18. Menuju Kasus Selanjutnya

2 3 0
                                    

Kasus Jason pun selesai hari itu, begitupun dengan Darmo, mereka berdua sama-sama ditempatkan di dalam sel penjara. Sementara Tono, lelaki itu kembali dimasukkan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

Kini, Depp dan Tesa tengah berada di rumah sakit dimana Tono dirawat. Perban kasa telah membalut kepala Depp yang semula berdarah karena kecelakaan singkat di jalan.

Tesa yang duduk di sebelah Depp tidak bisa lagi menahan tawanya, sedari tadi gadis itu terus memandangi Depp yang terus membuang wajah darinya.

"Makin lama lo bisa jadi mumi beneran kalau kayak gini," ucap Tesa, melihat tubuh Depp yang penuh balutan perban tersebut. "Perban waktu kena luka bakar di kantor kepala sekolah aja belum dilepas, sekarang udah tambah lagi di kepala."

Depp mendengus, kemudian menoleh ke arah Tesa di sebelahnya. "Udah ngomongnya?"

"Belum. Gue masih perlu marahin lo gara-gara kenekatan lo hari ini. Tapi, kayaknya harus gue tunda dulu."

"Nggak mau denger."

Tesa terkekeh kecil, kemudian mengulurkan sebotol air mineral kepada Depp.

"Nih. Cepat sembuh, biar bisa nangkap Sn. Bot."

Depp kembali mendengus, kemudian meraih botol air mineral yang ada di tangan Tesa. "Makasih, partner," ucap Depp sambil memaksakan senyumnya, kemudian meneguk isi botol tersebut.

"Tentu." Tesa mengangkat wajahnya. "Tapi, kayaknya lo perlu memuji gue deh atas pencapaian gue hari ini."

Depp menoleh, setelah dirinya selesai meneguk air mineral tersebut.

"Yang lo lakuin hari ini cuma karena beruntung. Kebetulan aja Dewi Fortuna lagi di pihak lo."

"Depp, yang namanya pencapaian tetap harus dipuji dong. Entah itu karena gue lagi beruntung, atau karena gue memang lebih baik dari lo," ucap Tesa menggoda Depp agar lelaki itu kesal.

"Gue lagi sial tadi, dan anggap aja gue ngalah dari lo hari ini sehingga lo bisa nyelesaiin kasusnya."

"Ngeyel aja terus." Tesa merebut botol air mineral yang dipegang Depp kemudian meletakkannya di atas meja. "Tapi, syukurlah, gue nggak terlambat menyelamatkan Tono."

"Oh iya, darimana lo tahu kalau Kak Jason sembunyi di situ?"

"Gue kan pinter, jadi gue pasti tahu," jawab Tesa, menyombongkan diri.

"Ck." Depp berdecak, kemudian memalingkan wajahnya. "Kalau lo udah tahu dari awal harusnya lo bilang sama gue, jadi lo nggak perlu pergi ke tempat Kak Jason berada. Kalau lo sampai kenapa-kenapa, gue pasti habis sama bokap lo."

"Tenang aja, pacar gue datang tepat waktu buat nyelametin."

"Gue lagi serius, lo malah bercanda."

"Bukan salah gue ya kalau gue nggak bilang. Gue tadi juga udah mau bilang sama lo di telepon, tapi lo malah nutup teleponnya gitu aja."

"Lo kurang cepet ngomongnya. Harusnya langsung ke intinya aja."

"Salah lo kali yang nggak mau dengerin omongan gue."

"Ck, iya, iya. Hari ini emang semuanya salah gue." Depp berdecak, dirinya berhasil dibuat kesal oleh Tesa.

Kemudian ia mengambil ponselnya yang tampak berdering di saku jaketnya, pertanda ada panggilan masuk.

"Ada apa, Om?" ucap Depp lebih dulu, mengetahui yang menelponnya adalah Bima.

"Motor kamu di kantor polisi, katanya tadi kamu menabrak mobil orang, ya?"

"Oh, iya. Ehm, saya akan segera ke sana untuk mengurusnya."

"Tidak perlu, Depp. Ayahmu sudah menyuruh saya untuk membereskannya."

HASTA MANANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang