SULIT DITELAAH

5 1 0
                                    

Devan terlihat menulis sesuatu di bukunya. Zevanya yang melihat itu penasaran. Sebagai informasi, mereka berdua tidak backstreet seperti kemarin.

Mungkin kalau di sosmed, namanya udah dipublish pacarnya. Sebenarnya mereka berdua belum ada yang pernah pacaran.

Tapi sekarang, pasti akan menjadi yang terakhir.

Prinsip Devan, janji harus ditepati. Ia tipikal orang yang tak akan ingkar janji.

Apalagi janji itu sudah ia ucapkan.

"Kamu lagi nulis apa?" tanya Zevanya.

Devan menoleh lalu tersenyum. "Biasa. Kamu tau lah aku lagi ngapain."

"Ngerjain tugas ya? Rajin banget sih kamu," ujar Zevanya membuat Devan tertawa.

"Mendingan ngerjain tugas daripada kabur ke kantin. Nanti bisa dimarahin guru kalau aku kaya gitu," ucap Devan. Matanya masih tertuju pada buku tulis. Seakan benda tersebut lebih penting daripada perempuan yang berada di sampingnya.

"Cowok kaya kamu ga mungkin kabur ke kantin kalau belum waktunya." Zevanya berbicara.

Devan tidak membalas lagi. Dan Zevanya paham, cowok itu sedang melakukan sesuatu yang disukainya.

Jadi sekarang Zevanya akan bermain game.

Kalian belum tau ya kalau Zevanya suka main game?

Gadis itu memang suka bermain game. Ya biasanya game peperangan. Atau enggak permainan perempuan pada umumnya.

Bahkan Zevanya lebih memilih bermain game daripada diajak Kakaknya pergi. Atau siapapun mengajak karena ia sedang tidak mau diganggu.

"Aku udah selesai nih ngerjainnya. Kamu nanti pulang sekolah mau langsung dianterin pulang atau gimana?" tanya Devan.

"Mendingan langsung pulang sih. Takut ditanyain Mama. Kamu kan tau Mama ga suka kalau aku pulang terlambat banget," balas Zevanya. "Ya walaupun sebenarnya pengen bebas pergi juga." Zevanya melanjutkan ucapannya.

"Kalau orangtua ngomong itu harus kita turutin. Dan sebisa mungkin jangan pernah membuat mereka marah. Kalau udah marah, susah nanti. Jadi ga tenang mau ngapa-ngapain," ujar Devan. Pacarnya itu seperti guru. Suka menasihatinya.

Dan Zevanya suka jika dinasihati.

Omongan cowok itu lembut. Lembut sekali. Membuat Zevanya ingin selalu mendengar perkataannya.

"Aye aye captain! Aku ngerti kok. Kan dulu pernah sekolah," kata Zevanya polos.

"Lah emang sekarang Anya ga sekolah?" Devan kebingungan.

Zevanya mengerjapkan matanya. "Iya juga. Ya gitu deh."

Obrolan mereka terus berlanjut sampai akhirnya bel pelajaran selanjutnya berbunyi. Tadi jam kosong. Dan kalian tahu, para murid sangat menyukainya.

Ada yang makan, melipat-lipat kertas lalu menjadikannya pesawat.

Dan ada juga yang bergosip. Tapi pasti gosip itu hanya 'katanya'.

Tidak tau asalnya dari mana, dan benar atau tidak kabar itu.

Sebenarnya, ada juga yang tidak setuju mereka menjalin hubungan. Katanya, kenapa Devan mau dengan anak koruptor seperti Zevanya?

Padahal kabar bahwa Papa Zevanya itu adalah koruptor belum diketahui benar atau tidak.

Dan Zevanya tidak suka jika ada orang yang mengusik Papanya. Apalagi sampai berkata bahwa dia anak koruptor.

Seseorang yang berkata seperti itu harus diberi pelajaran!

🌹🌹🌹

Ziva membukakan pintu untuk Zevanya. Ziva tau pasti Adiknya itu sedang lelah karena seharian bersekolah.

Future & Past (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang