Bab.7

23 20 4
                                    


"Guys, cepet keburu abis pertandingannya nanti." ajak Sadira kepada kedua temannya.

Zilla hanya memutar bola matanya."Sabar kali Dir gapain sih buru-buru kaya kebakaran jegot aja."

"Ih, gue kan mau liat ayang beb gue tau." Sadira mencubit tangan Zilla.

"Auh, sakit dira." Zilla mengelus tangannya yang dicubit Sandira.

"Kok malah berantem sih, yaudah ayok kita kelapangan." Lili melerang kedua temannya.

Mereka pun berjalan keluar kelas untuk melihat pertandingan basket antara sekolahnya dengan sekolah lain bukan hanya Sandira dan Zilla aja yang tak sabar untuk melihat pertandingan Lili juga ingin melihatnya juga. Ditambah kekasihnya juga ikut tanding beserta teman-temannya apa lagi Nevan sang ketua Basket yang sangat jago.

Maka tak heran jika Vincen dan kawan-kawannya selalu menang dalam pertandingan basket antar sekolah. Bukan hanya menang dalam bertanding saja mereka juga selalu menang melawan musuh-musuhnya yang ingin memusnahkan nama Glansine. Oleh sebab itu banyak sekali yang ingin melumpuhkan anak Glansine dari interior sekolah.

"Santai aja keles gak usah buru-buru gue juga tau lu mau liat gebetan lu itu si Gaian." omel Zilla saat mereka udah sampai dilapangan yang banyak sekali siswa yang sudah berkumpul melihat jagoan mereka tanding.

"Banyak banget yang nonton kita sampai gak kebagian tempat nih." keluh Lili melihat sekeliling lapangan.

"Itu kosong, ayok kita kesitu aja." tunjuk Sandira ketempat pojok yang terdapat pohon.

Disitu memang masih kosong dan juga adem karna terhalang pohon yang besar.

Suara teriakan dari semua siswa cewek sangat nyaring membuat telinga mereka sakit saking nyaringnya. Apa lagi para fansnya Vincen dan teman-temannya membuat Zilla dan Sandira ingin muntah melihat keganjenan mereka.

"Lebay, banget sih pada kaya baru liat aja." omel Sandira bergidik jiji.

"Iya bener apa lagi pakai acara bawa atribut segala dikira lagi MOS apa." Zilla mengiyakan omongan Sandira.

Zilla yang melirik kearah Lili hanya diam saja dari tadi."Kok lu diam aja sih Li liat cewek-cewek neriakin nama cowok lu."

"Hah, gak papa kok jika cewek -cewek neriakin nama Vincen itu tandanya mereka menyemagatinya supaya semangat." Kata Lili tersenyum.

"Gue heran sama lu Li gak ada marah apa keselnya gitu ke cewek yang godain si Vincen, kalo gue jadi lu mah beh udah gue ajak berantem tuh cewek-cewek yang godain pacar gue." oceh Sandira meremas tangannya.

"Aku gak masalah kok sama itu selagi Vincen gak nanggapi, lagian aku juga percaya sama Vincen." balas Lili memandang kearah kekasihnya yang sedang tanding.

"Kenapa hati lu sangat lembut banget sih Li gue kan jadinya terharu liatnya gak tega jika sampai ada yang jahatin lu Li." Zilla memegang kedua tangan Lili dengan erat.

"Gak sampai gitu juga kali Zill, geli gue liatnya kalo lu gitu." Sandira menoyor pala Zilla.

"Gue kan terharu tau." sahut Zilla dengan puppy eyesnya.

Lili hanya tersenyum mendengar Sandira dan Zilla yang berseteru Lili sangat bersyukur karna menemukan teman yang baik dan bisa menerima Lili apa adanya. Sandira dan Zilla adalah teman pertamanya yang mau mengulurkan tangan kepadanya sejak Lili masih kecil Lili gak pernah mempunyai satu pun teman Lili selalu sendirian Lili sangat kesepian. Gak ada satu pun yang mau berteman dengannya walau Lili sudah mencoba mendekati dan mengajaknya bermain namun mereka semua seakan segan untuk berteman dengannya. Lili hanya bisa memandang anak seusianya yang bermain dengan jauh Lili hanya bisa bermain dengan kucing pemberian dari ayahnya saat Lili berulang tahun itu adalah kado terindah yang ayahnya berikan.

Vincenzo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang