5. Rekan

9 4 20
                                    

Depp : Ruang musik sekolah lo, sepulang sekolah. Gue tunggu di sana.

Tesa Farand J : Bentar, apa itu nggak terlalu berisiko? Mana bisa lo masuk semudah itu ke sekolah gue.

Depp : Jangan meremehkan gue. Lo tunggu aja besok, pasti bakal takjub sama gue.

Tesa Farand J : Ya, lakukan sesuka lo.

Percakapan mereka berdua berhenti sampai di situ. Sekolah mungkin tempat yang aman untuk mereka berdua bertemu, Evan juga tidak akan mencurigai Tesa. Tapi, apakah akan semudah itu Depp masuk ke sekolah Tesa? Di sekolah Tesa ada gerbang setinggi tiga meter yang mengelilinginya, dengan lilitan kawat di bagian atasnya yang membuat seseorang tidak bisa dengan mudah menerobos keluar masuk.

Gerbang depan dijaga ketat, sementara gerbang belakang selalu dikunci rapat. Gembok-gembok besar memborgol gerbang belakang sehingga tidak bisa dibuka dengan mudah. Belum lagi CCTV yang menyebar di berbagai sudut pasti semakin menyulitkan Depp untuk masuk ke sekolahnya. Namun, mana Tesa peduli, yang penting dirinya datang ke ruang musik. Urusan Depp yang akan menerobos ke sekolahnya itu urusan Depp sendiri, Depp pasti punya banyak cara.

Sekarang yang perlu Tesa pikirkan adalah keputusannya, kalau ia menerima tawaran Depp untuk menjadi partner-nya, tentu Tesa harus siap menanggung risiko yang tak kecil.

...

Jam pelajaran terakhir baru saja selesai. Sebenarnya sudah dari tadi, tapi Pak Abdul terus saja berceloteh ria tanpa mempedulikan bel pulang sekolah yang sudah 10 menit berlalu. Gemuruh para siswa yang meminta dipulangkan tidak dihiraukannya. Pak Abdul terus menjelaskan materi tentang kimia yaitu alkana, alkena, alkuna, serta hidrokarbon yang sama sekali sulit dimengerti, belum lagi nada bicaranya yang seperti lagu nina bobo membuat siapapun yang mendengarnya malah mengantuk. Tidak ada pilihan lain selain menunggu guru berstatus duda itu dengan sendirinya lelah berbicara.

Tesa telat 30 menit, segera ia bergegas menuju ruang musik. Keadaan di koridor sudah sangat sepi, tapi masih ada beberapa anak yang tinggal di sekolah karena ada kelas ekstra. Biasanya sekolah Tesa ditutup pukul 9 malam, tak jarang di malam hari masih ada saja beberapa siswa yang masih betah di sana, sekadar tiduran di perpustakaan, main game online, meminjam komputer sekolah, atau berpacaran. Beruntung sekali bagi Tesa, ruang musik juga sama halnya ditutup jam 9 malam, dan hari ini bukan jadwal bagi ekstra musik, melainkan jadwalnya adalah kemarin.

Tesa membuka pintu ruang musik yang tertutup setengah, alunan seseorang sedang bermain piano terdengar oleh telinganya. Tesa tidak asing dengan musiknya, Canon Johann Pachelbel! Ia pernah mendengarkannya dari Sn. Bot. Tesa membuka pintu lebih lebar lagi, dengan was-was ia masuk ke dalam. Seorang lelaki berseragam sekolah yang sama dengannya sedang memainkan jari di atas tuts piano.

Depp? Tesa tidak pernah tahu kalau Depp bisa memainkan piano. Tesa terus melangkah ke arah Depp, dapat dilihatnya laki-laki itu dengan serius memainkan piano sambil memejamkan matanya, ia terlalu hanyut dalam kepingan musik sehingga tidak menyadari kehadiran Tesa. Tuts terakhir selesai ditekannya, Depp lalu membuka matanya, kini ia dapat melihat Tesa berdiri di sampingnya dengan terdiam. Tentu Tesa merasa aneh, kenapa Depp harus memainkan musik klasik yang sama dengan Sn. Bot malam itu?

"Bagus nggak?" Depp menoleh ke arah Tesa, berharap gadis itu memujinya, sayangnya Tesa hanya mengangguk.

"Lo bisa main piano ternyata."

"Ya. Mau gue mainkan lagi? Khusus buat lo, River Flows In You."

HASTA MANANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang