Bab. 17

5 2 0
                                    


"Untung saja bapak dan ibu dengan cepet membawa putri bapak kerumah sakit. Jika terlambat saja mungkin sudah tiada." jelas dokter tersebut.

Ferdi dan Sekar bersyukur karna anaknya masih bisa diselamatkan setelah mendengar dokter yang memeriksa anaknya.

"Allhamdullilah." ucap Ferdi dan sekar bersama.

"Apakah saya sudah boleh masuk dan melihat putri saya dok?" tanya Ferdi.

"Bapak dan ibu sudah boleh untuk melihat putri bapak." balasnya."Kalo begitu saya permisi dulu pak bu." sambungnya pamit kepada Ferdi dan sekar.

Ferdi dan Sekar pun masuk kedalam melihat putri tercintanya terbaring diruang rawat dengan selang inpus di kedua tangannya. Ferdi memeluk Sekar yang menangis dan menuntunnya untuk duduk di bangku. Ferdi juga menangis dalam diam saat melihat anaknya yang terbaring Ferdi seperti dihantam batu besar saat melihat anaknya melakukan hal gila yang hampir saja merengut nyawanya.

"Ini semua salah ku mas." isak Sekar.

Ferdi mengelengkan kepalanya."Engak, ini bukan salah mu tapi aku yang tidak pernah ada buat mu dan Lili."

"Aku seperti ibu yang tidak becus menjaga anaknya sendiri."

"Tidak. Jangan berbicara seperti itu salahkan saja aku yang tidak pernah bisa menjaga keluarga ku sendiri. Hingga membuat Lili seperti ini." jelas Ferdi terisak disamping Sekar.

''Lili kecilku kenapa begini. Ibu sangat takut sayang ibu mohon cepat buka mata mu ibu sangat mencintai dan menyanyagimu." tutur Sekar mengengam tangan putrinya dipipinya yang bercucuran air mata.

Hati Ferdi pun ikut tersiksa dan menjerit Ferdi seperti ayah yang tidak bisa menjaga putrinya. Kenapa ini semua harus terjadi kepada putri semata wayangnya walau Ferdi selalu melihat Lili putrinya terlihat sangat bahagia namun dibalik itu semua Ferdi tidak tau jika itu membuat Lili menderita hingga ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Apakah selama ini putrinya tidak bahagia atau kah Ferdi harus membawa istri dan putrinya untuk keluar dari rumah ayahnya Hendri atau pergi menjauh dari negara ini agar putrinya dan istrinya bisa hidup dengan tenang dan bahagia tanpa ada satu pun orang yang membencinya. Terbesit fikiran untuk memilih yang kedua namun apakah Sekar dan Lili putrinya setujuh dengan idenya Ferdi sendiri pun tidak yakin dengan itu.

Ferdi tau memang sejak awal Ferdi menikah dengan Sekar ayahnya Hendri sudah tidak menyukai Sekar dan Lili anaknya. Namun itu semua tidak Ferdi pedulikan walau ayahnya sering sekali dengan terang-terangan menunjukan rasa tak sukanya kepada istri dan anaknya. Ferdi sangat mencintai Sekar istrinya dan juga Lili Ferdi akan selalu menjaga istri dan anaknya walau Hendri membenci mereka sekali pun.

Ferdi meninggalkan Sekar yang masih menemani Lili didalam. Ferdi berjalan keluar untuk menenangkan fikirannya, Ferdi menyenderkan tubuhnya dibangku taman menengelamkan kepalanya dengan kedua tangannya. Hingga setetes demi setetes air matanya mengalir dalam diam. Kenapa semua ini harus terjadi pada keluarganya jika saja ayahnya tidak membencinya dan mau memenerima Sekar dan Lili anaknya mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi. Kenapa ayahnya segitu bencinya kepada Lili cucunya hinga tidak pernah mau mengakuin Lili sebagai cucunya. Bukankah setiap orang tua akan selalu bergembira jika mendapatkan seorang cucu namun kenapa tidak dengan Hendri ayahnya hanya karna Lili terlahir sebagai perempuan bukan seorang pria yang Hendri inginkan apakah putrinya tidak layak untuk dilahirkan kedunia. Apa yang mesti Ferdi lakukan sekarang agar bisa memusnakah tembok kebencian ayahnya kepada Sekar dan Lili anaknya.

Sekar masih setia menggengam tangan Lili putrinya Sekar tidak ingin meninggalkan putrinya barang sedetik pun. Sekar juga tidak peduli walau tubuh dan matanya sudah lelah dia akan terus menemani Lili dia takut jika dia meninggalkan Lili sebentar maka Lili akan pergi meninggalkan dirinya Sekar tidak ingin itu terjadi.

Ferdi berjalan masuk kedalam dan melihat Sekar yang masih setia disamping Lili.

"Sayang, sebaiknya kamu istirahat aku gak mau kamu sakit juga nanti." ucap Ferdi disamping sekar.

Sekar menolak untuk beristirahat."Engak aku gak mau ninggalin Lili mas."

"Sayang."

"Kumohon." kekeh Sekar.

Ferdi menghembuskan napasnya dengan perlahan mencoba untuk membujuk istrinya.

"Aku tau sayang kamu sangat menyanyangi Lili aku pun juga, tapi kamu juga perlu istirahat aku juga yakin Lili pasti akan marah jika melihat ibunya juga sakit." jelas Ferdi membelai pala Sekar.

Sekar pun benar apa yang dikatakan Ferdi suaminya maka dari itu Sekar menurut apa yang diucapkan Ferdi dan mengistirahatkan tubuhnya di sofa panjang. Ferdi menyelimuti tubuh Sekar yang sudah tertidur lelap bahkan Ferdi juga membelai wajah halus Sekar dengan sayang. Ferdi berjanji akan selalu menjaga dan melindungi Sekar dan Lili apa pun yang akan terjadi nanti dan mereka akan selalu bersama.

*****

"Hello everbody, holla-holla, yoi orang tampan datang." teriak Bellen nyelonong masuk apartement Vincen.

"Goblok. Bukannya ucapin salam malah bahasa asing lu keluarin." Eros mengeplak pala Bellen yang sudah nangkring di sofa.

"Sepi amat nih rumah kaya gak ada penghuninya." Kata Gaian. Melihat sekeliling ruangan.

"Otw kemarih katanya." jawab Nevan. Singkat.

Mereka bertika hanya ber oh sebagai jawabannya.

"Eh. Kalo Vincen gak ada dirumah lah terus nih pintu kebuka sendiri gak dikunci jangan-jangan ada maling lagi.'' Tanya Gaian.

"Lah iya gue juga baru sadar." timpal Bellen.

"Gue yang pegang kuncinya." Nevan mengeluarkan kunci didalam sakunya.

"Kok bisa." kata mereka bertiga penasaran.

Nevan hanya mengangkat bahunya."Panjang ceritanya."

Mereka hanya menganggukan kepala saja walau penasaran kenapa bisa Vincen menyerahkan kunci apertemenya kepada Nevan. Tapi mereka juga tidak mau ambil pusing karna mereka juga tau pasti Vincen juga pasti bakal cerita kepada mereka. Baik Vincen atau pun yang lainnya tidak pernah ada yang mereka tutup-tutupin mereka pasti bakal cerita jika mereka punya masalah dan saling berbagi.

Vincen mengendarain motor dengan kecepata karna teman-temannya sudah menunggunya di apartementnya. Semenjak pulang dari rumah neneknya fikiran Vincen tidak menentu ditambah lagi pembicaraan dengan neneknya yang menginginkan Vincen untuk meneruskan perusahaannya walau Vincen mengiyakannya tapi hatinya belom yakin sepenuhnya. Banyak sekali pertanyaan dalam benak Vincen saat ini apa lagi jika Vincen meneruskan perusahaan neneknya maka Vincen akan dalam kekuasan neneknya sepenuhnya dan itu sama seperti neneknya menjauhkan Vincen dengan Lili.

Vincen tidak bodoh dan buta saat menyadari kenapa neneknya begitu kekeh ingin Vincen kembali kerumah dan menginginkan Vincen meneruskan perusahaannya. Karna neneknya hanya menginginkan balas dendam bukan rasa sayang kepada Vincen. Namun Vincen berpura-pura seakan Vincen tidak tau rencana busuk neneknya dengan menyuruh Rude orang kepercayaannya untuk mengawasinya disetiap saat.

*
*
*
*
*
To be countinued

Vincenzo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang