PELAKU

13 5 41
                                    

Baju seragam olahraga Zevanya hilang. Tidak tahu kemana. Pelaku nya masih belum ditemukan. Setelah dari rumah Syifa, Devan dan Zevanya pulang ke rumah mereka masing-masing. Zevanya butuh merileksasi pikirannya.

Cewek itu kurang tidur sejak kemarin. Zevanya masih mencari baju olahraga nya. Siapa tau kan, pelakunya berbaik hati menaruh baju nya di rumah? Tapi apa mungkin?

Devan memainkan handphone nya. Beralih membuka aplikasi WA. Saat itu dirinya sedang dilanda gundah gulana. Bingung. Itulah yang dirasakannya sekarang ini.

Ditambah lagi, Felisha sedang sakit. Makin-makin beban yang ditanggung Devan.

"Fyuhh! Kapan sih baju olahraga Anya ketemu? Pelaku nya siapa coba? Gak mungkin kan dia lupa naro?" ujar Devan.

Devan lalu masuk ke kamar mandi. Ia butuh menyegarkan pikirannya yang sejak tadi dipakai terus menerus.

Saat ia tengah mencuci wajahnya dengan air, tiba-tiba ada seseorang yang mengejutkannya. Devan menoleh ke arah belakang. Lalu cowok itu menutup keran.

"Lah Devan? Lo habis ngapain?" tanya Allison.

"Cuci muka. Kenapa?" ujar Devan.

"Gak apa-apa sih. Cuma nanya. Tadi gue liat Zevanya di dalam kelas lagi agak nunduk. Kayaknya dia nangis deh. Gue juga gak tau dia kenapa," ucap Allison.

"Nangis? Kenapa dia nangis coba? Ada yang buat dia nangis apa?" tanya Devan.

"Gue juga gak tau. Mending lo cek aja deh dalem kelas," tutup Allison membuat Devan mengangguk.

Devan memandang Allison lalu mencari kebohongan pada wajahnya. Tapi, cowok itu sama sekali tidak menemukannya.

"Jadi apa yang lo bilang benar? Zevanya nangis? Kalau apa yang lo bilang bener yaudah, gue mau nyusul Zevanya ke dalam kelas. Soalnya, kemarin baju dia hilang. Sampai sekarang belum ketemu. Masih misteri," kata Devan.

"Yaudah, susul aja sana. Gue juga mau ke kelas ini," ucap Allison.

Devan mengangguk lalu menghikangkan pikiran bahwa terjadi apa-apa dengan Zevanya.

🌹🌹🌹

Devan menemukan Zevanya tengah menangis tersedu-sedu. Devan tak tahu mengapa cewek itu menangis. Apa mungkin karena baju olahraga nya belum ditemukan?

Hm, biarkan Devan berpikir terlebih dahulu.

"Anya, lo kenapa nangis?" tanya Devan.

"Baju olahraga gue Van! Belum ketemu," jawab Zevanya. Dirinya sudah sangat frustasi. Elvanna dan Syifa yang menyebabkan baju Zevanya hilang bak ditelan bumi.

Apa baju olahraga nya masih di mereka berdua? Semoga saja ada Ya Allah, Zevanya membatin.

"Kayaknya gue tau baju olahraga lo di siapa, apa mungkin di Elvanna sama Syifa ya? Kemarin kan kita ke rumahnya! Eh mereka bilang masa gak ada sih! Kan aneh kan? Bener-bener aneh emang. Aneh se aneh-aneh nya," Devan sudah mulai lelah dengan ketidakpastian ini.

"Coba kita paksa aja, mereka kan takut sama lo. Sama gue mah mereka berani. Gak ada rasa takut sama sekali. Makanya, lo harus bikin mereka takut dengan cara lo sendiri," ujar Zevanya.

"Ya, tapi caranya gimana Nya? Otak gue lagi buntu nih. Lo gak tau aja," ucap Devan membuat Zevanya mendengus kesal.

"Gue tau. Lo ke rumahnya aja, terus paksa suruh ngaku. Gue yakin mereka berdua pelakunya. Lagipula, siapa lagi  kalau bukan mereka kan?" tanya Zevanya. Devan mengangguk. Benar juga. Siapa lagi kalau bukan mereka?

Alamak! Merepotkan saja.

"Iya sih benar. Yaudah yuk. Kita ke rumahnya nanti. Gue gak sabar liat mukanya," kata Devan.

Future & Past (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang