungnya. Sial! Rencana Caka untuk mempermalukan Bian sepertinya akan gagal.

"Sudah! Tidak akan ada kompetisi apa pun malam ini. Acara makan malam akan tetap berlangsung," ujar Atifah. Dengan tegas, dia memberi keputusan yang bijak.

Atifah menoleh kepada pria yang sedianya akan menjadi pemandu acara. "Kamu pegawai di sini, 'kan? Tolong siapkan makanan terbaik di sini untuk tamu yang sudah diundang Caka."

Semua tamu undangan langsung membubarkan diri. Mereka mencari tempat duduk masing-masing untuk menunggu hidangan yang datang. Pun dengan Atifah yang langsung diajak Mahadi untuk mencari tempat duduk.

Sementara itu, Bian, Caka dan perempuan tadi masih berdiri di tempat yang sama. Sejenak, tidak ada kata yang keluar dari ketiganya. Bian sendiri masih bingung dengan kekacauan malam ini. Ditambah lagi, perempuan tersebut membuat pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan.

Bian hendak bertanya kepada perempuan bertubuh mungil tersebut. Namun, dara itu langsung pergi begitu saja. Saat hendak mengejar, tiba-tiba Caka menghadang.

"Malam ini kamu masih bisa selamat," bisik Caka.

"Dan besok, aku yang akan menantangmu!" balas Bian percaya diri.

Seraya berjalan, Bian sedikit menabrak bahu saudara tirinya dengan sengaja. Hal itu membuat Caka geram. Namun, Bian tidak peduli dan langsung berlari mengejar gadis tadi.

Berulang kali lelaki bertubuh tinggi itu memanggil perempuan yang menggagalkan rencana licik Caka. Semakin Bian mengejar dan berteriak memanggil, semakin cepat juga dia berjalan. Hingga akhirnya, dia pergi dengan menaiki mobil berwarna silver dan membuat Bian harus menyerah untuk mengajarnya.

"Apa dia perempuan yang di resto waktu itu?" gumam Bian.

🍂🍂🍂

Pagi buta, saat di mana orang baru membuka mata, Bian sudah berada di dapur Chef Anto. Mereka sudah bersiap untuk belajar hari ini. Berbagai macam bahan masakan seperti bumbu, sayur dan daging sudah disiapkan. Pun dengan satu set pisau yang pernah Chef Anto tunjukkan pada anak bosnya.

Kali ini Chef senior itu akan mengajarkan Bian tentang teknik memotong. Baik bumbu seperti bawang, sayuran atau bahkan jenis daging. Berbeda dengan kemarin saat Bian hanya perlu memahami, sekarang dia akan mulai praktik.

"Ada tiga basic knife skills atau keahlian dasar menggunakan pisau," ujar Chef Anto, "Pertama, mengiris bawang bombai dengan tipis. Kedua, memotong sayur dan terakhir adalah daging."

Sebuah bawang bombai diambil oleh Chef Anto.
"Untuk bawang bombai, hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih yang kulitnya lembut dan keras. Lalu, potong mulai dari bagian atas. Dipotong menjadi dua bagian dulu."

Chef Anto memotong bawang bombai tersebut menjadi dua bagian.
"Buang kulit bagian luar sampai benar-benar bersih. Kalau kesulitan mengupas, bisa dikupas di bawah air yang mengalir. Letakkan bawang dengan bagian lebar ada di bawah. Pegang bawang dan pastikan tidak bergeser. Pegangnya  di bagian akarnya, ya."

Bian terus memerhatikan apa yang Chef Anto lakukan. Dia tidak bisa lengah sedikit pun. Sebab setelah ini, giliran dia yang harus mempraktikkan hal tersebut.

Chef Anto langsung menunjukkan bagaimana cara memotong. Mulai dari step by step, sampai memotong dengan cepat. Bian yang baru pertama melihat keahlian gurunya secara langsung dan dengan jarak yang begitu dekat merasa kagum. Entahlah, dia bisa salihai itu atau tidak.

"Em, Chef saya mau tanya," kata Bian.

"Apa? Silakan tanya saja, Mas Bian. Tidak perlu ijin segala," jawab Chef Anto.

"Perempuan yang kemarin itu ... apa dia orang yang sama saat aku bertemu di resto? Apa dia anak Chef Anto?

Chef Anto langsung meletakkan pisaunya dan terdiam.

Mr. ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang