PROLOG - Reuni

30 4 4
                                    

Bintang alfa yang paling terang menonjolkan cahayanya, disusul oleh milyaran bintang omega yang kian berkerlipan di langit gelap yang bersih tanpa mendung. Malam ini berbeda dari malam tahun lalu. Alumni SMP kelas IX A lulusan tahun 2019 memilih untuk mengadakan acara reuni di gedung SMP mereka dulu, yakni SMP Bangsa 1, tepatnya di sebuah ruang musik. Orang yang diundang ke acara tersebut ada 35 orang, khusus alumni kelas IX A.

Tesa Farand Jasinda, singkatnya Tesa, dengan rambut tercepol rapi, wajahnya tampak semakin cantik dengan polesan make up. Malam ini ia mengenakan gaun putih panjang tanpa lengan, dipadu dengan heels hak rendah berwarna putih sebagai alas kaki. Di bahu kirinya, tergantung tas selempang berwarna serupa untuk melengkapi penampilannya. Setelah lulus dari SMP, kini dirinya bersekolah di salah satu SMA di kotanya, dan baru saja ia naik ke kelas 3.

Tesa berjalan seorang diri di koridor menuju ke ruang musik, remang-remang lampu menerangi langkahnya. Rasanya benar-benar sunyi. Alunan musik disko yang seharusnya terdengar beberapa meter dari ruang musik malah hening. Gendang telinganya sama sekali tidak bisa menangkap suara musik apapun, kecuali alunan piano Canon Johann Pachelbel yang mengalun lembut. Tesa mengira mungkin teman-teman sekelasnya dulu sedang menikmati musik klasik tersebut.

Ruang musik tempat reuni tinggal beberapa langkah lagi di depan mata. Namun, dari teras ruang musik tidak ada cahaya meriah apapun yang menyambut, seakan hanya ada lampu berdaya 5 watt yang tergantung di dalam ruangan sehingga cahayanya tidak sampai menjangkau luar. Tesa berhenti beberapa meter dari ruang musik, ponselnya tiba-tiba berdering, dan sebuah pesan baru saja masuk.

Sudah datang? Sayangnya kamu terlambat.
-Sn. Bot

Pesan dengan pengirim yang sama seperti kemarin, Tesa lebih memilih untuk mengabaikannya. Bot seperti itu suka sekali iseng. Sedikit penjelasan, bot adalah suatu istilah dalam IT yang artinya program komputer berupa pesan otomatis yang dibuat khusus untuk melakukan pekerjaan tertentu. Bot biasanya dibuat oleh manusia dan dioperasikan oleh komputer atau ada juga yang dioperasikan oleh robot, tak ayal kadang isi bot terlihat aneh. Tesa memasukkan kembali ponsel miliknya ke dalam tas selempangnya, kemudian lanjut berjalan ke arah ruang musik.

Alunan piano semakin pelan terdengar begitu Tesa mendekat, suaranya terasa semakin kabur di telinga, lalu raib. Tepat di depan pintu ruang musik, Tesa merasa ada sesuatu yang membanjiri heels miliknya, ia lalu menundukkan kepalanya dan mendapati sebuah cairan merah kental mengalir dari dalam ruang musik. Tesa membelalak terkejut, perlahan kepalanya menoleh ke arah ruang musik yang pintunya menganga terbuka lebar.

Terlihat, seluruh mayat temannya bergelimpangan di lantai berkeramik putih polos, mengakibatkan lantai itu penuh dengan darah yang membanjiri seisi ruangan. Beberapa bagian dari tubuh mereka ada yang terpotong-potong, terkuliti, organ dalamnya menyemburat keluar, badannya terpisah dari kepala, kulitnya melepuh atau menghitam, serta ada juga yang matanya copot dan menggelinding seakan melotot ke arah Tesa dan berteriak meminta pertolongan.

Sontak Tesa menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Ia tidak berani menjerit, suaranya seakan tercekat di kerongkongan. Tesa lalu mundur beberapa langkah, cairan merah kental yang Tesa yakini sebagai darah itu tampak menempel di alas heels miliknya dan terasa lengket ketika dibuat berjalan. Kemudian, seketika telinga Tesa kembali menangkap suara alunan musik klasik yang tadi didengarnya. Tesa yang penasaran mencoba melangkahkan kembali kakinya untuk masuk ke dalam ruang musik. Hatinya was-was, ia takut, tapi juga penasaran. Egonya terus mendorongnya untuk mengetahui siapa pemain piano itu.

HASTA MANANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang