BAHAYA

14 5 32
                                    

Devan mengendarai mobilnya dengan gila-gilaan. Dirinya mendapat informasi kalau Zevanya masuk rumah sakit. Devan tak tahu sebabnya. Hubungannya dengan Zevanya kemarin merenggang. Devan tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu.

"Zevanya, lo kenapa sih? Lo masuk rumah sakit kenapa?! Perasaan lo kemarin baik-baik aja. Kenapa sekarang lo kayak gini?" tanya Devan pada dirinya sendiri.

Rumah sakit medika, tempat Zevanya dirawat sedang penuh-penuhnya. Sangat banyak pasien di rumah sakit. Dari mulai anak-anak, remaja, sampai dewasa dirawat di sana. Semesta sedang mempermainkan hubungan mereka.

Devan langsung keluar dari mobilnya, lalu menutup pintu mobil. Devan sangat khawatir akan keadaan Zevanya. Apa cewek itu baik-baik saja?

Devan menaiki lift yang berada di dekat kamar rawat. Agar lebih cepat sampai, Devan pun memencet tombol dengan tak sabaran.

Jika benar Zevanya dirawat, tapi karena apa? Apakah Zevanya benar-benar sakit?

Devan sampai di ruang rawat Zevanya saat perempuan itu sedang tidur. Wajah Zevanya terlihat damai. Devan tersenyum getir. Zevanya sakit. Itu yang ia dapat dari Elvanna.

"Nya, ini gue. Bangun dong, lo kenapa? Bagian mana yang sakit?" tanya Devan. Zevanya menggeliat di brankar nya.

Zevanya perlahan membuka matanya, pertama yang ia lihat adalah Devan. Cowok yang kini berada di depannya.

"Devan? Lo ngapain di sini?" ujar Zevanya membuat Devan tersenyum tipis.

"Jengukin lo, kata Elvanna lo sakit. Emang lo sakit apa? Kenapa bisa sakit?" tanya Devan penasaran.

"Sakit demam," jawab Zevanya pendek. Cewek itu sedang malas berbicara. Dan, Devan mengajaknya untuk berbicara yang membuat Zevanya kesal.

Tidak bisakah cowok itu tidak datang sekarang? Devan datang disaat yang tidak tepat.

"Kenapa bisa?" ucap Devan.

"Minum es terus gue," balas Zevanya.

"Makanya, jangan minum es terus," peringat Devan membuat Zevanya menggeleng.

"Gak bisa," ujar Zevanya.

"Gak bisa gimana? Lo jangan nyakitin diri sendiri deh. Jaga diri lo sendiri aja gak bener. Minum es terus sih," komentar Devan.

"Emang kenapa? Masalah buat lo?" tanya Zevanya sarkas. Devan terdiam.

"Untuk kebaikan diri lo sendiri, Nya," kata Devan.

"Oh ya? Terus? Gak usah sok peduliin gue deh! Geli tahu!" tolak Zevanya keras.

"Dih? Biar lo sembuh kali, malah marah lagi. Dasar cewek gajelas," ejek Devan.

"Apa lo bilang?!" ujar Zevanya sambil mengepalkan tangannya kesal.

Tiba-tiba suster yang merawat Zevanya datang saat mereka sedang berdebat.

"Saya mengantarkan makanan. Waktunya pasien untuk makan," ucap suster Lani.

"Iya, terimakasih sus, taruh aja disitu makanannya," balas Zevanya sambil tersenyum tipis.

"Baik, saya taruh disini ya makanannya." Suster Lani menaruh makanan di meja ruang rawat Zevanya.

"Saya keluar dulu," pamit suster Lani.

"Iya sus," balas Zevanya. "Hati-hati," ucap cewek itu.

Setelah suster Lani keluar, Devan bertanya kepada Zevanya.

"Mau gue suapin gak?" tanya Devan.

Zevanya melotot pada cowok itu. "Gak perlu."

"Beneran gak mau? Gue lagi baik nih," kata Devan membuat Zevanya menggeleng tak setuju.

Future & Past (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang