AKU DAN KAMU

9 5 55
                                    

Devan sedang berada di koridor. Cowok itu duduk sendirian. Tanpa ada Zevanya di sisinya. Cewek itu tidak masuk hari ini. Devan saja tak tahu mengapa Zevanya tidak masuk. Mungkin sakit?

Maka dari itu, Devan berniat untuk menjenguk Zevanya nanti. Kini, cowok itu mengeluarkan earphone dari dalam tas nya dan menyalakan lagu to the bone milik Pamungkas.

"Asik banget nih lagunya," ujar Devan. Cowok itu tidak tahu bahwa ada yang memandanginya dari jauh. Syifa.

Syifa mendekati Devan. "Devan!" Syifa memanggil.

Devan tak mendengar. Ia sibuk bersenandung kecil. Kepala nya mengangguk-angguk mengikuti nada suara. Cowok itu menghentak-hentakan kakinya.

"DEVAN!" Syifa memanggil Devan lebih kencang.

"Eh, iya kenapa? Sorry tadi gue gak denger. Maaf ya," ucap Devan membuat Syifa mengangguk.

"Zevanya mana? Gak masuk?" tanya Syifa untuk sekadar berbasa-basi.

"Iya, gak masuk. Sakit mungkin," balas Devan sambil memasukkan kembali earphone nya ke dalam tas.

"Masa, sih sakit? Gue pengen jenguk," kata Syifa. Cowok itu tahu Syifa hanya berpura-pura baik di depannya. Syifa kira, Devan tidak tahu?

"Gue juga mau jenguk Zevanya. Bareng aja mau?" tanya Devan membuat Syifa menoleh karena kaget.

"H-hah? Emangnya boleh? Oh iya gue baru inget. Nanti gue ada acara keluarga, jadi gak bisa jenguk Anya. Maaf ya," ucap Syifa.

Devan merengut kesal. "Katanya tadi lo bisa! Gimana sih, Syif?" ujar Devan.

"Sorry," cicit Syifa. Devan bergumam membalasnya. Syifa menatap Devan teduh.

"Kenapa lo lihatin gue?" Nada bicara Devan berubah mengintimidasi.

Berbeda saat Zevanya yang menatap Devan. Sangat amat berbeda.

"Gapapa Dev. Gue cuma lihatin lo doang. Gak boleh? Emangnya salah ya kalau gue ngelihat lo? Gue kan punya mata." Syifa beralasan.

"Bukannya gitu. Gue gak biasa dilihatin cewek sampai kayak gitu," balas Devan. Dirinya lalu menatap Syifa dengan tatapan yang sukar diartikan.

"Berarti gue yang pertama nih?" tanya Syifa.

"Dih? Ngarep banget. Udah ah, gue mau ke kelas. Jangan ikuti gue." Devan langsung bangkit tanpa repot-repot menoleh ke arah Syifa.

"Devan! Ih jahat banget. Gue ditinggalin," kesal Syifa.

"Bodo amat, emang gue pikirin?" sahut Devan membuat Syifa kesal setengah mati.

"Anjir, udahlah. Gue juga mau ke kelas. Bye bye!" ucap Syifa.

"Dih, kok malah lo yang ninggalin gue? Bukannya harusnya gue ya?" Devan bingung. Syifa menatap Devan dengan tatapan sukar diartikan.

"Gak tau ah. Gue males tau. Pengen ke kelas gue nih," balas Syifa. Akhirnya cewek itu sampai di kelasnya.

"Syifa anjir! Malah gue yang ditinggalin. Ternyata bener apa yang ada di kepala gue. Cewek selalu benar," kata Devan. Cowok itu menyusul langkah Syifa ke kelas.

🌹🌹🌹

"Ana, lo tau gak Zevanya gak masuk hari ini!" ujar Syifa. Elvanna yang mendegar nya terkejut setengah mati.

"Eh? Lo serius? Si kampret gak masuk?" tanya Elvanna.

"Iya. Gue serius. Devan yang bilang ke gue. Asik kan? Rencana kita berhasil, buat dia gak masuk. Pasti dia di rumah lagi bingung kenapa baju seragam nya gak ada. Kan gue umpetin." Syifa tertawa puas membuat Elvanna menoleh.

Future & Past (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang