Ep. 10

327 62 98
                                    

• Why? •

"Apa ini? Kenapa aku tak rela saat tau ia akan pergi"

- Taehyung Kim

Happy Reading—


"Kau habis darimana?"

Taehyung yang baru saja kembali keruang inapnya, hanya menoleh sekilas baru kemudian mendorong kursi rodanya melewati Hoseok dan Jimin dan berhenti tepat didepan jendela kamarnya.

"Bertemu Jisoo" jawabnya masih dengan tatapan yang mengarah pada pemandangan sore kota diluar sana.

"Kau sudah makan?" Kali ini Hoseok yang bertanya.

"Sudah. Tadi bersama Jisoo dan keluarganya"

"Wah sepertinya pendekatanmu lancar sekali ya dengan gadis itu"

Mendengar itu Taehyung langsung menoleh pada Jimin seraya memberikan tatapan yang seolah mengatakan 'pendekatan apanya' disertai decihan samar.

"Jisoo? Kenapa nama itu tidak asing ya ditelingaku" Gumam Hoseok yang masih dapat didengar oleh Taehyung

"Memang tak asing. Yang mempunyai nama Jisoo kan banyak kak. Bahkan temanku yang idol ada yang bernama Jisoo juga" Jawab Taehyung, Jimin dan Hoseok pun mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Tapi kau harusnya tak melewatkan check up  harianmu Tae. Tadi Dokter Park kesini tapi kau tidak ada. Jadi dia berpesan agar besok kau harus ada disini saat waktu check up." Nasihat Hoseok yang hanya dibalas dehaman oleh Taehyung, membuatnya menghela nafas berat.

"Tae kau harus bangkit. Lumpuh bukan berarti kau tidak bisa berkarya lagi. Kau masih bisa menulis lirik lagu seperti hobimu waktu dulu"

Taehyung menoleh dengan tatapan tajamnya.

"Jangan berkata seolah kau tau rasanya menjadi diriku yang sekarang. Rasanya berat kak. Berat sekali. Menerima kenyataan seperti ini dan hanya bisa menjadi benalu bagi orang lain... Itu sangat memuakkan." Ucap Taehyung dengan dingin dan hanya bisa meneruskan kalimatnya seraya membatin.

"Aduh, hawanya panas sekali ya padahal sudah sore. Hyung ayo temani aku beli minuman" Jimin yang mulai merasakan hawa negatif diantara kedua orang ini langsung berfikir cepat untuk memisahkan keduanya sementara agar tidak lanjut berdebat.

Taehyung yang kini seorang diri diruangan itu menunduk menatap sepasang kakinya yang meskipun ia coba gerakkan tetap tak bergerak sama sekali, sampai akhirnya ia emosi dan beralih memukuli kedua kakinya itu dengan brutal dan penuh rasa frustasi. Disertai air mata yang tanpa sadar sudah mengalir di pipinya.

  Disertai air mata yang tanpa sadar sudah mengalir di pipinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐸𝓅𝒾𝓅𝒽𝒶𝓃𝓎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang