KEPIKIRAN

4 1 3
                                    

Jiwa. Cowok itu sangat membuat Zevanya naik darah. Kemarin Jiwa mengajaknya masuk ke rumahnya.

Padahal mereka baru kenal, dan Jiwa bilang bahwa dia menyukai Zevanya. Aneh. Sangat aneh. Bahkan dia tahu Devan.

Memikirkannya saja sungguh membuat kepala Zevanya ingin meledak. Lelah sekali.

Sudahlah, sejenak Zevanya harus rileks. Tidak boleh memikirkan hal berat.

Jiwa akan selalu Zevanya ingat. Kemarin juga cowok itu meminta nomornya. Tadinya Zevanya tak mau memberinya. Tapi jangan lupa kalau Jiwa sangat pemaksa.

Jadi Zevanya kasih, tapi ia tak akan membalas lebih jika Jiwa menghubunginya.

🌹🌹🌹

Setelah menyelidiki siapa yang menempel foto Reynald di mading, Zevanya sudah tau pelakunya.

Ternyata pelakunya Devan. Benar dugaan Zevanya.

Zevanya merasa kesal. Ia marah karena Devan telah melakukan itu. Bisa-bisanya. Jahat sekali dia.

Gadis itu tadinya ingin meminta maaf karena menolak pemberian Devan. Tapi ternyata, Devan sendiri yang sudah mengibarkan bendera perang.

"Devan! Awas aja. Gak bakal gue kasih ampun!" seru Zevanya marah.

Devan dan Zevanya nampaknya sudah sangat jauh.

Jauh untuk mereka kembali seperti dulu.

Devan yang membuat semuanya berantakan. Dia memang akar dari masalah.

Devan Airlangga. Tak akan Zevanya biarkan cowok itu hidup tenang.

🌹🌹🌹

Zevanya, Elvanna, dan Syifa sedang menelusuri lorong sekolah.

Terlihat sepi. Karena bel masuk sudah berbunyi.

Mereka masuk ke kelas.

Saat Zevanya melewati meja Devan, ia menatap sinis Devan.

Devan terlihat tidak peduli. Ia hanya memandang gadis itu dalam diam.

Tatapannya tajam, setajam elang. Tapi itu tak sedikitpun membuat Zevanya ketakutan.

"Oh ternyata lo?!" Zevanya terlihat marah. Wajahnya memerah dan ia mengepalkan tangannya.

"Apaan sih?" tanya Devan dingin. Zevanya terkejut, cowok itu telah kembali seperti dulu.

Seperti saat mereka belum berkenalan.

"Masih mau pura-pura juga lo?!"

"Gajelas lo."

"Lo itu cuma berlindung di balik topeng lo! Gue tau lo siapa sekarang!" teriak Zevanya.

Devan berdecih. "Dasar cewek freak. Gue gak ngerti sama jalan pikiran lo."

"Kurang ajar lo! Gue udah liat videonya! Sekarang lo harus ngaku kalau lo dalang di balik semua ini," tekan Zevanya.

"Denger ya, yang ada di video itu bukan gue. Gue gak mungkin melakukan hal seperti itu. Gak berguna sama sekali buat gue. Lagian lo ngapain percaya sama video sialan itu?!" Sekarang, gantian Devan yang tidak bisa menutupi kemarahannya.

Zevanya terlihat terkejut. "Gue gak percaya."

"Terserah lo. Gue gak suka dituduh yang enggak-enggak," ucap Devan kesal. Dia menatap Zevanya tajam untuk kedua kalinya.

Zevanya berjalan ke kursi nya lalu duduk. Tatapan setajam elang Devan berhasil membuatnya ketakutan.

Bagus. Sekarang dia harus apa? Siapa sebenarnya yang telah menempel foto Papanya dan memfitnah Devan?

Future & Past (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang