Apartemen

17 8 0
                                    

Tiba-tiba aku bangun mengerjap seraya menguap menyibakkan selimut berjalan mendekati gorden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba-tiba aku bangun mengerjap seraya menguap menyibakkan selimut berjalan mendekati gorden.Nampak langit sunyi sebelum diambil alih oleh mentari,"Apa kaka akan mencariku?" Ucap ku bermonoton menatap kelipan titik pada gelapnya langit.

Jam masih menunjukan pukul 02.00 pagi.Aku tidak bisa tidur bermesraan dengan ranjang ketika ada yang mengganjal.Sedyna selalu berhasil menguasai pikiran serta hatiku.Berjalannya waktu, mentari mulai memperlihatkan pesonanya.

Rasanya sungguh luar biasa ketika kita bisa menyaksikan fenomena Sunrise di ketinggian seperti ini.Fal memang tidak tinggal bersama kedua orang tua.Fal lebih banyak menghabiskan waktunya di apartemen lantai 15 ini.

Tak jarang pula Fal kembali pulang tuk mengusir rasa rindu pada kedua orang tuanya.Apalagi Fal anak satu-satunya yang berarti kedua orang tua sangat menyayangi Fal.

Setelah bersiap aku menemui Fal tuk menyimpan secarik kertas pemberitahuan mengenai diriku.Walaupun Fal dalam keadaan tidak sadar-sedang tidur.Bagaimana pun juga aku tetap harus pulang tuk mengerjakan pekerjaan di rumah.Aku tak ingin menambah image buruk dihadapan Sedyna.

Sempat aku berfikir ulang tuk melangkah masuk mendekati pintu rumah Sedyna.Lebih tepatnya rumah mendiang ayah-ibu.Tok tok tok.Aku mengetuk seraya permisi agar pemilik rumah keluar.

Pintu dibuka hal pertama yang kulihat Sedyna berkacak pinggang menatapku jalang,"Oh bagus sekarang kau berani pulang?!Dapat berapa semalam?" Tuturya mencibir.

Aku menunduk selalu saja takut menatap wajah Sedyna."Ayo jawab dapat berapa semalam?!Tak heran wajah polos nan takut itu bertopeng licik!Cih" Ujarnya semakin naik pitam kemudian menyeret Fei menuju gudang.Rintihan nan ringisan Fei seolah hanya angin lalu.

"Kak aku mohon ampuni aku" Ucapku memelas.

Sedyna terus menyeret Fei."Diam!".

"Awww" Ringisan pilu nan menyesakkan lolos dari bibir mungil Fei akibat ulah Sedyna mendorong Fei memaksa untuk masuk gudang.

"Diam kamu di situ jangan pernah keluar.Saya memang benci akan kehadiranmu yang membawa petaka bagi keluarga saya.Saya juga tidak sudi menganggap kamu adik saya.Enyah kamu dari bumi" Tuturnya  nya seraya menutup pintu kencang tak lupa menguncinya juga dari luar.

"Kak!!!Hiks Hiks Hiks" Ujarku  menggedor pintu namun tak ada yang bisa diharapkan Sedyna marah besar.Ia tidak akan pernah membukakan pintu.

Aku menjadikan pintu sebagai sandaran seraya menekuk kedua kaki menjadikan tangan ku selimut pada diriku sendiri,"Fei salah apa?Fei juga tidak ingin ibu meninggal.Fei sayang kalian semua"  Semua air mata mengucur tak terhingga.

Gudang ini sepi,gelap,kumpulan debu dimana-mana.Apa Sedyna akan membunuhku?Tanyaku pada diri sendiri.Hanya ada satu celah yaitu jendela kecil,aku yakin tubuh mungil ini akan masuk melewatinya.

Apa aku harus kabur?bagaimana kalau Sedyna kembali marah?Memikirkannya saja membuatku berdidik ngeri apalagi mencobanya.

Aku mencoba bangkit membersihkan sedikit-demi-sedikit debu yang merajalela.Tak sengaja aku menemukan buku yang dibalut debu," Diary Ku" Aku membaca deretan huruf pada sampul buku usang berwarna coklat.

Fei🌻Fal ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang