Prolog

146 32 17
                                    

Suara teriakan dan rintihan kesakitan seperti alunan melody buat mereka bahkan bau darah yang mengalir ditubuh pun sudah biasa seperti teman dalam hidup mereka. 

Baku hantam adalah makana mereka sehari-hari seperti saat ini, entah angin dari mana amberio menantang Glansine bahkan mereka membawa banyak pasukan namun itu tidak masalah buat anak Glasine.

Sebanyak apa pun pasukan Amberio itu tidak masalah buat anak Glansine karna mereka percaya Glansine selalu menjadi pemenangnya akan mereka musnahkan hama-hama yang menghalangi jalannya. Glansine adalah pasukan yang sangat banyak diseganin seinterior sekolah banyak mereka bahkan banyak yang ingin menjadi bagian dari Glansine. Tapi itu semua tidak mudah karna hanya orang yang terkuat yang bisa menjadi bagian dari keluarga Glansine bukan orang lemah yang berlindung dibelakang nama Glansine itu seperti mengali kuburannya sendiri.

"Ck! Cuma segitu doang kemampuan lu?" decak Vincen cowok jangkung mengejek musuhnya yang sudah babak belur olehnya.

"Bangsat?" balas Virgo sang ketua Amberio mengusap darah yang keluar dihidungnya.

Virgo lantas berdiri memukul Vincen dengan bogemannya VIrgo sangat kesal dan tak terima saat dirinya diejek oleh musuhnya. Vincen yang tau Virgo akan memukulnya dengan singap tangannya menelintir lengan Virgo hingga menimbulkan suara retakan tulang membuat Virgo berteriak tangannya seakan mati dan tak bisa bergerak.

Suara itulah yang selalu Vincen inginkan dia tidak akan segan-segan buat musuhnya mati ditangannya sungguh kejam bukan. Ya Vincenzo Lysander adalah ketua Glansine yang sangat kejam dan sadis maka tak heran jika dia terpilih menjadi ketuanya bahkan teman dan anak buahnya pun tak berani untuk mencari perkara dengannya jika mereka masih sayang dengan nyawanya. Bukan hanya kejam Vincen juga mempunyai paras wajah yang sangat tampan bak dewa yunani dengan tubuh tinggi menjulang.

mata elangnya menatap tajam Virgo yang sudah tergelatak tak berdaya dibawahnya. Vincen menginjak kakinya ditubuh Virgo yang merintih kesakitan didadanya berjongkok masih dengan kaki ditubuh Virgo.

"Jadi masih mau menantang gue." kata Vincen dengan senyum smirknya.

Dengan sisa tenaga Virgo mencengkar kaki vincen dengan tangan yang masih berfungsi."Gu...gue belom kalah." sahut Virgo.

Vincen hanya terkekeh mendengar Virgo yang keras kepala bahkan walau udah babak belur pun Virgo masih ingin menantangnya sungguh pantas diancungin jempol ketua Ambrio yang satu ini.

"Okay, mungkin dilain waktu lu bisa ngalahin gue dengan senang hati gue tunggu. Jadi sebaiknya lu pulihin badan lu jika ingin ngalahin gue." Tanpa rasa kasian Vincen berdiri melewati Virgo dengan menginjak badannya yang sudah remuk.

"Huuk." rintih Virgo saat Vincen menginjak badannya bahkan darah keluar dari mulutnya hingga kesadarannya menghilang.

"Gila Ambrio gak tanggung-tanggung kalo bawa pasukan. meski kudu maskeran lagi nih wajah tampan gue biar bonyoknya ilang." seru Bellen mengusap pipinya yang membiru.

Eros menoyor pala Bellen yang menurutnya berlebihan." Laga lu cug, pakai maskeran. Tuh muka juga mau lu apain juga tetep aja kaya pantat dangdang."

"Anjir, pantat dangdang. Ros lu kalo ngomong suka bener, gue suka gaya lu." timpal Gaian mengacukan kedua jempolnya ke Eros.

''Bangsat lu pada liat aja kalo muka gue lebih ganteng dari pada lu berdua gue ketekin lu." balas Bellen. Melempar botol kosong yang dilihatnya ke Eros dan Gaian namun sayangnya tidak kena dua curut udah menghindar duluan.

"Vincen, mana?' tanya Nevan berdiri disamping Eros.

Bellen, Eros dan Gaian saling pandang saat Vincen belom kumpul bersamanya, mereka terpisah saat baku hantam tadi hingga tak menyadari bahwa sang ketua belom terlihat sampai sekarang.

"Iya, si bos kemana nih belom nonggol dia." sahut Bellen matanya melihat kepenjuru jalanan mencari sosok keberadaan Vincen.

"Nyari siapa lu!" kata Vincen dibelakang Bellen membuat Bellen berjengkak kaget.

"Eh, ayam ayam." lata Bellen membuat Eros, Gaian dan Nevan tertawa terkecuali Vincen saat Bellen mengeluarkan latanya.

"kampret, perut gue mules langsung denger lu bilang ayam llen, haha." Gaian mencengram perutnya yang kram akibat tawanya.

"Ayam cug, baru denger gue cowok lata ayam. Ayam goreng kali ah." goda Eros tak mau kalah.

Bellen hanya mendengus saat temannya mengejak dirinya, sudah biasa kalo ada yang mengagetinya tiba-tiba maka Bellen akan reflek bilang ayam . Entah dari mana dia nurunin lata bahkan keluarganya tidak ada yang lata seperti dirinya. Kadang Bellen sering berpikir kalo dia bukan dari bagian keluarga kandungnya atau dia anak pungut yang diambil dari kardus.

"Eh, si bos kalo dateng bilang-bilang dong jangan bikin ane jantungan kan gak lucu kalo ada cewek yang lewat liatnya mau ditaro dimana harga diri seorang Bellen." ujar Bellen menoel jarinya dilengan Vincen.

"Virgo gimana Vin." tanya Nevan melihat Vincen yang masih diam tak peduli dengan Virgo.

"bener tuh si virgosir masih idup apa udah mati dia bos."Gaian juga penasaran dengan nasib Virgo ketua Ambrio.

Vincen hanya mengangkat bahunya."Mati mungkin." ucap Vincen santai.

"inalillahi wainalillahi rojiun, telah berduka cita musuh kita Virgo ketua Ambrio semoga amal dan perbuatannya diterima disisi Allah SWT amin."Bellen menangkup kedua tangannya mengusap kemukanya berdoa semoga nyawa Virgo tenang dialam sana.

"Vin!" panggil Nevan menatap Vincen seakan bertanya.

Vincen membuang napas kasarnya dengan mata tajam menerawang kedepan."Dia masih mau nantangin gue, walau udah sekarat pun."

"Wah, salut gue sama si Virgo udah sekarat masih mau nantangin. Punya nyawa berapa tuh orang." sahut Eros tak habis pikir dengan si Virgo.

"jadi, lu gimana?" Nevan mengangkat sebelah alisnya.

"Ck! jangan pernah panggil gue Vincen Lysander sang ketua Glansine jika tidak bisa melumpuhkan lawan karna Glansine akan selalu terdepan. no, not gonna die. We're gonna stand and fight forefer." bisik Vincen dengan senyum smirk membuat siapa pun yang melihatnya lari ketakutan.

*
*
*
*
*
To be continued

Vincenzo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang