5| Who is he?

1 2 0
                                    

"Nggak semua yang baik-baik saja terlihat baik."

Ily sejuta netijen<3

• Part Sebelumnya •

Cecil mempersilahkan Aruna untuk duduk, jika dilihat-lihat setidaknya Cecil punya satu kebaikan dari puluhan bahkan jutaan kejahatan yang sudah dia perbuat. Andai saja Cecil mau berubah menjadi anak baik yang nggak suka ngebully pasti dia sudah menjadi incaran siswa SMABIR.

Setelah memesan, Aruna memposisikan dirinya mendekat ke arah Cecil, "Jadi... kita mulai sekarang sesi tanya jawabnya?"


Δ   Δ   Δ

"Nggak pernah? Serius?"

Cecil mengangguk yakin, "Yap, Sisil sama sekali nggak pernah berhubungan sama yang namanya lawan jenis. Bahkan dia nolak mentah-mentah buat pacaran."

"Tapi, pernah nggak Kak Sisil punya sahabat atau temen laki-laki?" tanya Aruna, "Temen ya? Ada sih dulu, tapi sekarang udah nggak di Indonesia, udah pindah ke Amerika."

Aruna semakin bingung. Pasalnya dia pasti tidak salah melihat pada saat itu, saat Sisil bersama laki-laki, tapi mendengar penjelasan Cecil, dia tidak mengerti. Atau diam-diam Sisil menyembunyikan sesuatu dari sahabatnya sendiri.

Cecil mengacungkan tangan, "Ohh iya, dulu katanya Sisil punya satu temen deket yang sekolah di SMA Tania Musik, kalau nggak salah namanya Erdo Jayatri." jawabnya penuh semangat.

"Erdo Jayatri?" beo Aruna. Nama itu tidak asing, tapi dimana Aruna pernah mendengarnya?

Cecil menyeruput teh tariknya, "Jadi, gimana? Lo udah tahu semua tentang Sisil, apa lo bisa temuin siapa pembunuhnya?" tanyanya pelan. Aruna mendesah, "Kan gue belum mulai pencariannya, sabar napa."

Ting!

Aruna melongok, menatap layar hp yang berkedip. Melihat nama Algha yang tersemat, Aruna sedikit menurunkan pegangan hpnya.

Alghndr: Balik sekarang! Temen-temennya udah mau masuk.

Alghndr: Gue tunggu di deket toko seberang.

Aruna mendesis, kenapa seolah dia menjadi pesuruh dan laki-laki itu menjadi penguasanya?

"Lo kenapa? Kok kayak kesel?" tanya Cecil.

"Enggak kok. Yaudah gue duluan deh Kak. Udah dicariin." Aruna buru-buru pamit, Cecil yang memandang gadis berambut gelombang itu mengiyakan, "Hati-hati. Makasih udah mau bantu cari pembunuh Sisil."

"It's okay, Kak."

Dan benar saja, tepat saat Aruna berada di kasir, Cecil berseru keras, menyambut teman-temannya.

Syukurlah, batin Aruna.

Δ   Δ  Δ

Di sepanjang perjalanan, kening Aruna tak berhenti mengkerut, terkadang dia berdecak membuat Algha menatap spion motor yang memperlihatkan Aruna dengan rambut yang beterbangan.

Masa sih laki-laki yang namanya Erdo itu laki-laki yang bersama dengan Kak Sisil? Tapi gue juga belum bisa mastiin, karena gue belum ketemu sama yang namanya Erdo. Tapi rasanya gue nggak asing sama nama itu.

Can I See You 'Again' ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang