MALADIE?!

9 5 30
                                    

Zevanya berada di kamar nya. Gadis itu merasa tak enak badan sekarang. Sekujur tubuhnya dingin. Zevanya tak sarapan dan makan siang tadi, yang membuat dirinya lemas.

Zevanya meraih handphone nya yang berada di atas nakas. Ia membuka aplikasi chat berwarna hijau bertuliskan LINE. Gadis itu tersenyum karena tau siapa yang mengiriminya pesan.

Devan Airlangga

Makan yang banyak Zev! Gue gak mau ya kalau lo sakit. Awas aja klo lo gak makan! Gue susulin lo ke rumah!

Zevanya Khanza

Iya, gue tau kali Van. Gausah diingetin juga. Badan gue lemes bgt nih :( lo bisa kesini gak?

Devan Airlangga

Gue ada kerjaan, nanti deh ya. Sekalian gue bawain coklat mau gak? atau es krim?

Zevanya Khanza

O yauda. Gausah Van nanti ngerepotin lo. Coklat masih banyak di rumah.

Devan Airlangga

Gausah? Gak ah. Gue mau bawain aja buat lo kenapa sih? Tapi jangan di makan pas lagi sakit ya. Nanti klo lo udh enakan. Udh dulu ya.

Zevanya Khanza

Y terserah lo aja.

Zevanya cemberut. Devan tak mengerti apa yang ia mau. Zevanya hanya ingin Devan berada di sampingnya. Sekali ini saja. Memangnya tidak boleh?

Zevanya buru-buru keluar dari kamarnya. Kapan Devan akan datang? Sudahlah, tak perlu dipikirkan.

Gadis itu pergi ke dapur sebentar. Lalu melihat Mamanya yang sedang memotong buah-buahan. Zevanya menatap Zely.

Tapi yang didapatkannya malah lirikan tajam. Zevanya tahu, ia akan dihiraukan oleh Zely. Gadis itu mengembuskan napas sebentar.

"Ma boleh gak Zevanya minta diajarin? Pelajaran sekolah lagi susah banget nih, Ma," pinta Zevanya. Gadis itu memandang Zely teduh.

"Kamu gak liat Mama lagi ngapain? Nanti aja kali. Atau enggak Mama daftarin kamu les aja ya? Mama gak ada waktu buat ajarin kamu," ujar Zely cuek. Zevanya sedikit kesal. Gadis itu tak pernah mendapatkan kasih sayang dan perhatian sedikitpun.

"Les kan mahal Ma. Aku maunya diajarin sama Mama. Aku gak mau di les in. Nanti Mama bilang cuma buang-buang duit lah. Apa lah. Emang Anya gak bisa dapat kasih sayang dari Mama dan Papa ya?" tanya Zevanya sedih. Mama dan Papa nya memang memanggilnya dengan sebutan 'Anya'

"Mama itu sibuk. Kamu gak ngerti ya?! Mama capek sama nilai kamu yang jelek terus! Kamu kan sudah besar, harusnya bisa belajar sendiri. Gimana sih kamu? Manja banget jadi anak," kata Zely panjang lebar. Kini, Zely menatap putri kedua nya dengan tatapan yang sukar diartikan.

"Yaudah kalau Mama gak mau. Anya mau belajar sendiri aja. Pasti Mama seneng kan punya anak kayak Kak Ziva? Selalu dimanjain. Kak Ziva pinter sih. Gak kayak aku. Aku kan bodoh," ujar Zevanya pilu.

"Iya kamu memang bodoh. Udah sana gausah di sini. Belajar dong kayak kakak kamu. Pinter. Juara kelas terus. Kamu mana pernah?" tanya Zely menyudutkan Zevanya. Zevanya tahu dia memang tak sepintar kakaknya. Tetapi, bukan berarti ia bisa dihina seperti itu.

Zevanya tak pernah diajarkan oleh Mamanya. Sementara Ziva, kakaknya selalu diajarkan. Zely terus mengatakan bahwa Zevanya bodoh. Jelas, karena apa yang ia dapatkan tak seperti kakaknya.

"Terserah Mama aja lah. Anya capek mau tidur. Rasanya Anya mau kabur aja dari rumah. Gaada gunanya Anya disini. Itu kan yang Mama mau? Iya kan?" ujar Zevanya. Lalu gadis itu pergi meninggalkan dapur dan masuk ke dalam kamarnya.

Future & Past (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang