PoV Jefri Setiawan

12 1 0
                                    

PoV Jefri masa SMA

"Sudah setahun ibu kembali tapi aku hanya bertemu beberapa kali padahal selama bertahun - tahun aku merindukan nya. Bayang-bayang Renata masih menghantui ku dan membuatku kesulitan mengontrol emosiku. Aku belum bisa melupakan perbuatan ibu Tiri itu terutama saat dia berusaha menghabisi ku beberapa kali bahkan aku sampai mau kehilangan nyawa dan itu sangat menyakitkan seperti benar-benar sekarat"


Jefri sedang duduk di taman sendirian menunggu bel masuk kelas. Dia memegang gantungan Teddy Bear yang ibu kandung nya berikan saat di antar ke taman kanak-kanak namun setelah itu ibu nya tak pernah muncul lagi dalam kehidupan nya. Namun dalam gantungan itulah ada tulisan bahasa Inggris yang mengartikan "aku janji akan kembali lagi".

Kemudian seorang siswi bernama Hera memanggilnya dan hendak menghampiri nya. Seseorang melewati Jefri dan meyenggol tangan Jefri sehingga gantungan yang dipegang nya terjatuh kemudian siswa yang dibelakang nya menginjak gantungan itu sampai terbelah. Jefri sangat marah, 2 siswa lagi muncul dan membuat kegaduhan mencoba membully Jefri. Teriakan dan tertawaan mereka membuat Jefri teringat perbuatan Renata yang hampir sama dengan mereka selalu berteriak dan tertawa seperti orang kesetanan, dan Jefri pun tak bisa lagi mengontrol emosi nya.

"Aku benar-benar tak mampu mengontrol emosi, namun seorang wanita tiba-tiba berdiri di hadapanku mencoba membela ku padahal dia hanya seorang wanita kecil yang nampak lemah tapi so kuat. Hampir saja dia terkena pukulan David kalau aku tidak fokus dan secepatnya menahan tangan David. Bukankan dia merepotkan? Tapi aku terima niat baik nya meleraiku. Siapa dia? Aku baru melihatnya. Kenapa dia tiba-tiba so meleraiku? Dia melihat ke arah ku, menatap ku yang sedang kesulitan mengontrol emosi. Aku tak tahan ingin menonjok David yang tak berhenti mencemooh. Wanita itu tiba-tiba memegang kepalan tanganku, tiba-tiba detak jantungku berdetak pelan dan melemah, suhu di tubuhku terasa menurun drastis. Ku tatap wanita itu, mata nya nampak cerah seolah dia tidak sedang melihat pria yang kesetanan ini, bahkan raut wajahnya seolah berbicara padaku untuk yakin bahwa aku bisa mengendalikan emosi ku. Tiba-tiba terasa ada sesuatu yang masuk ke tenggorokanku yang ia lempar dari tatapan matanya. Sesuatu yang seolah lebih besar dari lubang tenggorokan ku dan sulit ku telan, lalu aku balik menggemgam erat tangannya begitu erat sampai dia nampak terasa kesakitan, tapi dia malah meminta ku melonggarkan genggaman tanganku dengan santai dan menuntunku masuk kelas"


Jefri duduk paling belakang dan menidurkan kepalanya di atas tas nya. Jefri mendengarkan semua ucapan Luna sambil pura-pura tidur.

"Namanya Luna Vazza Tsuraya, guru magang di sekolah ini, dia juga akan menjadi wali kelas ini sementara waktu. Sedang mengerjakan tugas akhir semester, usia menginjak 23 tahun, fleksibel, aktif dan ceria", gumam Jefri dalam hatinya


****************

"Sebenarnya ide gila saat aku mengangkat tanganku bersedia mengambilkan handphone nya yang ketinggalan di lab. Bahkan dia juga nampak terkejut dan heran, bahkan teman-temanku lebih keheranan karena aku paling tidak suka diperintah dan tak peduli sama orang sekelilingku. Aku hanya ingin nomor handphone nya tanpa harus meminta pada nya, aku ingin misscall nomor hp ku dari handphone nya. Entah kenapa aku ingin sekali nomor handphone nya. Namun tak kuduga kejadian buruk menimpaku, seseorang mengerjaiku dan tentu nya darah itu paling kutakutkan. Aku masih trauma dengan darah dimana waktu itu Renata membawa baju ibu ku yang berlumuran darah dan pisau yang digenggam nya juga berlumuran darah, lalu dia berkata kalau dirinya telah menghabisi ibuku. Di melempar baju berlumuran darah dan pisau itu kepadaku lalu aku di kurung di gudang yang gelap selama semalaman dan esok nya dia mengancamku untuk tidak mengadu pada ayah ku yang baru pulang dari luar kota, kalau melanggar nya dia akan membunuh ayahku juga. Aku pikir ibuku benar-benar sudah mati ditangannya sehingga selama beberapa tahun aku mengira ibu ku sudah tiada namun ayahku nampak biasa saja sehingga aku mulai membencinya"

Moonlight For The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang