Mimpi 2

11 8 0
                                    

"Selamat pagi!" Ujar Zein teriak ingin mengagetkanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Selamat pagi!" Ujar Zein teriak ingin mengagetkanku.

"Kenapa kau berkeringat?Apa kau sehabis mimpi buruk?"

Aku mengedarkan pandangan memperjelas penglihatan."Fei,Kau kenapa?seperti orang linglung saja" Ucap Zein.

"Aku bermimpi itu lagi" Tuturku seraya menyibakan selimut.

Zein diam sebentar lantas mengangguk,"Sudahlah,lebih baik sekarang kau turun dan membersihkan tubuhmu" Tuturnya membuatku patuh.

-

Aku mengedarkan pandangan menatap was-was pohon yang mengelilingi kami,tak hanya kami namun seisi hutan ini," Apa tempatnya masih jauh?"Ucapku menoleh mendapatinya membungkuk pada  pohon yang diikat benang merah.

"Kemarilah" Sahut Zein tanpa menoleh seraya menautkan kedua tangannya.

"Kau sedang apa?" Aku memperhatikan Zein dengan mulutnya yang berkomat-kamit seperti sedang membaca mantra.

Zein kembali berdiri kemudian berjalan menjauhi pohon tadi,"Kurang sopan apabila kau melewati Nya tanpa permisi" Tutur Zein.

Aku mengangguk-anggukan kepala.

Setelah kami berjalan cukup jauh melewati hutan yang penuh dengan pohon menjulang tinggi akhirnya kami sampai di sebuah pedesaan.Terlihat masyarakat yang hidup masih primitif dan sederhana.

Zein bertanya pada salah satu masyarakat,aku hanya menunggu dari kejauhan sekaligus mencari tempat teduh katena matahari di sini sangatlah terasa dekat,panas nya mungkin dua kali lipat dari biasanya.Aku tidak tahu.

Ku lihat Zein berlari ke arahku."Apa katanya Zein?" Tanyaku.

Zein tersenyum,"Katanya kita harua berjalan lagi sejauh 2 kilo meter,lalu di sana akan ada sungai panjang yang akan membawa kita pada sungai Xiog".

"Baiklah,ayo tunggu apalagi.Sungai nya sudah dekat" Aku berlari mendahului nya berjalan dengan perasaan senang.

Zein diam sebentar menatap sendu punggung gadis yang berlari riang di depannya,"Setelah ini apa kita akan berpisah?" Gumamnya.

"Ayo Zein,percepatlah!"

"Iya"

Kami mengikuti arahan masyarakat tadi dengan berjalan sampai mendapati sungai kemudian berlayar menggunakan sampan sederhana dari tukang kayu dengan membayarnya dua keping perak sebagai alat barter.

"Zein.Apa benar sekarang kita berada di sungai Xiog?" Ucapku tak percaya pasalnya ini terlalu mudah dan terasa singkat.

Zein mengangguk mantap,"Ayo kita periksa".

Kami berjalan beriringan seraya melihat-lihat kanan dan kiri.Lokasi nya cukup sunyi,masyarakatnya pun tidak seramai pedesaan tadi yang Zein tanya.

Aku melihat ada orang tua yang sedang melakukan pemujaan terhadap patung kecil,"Zein mungkin kau bisa bertanya padanya" Seruku menunjuk orang itu.

Zein menoleh,"Baiklah.Kau tunggu di sini" Ucapnya membuatku patuh mengangguk.

Lagi-lagi aku harus menunggu,memang cuacanya sejuk namun tetap saja membosankan hanya melihat dari kejauhan dua orang laki-laki sedang berbicara.

Saat aku palingkan pandangan,terlihat seorang wanita yang sedang melakukan latihan upaya memperkuat kekuatannya.Ia membuka tangannya lebar seiringan dengan kakinya dan melakukan gerakan gesit membentuk pusaran angin.Yah,seperti pada film kartun avatar.

Aku nampak antusias tanpa sadar saat aku mengarahkan pandangan pada tempat Zein tadi dan ia sudah menghilang."Ayo!" Ujar Zein,karena aku terkejut jadi nya sedikit terlonjak.

"Dimana tempatnya?" Tanyaku di sela berjalan kami.

"Rumah nya berwarna coklat dengan pagar kayu,,dan kusam" Tutur Zein mengingat nya,"Oh iya dan satu lagi katanya di depan pintu ada lambang merak nya,,iya benar".

"Aku mengerti,ayo"

Dan setelah kami menempuh perjalan jauhh sekalih akhirnya kami benar-benar sampai.Di depan rumah yang tadi Zein sudah jelaskan ciri-cirinya.

Zein membuka pagar kemudian berjalan mendekati pintu,aku melihat ada sebuah lambang merak pada pintunya sebelum Zein mengetuknya.

Pria tua dengan membawa tongkat keluar,mungkin usinya setengah abad ditambah seperempat abad lagi.Sangat tua,bahkan ia sampai gemetaran saat membukakan pintu.

"Kalian mencari siapa?" Tanya pemilik rumah.

"Apa anda benar seorang pemahat besi?" Tanya Zein dengan sopan.

Pemilik rumah melirikku dan Zein berulang-ulang kemudian memperlebar pintu memberi ruang agar kami bisa mengikutinya,"Masuk lah".

Zein masuk terlebih dahulu kemudian disusul oleh ku.Di dalam rumah perabotan sangat berdebu dan kusam,seperti rumah zaman dulu pada masa penjajahan belanda.

Namun siapa sangka saat aku masuk lebih jauh mengikutinya terdapat satu ruangan besar yang diisi sekumpulan pedang berbahan logam,terlihat sangat tajam.

Aku merasa bulu tipis yang menghiasi sepanjang lengan berdiri takut,"Zein apa benar dia yang memahat gelang Ibuku?" Ucapku pelan agar pemilik rumah tidak dapat mendengarnya.

"Tenang saja" Tutur Zein.

"Apa kalian sedang mencari pedang?" Tanya pemilik itu menatap kami.

Aku memberanikan berbicara,"Kami hanya ingin bertanya mengenai gelang ini" Ucapku memperlihatkan gelang nya.Nampak dia menautkan kedua alis.

"Dari mana kalian mendapatkanya?Aku hanya seorang pemahat pedang tidak lebih" Ucapnya dengan ekspresi berbeda dari tadi,semula tenang menjadi khawatir.

"Ibuku yang memberikannya dan aku ingin tahu lebih soal gelang ini".

"Jika anda tahu sesuatu akan sangat berarti bila anda membaginya pada kami" Tutur Zein seakan dia tahu pemilik rumah sedang berbohong.

"Saya menempuh perjalanan yang sangat jauh untuk bisa menemui anda dan dengan informasi itu kami merasa lelah kami terbayar,mungkin Ibuku juga bisa lebih tenang di alam sana" Tuturku panjang lebar berharap dia mau menceritakan tentang gelang misterius ini.

Pemilik rumah nampak menghembuskan nafas panjang kemudian mulai mendudukan dirinya di sebuah kursi yang masih bisa dipakai namun kaki-kakinya keropos ulah rayap.

"Aku yang membuat gelang ini.Pada masa itu setiap kelahiran bayi pertama akan diberikan gelang seperti ini untuk mengingatkan kalau ia memiliki darah istimewa" Ucapnya menjeda. Aku dan Zein hanya menyimaknya dengan seksama.

"Dan keluarga Dessendra salah satu dari pemilik darah istimewa itu.Aku hanya ingat terakhir kali gelang ini diberikan pada Secreta,dan setelah kematian orang tuanya aku tidak pernah mendengar kabarnya lagi" Tuturnya mengakhiri cerita.

"Dia adalah Omaku"

"Ya.Kemudian dia mewariskan gelang itu pada Ibumu dan kau anak perempuan pertama makanya kau yang diberikan ini,benar?"

"Benar.Sekarang aku mengerti mengapa Ibu memberikanku ini" Tuturku tersenyum mantap menatap gelang kemudian melirik Zein yang sedari tadi hanya menyimak,"Terima kasih Zein.Kau sudah bersedia membantuku"

Zein tersenyum,"Aku senang bisa membantumu"

Zein kembali menoleh,"Apa ini artinya kita berpisah?"

Aku menatapnya,"Aku tidak tahu"

Pemilik rumah itu kemudian tersenyum dan kami saling berjabat tangan.Zein sempat memelukku sebelum aku benar-benar akan pergi.

Kemudian pemilik rumah yang belum mengatakan identitasnya itu menjentikan tangan dan seberkas cahaya pun hadir menutupi semua ruangan hingga aku menutup mata karena silaunya dan terkejut.

Hadehh,,susahnya bikin cerita walaupun masih biasa aja.Sulitnya tetap berasa boyy👍

Fei🌻Fal ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang