Bab.2

56 29 5
                                    


Diwarung kecil dan tak terlalu besar tepatnya dibelakang sekolah tempat kumpulnya para anak Glansine jika sedang jam kosong bahkan ada yang bolos untuk menghindari pelajaran yang menurut mereka membosankan. Buat apa susah-susah belajar jika otak mereka udah pintar dari orok cuma buang-buang waktu dan menguras tenaga saja lebih baik mereka nongkrong diwarung Bu Indun yang menjadi tempat nongkrong anak Glansin dari pada dikelas membosankan.

Warung Bu Indun sudah sejak lama ada walau tak banyak orang yang tau mungkin karna warungnya kecil dan letaknya dibelakang sekolah jadi semua murid tidak ada yang mau kebelakang mereka kebanyakan pada lari kekantin yang ramai dan juga higenis makanannya.

Tapi tidak buat anak Glasine karna warung Bu Indun walau tempatnya kecil tidak luas seperti didalam kantin, tapi sangat nyaman buat anak Glansine dan juga makanannya enak harganya pun murah Bu indun juga sangat ramah dan baik pada anak Glansine Bu Indun juga sering kasih makan gratis. Itu sebabnya kenapa mereka lebih milih makan diwarung Bu indun dari pada dikantin sekolah yang menurut mereka tidak enak seperti makanan Bu Indun walau hanya berbagai macamgorengan, mie rebus atau kopi susu itu saja udah terasa nikmat buat mereka.

"Bangsat, kalah gue." teriak Bellen yang bermain game bersama Eros.

"Haha, rasain lu macem-macem sih sama gue." balas Eros tak kalah sengit.

"Bwu twambwah kwopi jwahwenya swatu." pinta Gaian yang makan gorengan tahu ke Bu Indun.

"Siap den Gai." sahut Bu Indung mengacuhkan jempolnya.

"Gorengan tambah kopi jahe apa rasanya." tanya Bellen yang melihat Gaian masih asik dengan gorengannya.

"Yang jelas nikmat." ujar Gaian.

Nevan yang duduk disamping Gaian sibuk dengan handphonenya bahkan kopi susunya belum tersentuh setetes pun. Gaian yang memang duduk disampingnya sampai melihat kearahnya yang masih fokus dengan handphonenya entah sama siapa dia chatan.

"Serius banget lu sama handphone sampai kopi susu lu, lu angurin kasian gue liatnya takut cemburu doang." kata Gaian saat dia udah selesai makan gorengannya.

Nevan masih fokus dengan handphonenya seakan omongan Gaian hanya seperti angin lewat.

"Paling juga sama ayang bebnya siapa lagi." tebak Eros saat dirinya udah selesai bermain game sama Bellen.

"Nikmatnya yang punya pacar, serasa dunia milik berdua yang lain pada ngontrak." timpal Bellen menangkup sebelah pipinya dimeja.

Tak

Eros menjitak pala Bellen dengan keras."Makanya punya pacar."

"Kaya lu punya aja." Bellen mengusap palanya yang dijitak Eros.

"Gue, cooming soon bakal cari." Eros melipat tangannya didada dengan gaya sombong.

"Mau cari dishoppee lu?" Gaian melempar cabe ke Eros enek liat tampang Eros yang so cool.

Membuat Bellen beserta anak Glasine tertawa saat mendengar Gaian berargumen dengan Eros sudah biasa buat mereka melihat kelakuan para member anak Glansine.

Vincen yang baru dateng mendudukan pantatnya disamping Bellen dengan senyum yang tak pernah hilang sejak pagi tadi Vincen bertemu sang pujaan hatinya.

"Abis dari mana bos." tanya Bellen namun yang ditanya cuma tersenyum gak jelas.

"Abis nemuin my princess." potong Gaian.

"Gak Nevan, gak Vincen punya pacar pada gak jelas ya Ros." bisik Bellen pada Eros yang mengakukan kepala mengiyakan.

Vincenzo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang