UJIAN MENGAMBIL BAJU

8 5 23
                                    

Elvanna meminta Zevanya untuk ujian karena cewek itu ingin mengambil seragam. Zevanya tidak bisa tidur lagi sejak dua hari yang lalu. Ia memikirkan baju olahraga nya yang masih di tangan Elvanna.

Bagaimana jika seragam nya hilang? Siapa yang akan mengambil nya jika memang masih ada?

Elvanna menyuruh Zevanya untuk mengambilkannya sebuah cincin yang tersimpan di kamarnya. Untuk bagian dari ujiannya. Jelas saja, Zevanya menolak. Lagipula seenaknya saja dia menyuruh.

Mau? Kerjalah sendiri! Gausah minta bantuan gue lo! Dasar aneh minta tolong tapi gak tau terima kasih. Siapa tuh? Ya elo lah! Siapa lagi anjir?!

Zevanya kesal. Bahkan sangat kesal. Bagaimana untuk meredakan kekesalannya? Bagaimana cara mengatasinya?

"Lo bisa gak gausah bawel? Minta bantuan terus, tapi gak tau terima kasih. Tolol sih lo," ucap Zevanya pedas.

"Siapa lo berani-beraninya ngatain gue tolol?! Lo kali yang tolol!" balas Elvanna.

"Bukannya kebalik ya? Hahaha lo kan aneh emang, udah aneh. Tolol lagi. Bisa gak sih lo gausah ngadain ujian-ujian?! Ribet banget tau gak lo?! Hidup lo emang ribet ya? Gak kayak gue, simple," komentar Zevanya.

"Gak lah, tetap ada ujian. Dikira gampang ngambil seragam olahraga lo?!" tanya Elvanna kesal.

"Dih? Apaan? Rese lo ya?! Gue telfon Devan nih, lo nya kayak gitu. Curang tau," kata Zevanya kesal. Tak ada pilihan untuknya. Hanya satu tujuannya. Menelfon Devan Airlangga.

"Jangan Nya, lo mau gue diomelin sama calon pacar lo itu?" ucap Elvanna.

Zevanya mengedikkan bahunya, tak peduli. "Bodo amat, emang gue pikirin?" tanya Zevanya pada Elvanna.

"Dih jahat lo ya! Yaudah, sana telfon gue gak takut," ujar Elvanna. Bodoh. Sangat bodoh. Nyalinya saja sudah ciut saat mendengar suara Devan.

Zevanya mengangguk. "Oke, gue telfon sekarang nih, ya?" tanya Zevanya.

"Terserah," balas Elvanna cuek. Padahal jantungnya sudah berdebar-debar karena takut.

"Oke. Gue telfon," ucap Zevanya sungguh-sungguh.

"Eh? Anjir beneran?" ujar Elvanna kaget.

"Halo, Devan. Iya ini Elvanna ngadain ujian buat gue ambil baju olahraga. Gimana nih cara atasinnya?!" tanya Zevanya di telfon. Ia menjilat bibir.

"Oh, gitu caranya. Di marahin aja?" ujar Zevanya.

"Heh, apaan? Mau marahin gue? Gak bakal mempan kali," komentar Elvanna.

"Apaan sih berisik banget bego," kata Zevanya kasar membuat Elvanna menatapnya tajam.

"Udah, ujian sekarang. Lo harus nurutin permintaan gue. Gimana? Deal gak?" tanya Elvanna.

"Deal. Tapi nanti gue disuruh ngapain?" ucap Zevanya.

"Banyak, salah satunya lo harus setrikain baju gue," kata Elvanna semaunya.

"Sendiri lah. Seenaknya banget lo. Enak di lo, gak enak di gue! Apaan lo nyuruh gue kayak gitu. Tolol banget," maki Zevanya.

"Gue gak mau tau. Pokoknya harus beres setelah gue mandi," ujar Elvanna. Zevanya menarik napas, lalu memandang Elvanna penuh rasa kesal. Ia sangat jengkel kepada Elvanna.

Dikira dia mau apa setrikain baju? Lo kira gue babu? Hah? Dasar anak goblok!

"Heh, gue gak mau ya lo suruh-suruh. Lo kayak penjajah sedangkan gue pejuangnya tau gak? Makanya diem, gausah nyuruh terus," ucap Zevanya.

Future & Past (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang