21. Curiga

3 3 0
                                    

"Kalian kenal orang itu?" tanya Pak Samsul dengan raut wajahnya yang terlihat bingung.

Tesa mengangguk samar-samar, kemudian menjawab pertanyaan Pak Samsul. "Dia temen SMP saya. Pak Samsul kenal Danial juga?"

"Jelas kenal, ia kan sering makan di warung sate saya."

Tesa terhenyak. Kemudian bertanya lagi. "Pak Samsul tahu rumahnya Danial?"

"Itu di depan sana, rumah dengan nomor 31."

Tesa manggut-manggut. Rumah yang Pak Samsul maksud dulunya memang adalah rumah Danial sebelum ditinggali oleh Depp. Jadi, wajar saja Pak Samsul berkata begitu.

"Pak Samsul tahu nggak Danial pergi kemana?"

"Nggak. Soalnya Danial juga nggak bilang mau pergi kemana."

"Kalau begitu Pak Samsul tahu nggak nomor ponsel Danial?"

"Wah, saya nggak tahu. Soalnya saya juga nggak punya ponsel."

"Oh, begitu, ya."

Tesa memilih duduk di bangku yang tadi didudukinya, sembari mengobrol dengan Pak Samsul untuk menunggu Depp kembali.

"Omong-omong nama mbaknya siapa, ya? Saya baru pertama kali lihat mbaknya datang ke sini."

"Tesa, nama saya Tesa."

"Oh, Mbak Tesa. Mbak Tesa ini kenal dekat ya dengan Mas Danial?"

"Nggak cukup dekat, karena dia tiba-tiba pergi."

"Mas Danial emang suka gitu, Mbak. Maklumin aja," balas Pak Samsul. Tak berselang lama, ada dua orang muda-mudi terlihat memasuki warung, kemudian memesan sate kepada Pak Samsul. Segera Pak Samsul membuatkannya sambil masih menemani Tesa mengobrol.

"Pak Samsul sendiri, kenal dekat dengan Danial?" tanya Tesa disela-sela Pak Samsul membakar sate.

"Cukup dekat. Apalagi saya sudah jualan di sini hampir 10 tahun, jadi saya sudah kenal Mas Danial sejak ia umur 8 tahun."

"Menurut Pak Samsul, Danial orangnya bagaimana?"

"Ia baik, ia sering beli sate di sini, jadi saya sudah hafal sama pesanannya. Tapi, akhir-akhir ini ia jarang sekali kemari."

"Kalau begitu, kalau Danial kemari, tolong bilang kalau saya nyariin, ya."

"Baiklah. Eh, itu ia kembali."

Tesa menoleh, bersamaan pandangannya bertemu dengan sosok lelaki tersebut.

...

"Permisi." Depp menepuk pundak lelaki berjamper tersebut, hingga harus memaksanya untuk berhenti, namun lelaki itu sama sekali tidak berbalik badan untuk menghadap Depp yang berdiri di belakangnya.

"Ya?" ucap lelaki itu, suaranya lirih, namun berat. Ia terus saja menunduk.

"Bisa bicara sebentar?"

Lelaki tersebut menyeringai dibalik tudungnya. "Coba saja," sahutnya kemudian langsung berlari meninggalkan Depp.

Tidak ingin kehilangan jejak lelaki itu, Depp langsung mengejarnya yang berlari melewati gang-gang sempit perumahan warga.

"Berhenti!" pekik Depp, dengan masih mengejar lelaki itu. Tidak bisa dipungkiri, lelaki itu berlari lebih cepat dari Depp hingga membuat Depp tertinggal jauh.

Lelaki itu berlari dengan menabrak apa saja yang menghalanginya, sekalipun dengan orang-orang yang berpapasan dengannya. Membuat Depp cukup kewalahan karena lelaki itu berlari begitu gesit.

HASTA MANANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang