9| Dua Orang Yang Diliputi Ego

1 2 0
                                    

"Semua yang diikuti oleh amarah dan ego yang tinggi itu tidak akan berujung penyelesaian."

Ily sejuta netijen<3

Holla, Alruns! Happy Reading ya:')

Saksikan dua orang yang sama-sama egonya tinggi, nggak mau ngalah, batu sih!

• Part Sebelumnya •

Aruna melambaikan tangannya puas, wajahnya kembali muram. Tangannya mengetuk, "Udah Aruna! Jangan mikirin itu cowok deh! Harusnya lo yang marah bukan merasa bersalah gini!" ucapnya seperti mantra.

Iya! Dia harus bodo amat! Harus Algha yang meminta maaf padanya! Karena dia duluan yang memaki dirinya. Aruna mencoba memejamkan matanya. Walau alisnya masih bergerak gelisah.

Δ    Δ    Δ

Tidak tenang. Aruna tidak merasakan ketenangan sejak pulang sekolah kemarin. Bayang-bayang, ucapan cacian, serta tatapan datar itu tak berhenti menghinggapi otaknya. Kenapa otaknya seolah menyuruhnya untuk memikirkan sesuatu yang tidak penting? Apakah tidak bisa otak ini memikirkan sesuatu seperti enaknya kue bolu yang baru saja keluar dari oven? Atau manisnya perpaduan marshmello yang meleleh di atas chocolate mouse?

Dengan segenap perasaan malas, Aruna menyendokkan scrumbel egg yang tersaji rapi di hadapannya. Melihat Arjuna yang memakan lahap tanpa celah tentu tidak membuat nafsu makannya bangkit. Merasa menjadi sorotan, Arjuna menaikkan alisnya.

"Ngapain ngelihatin? Makan gih, nanti telat gue lagi yang disalahin." ujar Arjuna.

Aruna mendengus, memilih menahan rasa kesalnya dengan mengunyah kasar telur yang berada di dalam mulutnya. Bagaimana pun Arjuna sudah berusaha memasak sarapan untuk mereka berdua, dan sebagai adik, dia harus mensyukurinya. Walau sikap menyebalkannya masih melekat setengah mati.

Setelah menghabiskan sarapannya, Aruna memilih memesan ojol karena Arjuna mendadak ada kuliah yang mengharuskan dirinya kembali ke kota Jakarta.

Halaman sekolah yang biasanya sudah rapi dengan percikan air yang segar untuk menyirami tumbuhan tidak terlihat, malahan daun-daun berserakan dengan sedikit polusi akibat pergesekan antara tanah dengan sepatu. Aruna menutup hidungnya dengan cardigan.

"Kayaknya Pak Yogi harus kena sanksi, makan gaji buta."

Baru beberapa langkah dirinya menjejakkan di lantai keramik, Aruna sudah mendapat panggilan yang lebih menyerupai pekikan.

"Arunaaa! Stoppp!!!"

Tadinya Aruna ingin berhenti namun melihat siapa pemanggil tersebut, dia semakin mempercepat langkahnya. Menghindari si empu yang tampak terengah-engah.

"Hehh! Stoppp!!!"

"Arunaaa Ya Robb!"

Sedikit menahan rasa ingin tertawa, Aruna tidak berniat berhenti malah berlari kecil menuju kelasnya. Namun nyatanya pemanggil itu berhasil menahan tangannya.

Yuris menghembuskan napasnya lebar-lebar, "Lo mah, daritadi di panggilin juga! Gak tahu apa gue belum sarapan! Disuruh lari-lari ngejar lo, udah kayak main film india tahu!" cecarnya lelah.

Can I See You 'Again' ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang