Bagian 9: Makan Malam Spesial

15 6 1
                                    


Dalam benaknya, Bian masih bertanya tentang undangan makan malam dari Caka. Kenapa tiba-tiba Caka mengundangnya makan malam? Apalagi, Chef Anto juga mendapatkan undangan serupa.

Seperti Bian, lelaki yang menggunakan celemek putih itu juga tak mengerti kenapa dirinya mendapat undangan makan malam. Chef Anto dan keluarga memang biasa makan malam bersama keluarga Atifah. Namun, hal tersebut hanya dalam acara formal. Itu pun undangan langsung dari Atifah. Berbeda dengan saat ini. Pria paruh baya itu mendapat undangan dari Caka melalui pesan WhatsApp.

"Aneh nggak, sih, Chef, Caka tiba-tiba ngundang makan malam gini?" tanya Bian, curiga.

"Mungkin dia menyiapkan sebuah kejutan," jawab Chef Anto.

Lelaki berwajah diamond itu diam sejenak. Pikirannya masih tertuju pada Caka. Bian tidak bisa memungkiri selalu ada rasa khawatir dengan rencana licik saudara tirinya tersebut.

"Sudah, tidak perlu dipikirkan. Sekarang kita fokus belajar." Chef Anto membuat lamunan Bian buyar.

Entah kenapa Bian sedikit berubah. Biasanya dia tidak peduli dengan apa yang Caka lakukan. Tidak ada rasa khawatir yang menghampirinya. Namun, saat ini sedikit saja tingkah Caka yang tak biasa akan membuat pikiran Bian kacau.

"Lihat, ini semua peralatan tempur saat di dapur," ujar Chef Anto menunjukkan deretan panci.

"Ini ada beberapa perlatan utama. Ya, masih dasar juga karena jenis dari semua ini, tidak hanya satu. Kita menggunakan juga sesuai kebutuhan. Jadi, kita harus tahu fungsi peralatan ini untuk apa," lanjutnya.

Lelaki yang kulitnya mulai keriput itu, lantas menunjukkan satu per satu peralatan memasak. Mulai dari wajan, pisau, spatula, food tong, peeler, hingga yang paling sederhana, talenan dan pisau.

Satu set pisau dapur diambil oleh Chef utama resto DAMA. Ia meletakkan pisau tersebut di atas nampan dan menjejerkan semuanya dengan rapi.

Bian menggaruk pelipisnya. Deretan pisau-pisau itu membuat dia risau. Kenapa harus ada pisau sebanyak ini di dapur? Bukankah fungsi utama pisau itu untuk memotong, dan sepertinya semua pisau bisa melakukan itu. Lalu, kenapa harus begitu banyak pisau yang Chef Anto tunjukkan?

"Jadi chef nggak bisa pake satu pisau aja, ya, Chef?" Bian tampak bingung.

"Semua punya tugas masing-masing," jawab Chef Anto, santai.

"Punya banyak itu bikin pusing, Chef. Makanya aku tobat jadi playboy dan setia sama diri sendiri," seloroh Bian yang membuat Chef Anto tertawa kecil.

"Pisau ini bukan cewek, Mas Bian. Meski keduanya sama-sama ...." Chef Anto diam sejenak, lalu menoleh ke belakang. "Ganas!" lelaki berambut ikal tersebut memelankan suaranya. Mereka lantas tertawa bersama.

Setelah mencairkan suasana dengan sebuah canda yang mengundang tawa, keduanya kembali fokus pada pisau. Bilah tajam nan tipis itu memanglah peralatan utama seorang chef. Seorang juru masak tidak akan bisa menyajikan makanan terbaiknya tanpa bantuan pisau.

Chef Anto mengambil dan menunjukkan pisau dengan ukuran sedang.
"Ini pisau yang paling umum dan banyak di pasaran. Namanya Chef's Knife. Bisa untuk memotong apa saja."

Sebuah anggukan kecil menjadi tanda jika Bian paham. Dia memang tidak asing dengan jenis pisau tersebut. Saat mengupas atau memotong buah pun, Bian menggunakan pisau jenis Chef's Knife. Hanya saja selama ini dia belum tahu namanya.

"Kalau ini Slice Knife. Perhatikan bentuknya, ini lebih panjang dan runcing dari pisau yang tadi, mata pisaunya juga lebih tajam. Pisau jenis ini biasanya digunakan untuk mengiris daging atau ikan dengan ukuran yang tipis. Bisa juga untuk mengiris bawang."

Pisau tipis dan tajam itu diletakkan kembali. Chef Anto lantas beralih pada pisau bentuk persegi dengan ukuran yang cukup besar.

"Cleaver Knife ini untuk mencincang sayur, daging, atau bahkan buat motongin tulang.  Bukan tulang manusia yang pasti," ujar Chef Anto sedikit bercanda, "Kalau yang paling kecil di ujung itu, namanya Paring Knife. Paling mudah diinget karna beda bentuk dan ukuran. Itu fungsinya untuk mengupas buah."

Sepuluh jenis pisau dijelaskan oleh Chef Anto. Selain itu, Beliau juga mempraktikkannya langsung agar Bian bisa mudah mengingat. Benar saja, saat putra tunggal Atifah itu disuruh menyebutkan dan menjelaskan fungsinya, dia bisa menebak semuanya dengan benar.

Kegiatan Bian untuk belajar memasak dan mengawasi kinerja restoran sudah selesai. Malam ini, ia akan memenuhi undangan makan malam dari Caka. Sebenarnya Bian enggan datang, tetapi Atifah memaksanya untuk datang.

Bersama sang Mama, Bian datang ke sebuah saung yang sudah Caka sewa. Banyak orang sudah berkumpul di sana. Pun dengan Mahadi yang ternyata sudah berangkat lebih dulu.

Beberapa orang tak begitu asing di mata Bian. Chef Anto dan juru masak resto DAMA, semuanya hadir. Beberapa pegawai pun sempat Bian lihat. Tidak hanya itu, ada teman Caka, kolega bisnis Mahadi dan teman-teman Atifah. Ada acara apa sebenarnya ini?

Caka menyambut kedatangan Bian dengan suka cita. Wajahnya terlihat begitu bahagia. Benarkah Caka senang dengan kedatangan Bian? Atau mungkin ada sesuatu yang direncanakan?

"Halo, selamat malam semuanya. Terima kasih sudah datang di acara saya. Ya, seperti yang sudah saya sampaikan di pesan, malam ini kalian diundang untuk makan malam." Caka membuka acaranya sendiri.

"Tapi, makan malam ini spesial. Karena  .... " Caka melirik sinis ke arah Bian, "Karena makanan nantinya akan dimasak oleh saya dan Bian."

Mata Bian terbelalak. Warna cokelat pudar itu terlihat semakin jelas. Ia menatap Caka begitu tajam. Seoalah ada kebencian yang dilemparkan.

Mr. ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang