Chapter 6: Secret

1.5K 233 113
                                    

New character unlocked;
Kim Jisoo as Jocelyn Cornelia




-—-

NATHAN menatap pantulan dirinya sendiri di cermin sambil bersenandung. Lelaki itu merapikan pakaiannya seraya menyisir rambut kemudian bergegas keluar kamar untuk turun ke lantai bawah. Kakinya bergerak menuju ruang makan hingga kedua netranya menemukan sosok wanita paruh baya tengah duduk di sana dengan tenang.

"Pagi, Bun." Nathan menghampiri kemudian mengecup pipi Hani sekilas.

Hani tersenyum sambil mengusap bahu anaknya kemudian berujar, "Ayo, sarapan."

Nathan langsung menarik salah satu kursi lalu duduk di sana. Netranya berbinar menatap menu makanan yang tertata rapi di atas meja makan bersama dengan suara ibunya yang kembali terdengar, "Kakak mana?"

Pertanyaan Hani disambut gelengan kepala dari anaknya. "Nggak tau, Bun. Masih tidur kali?" jawab Nathan mengangkat bahunya.

Hani menghela napas lalu beralih pada Bi Ratmi yang membantunya memasak untuk sarapan. "Bi, tolong bangunin Mas Nico. Suruh turun ke bawah ikut sarapan sama Bunda dan Nathan," katanya memerintah.

Wanita paruh baya itu mengangguk. "Baik, Bu." Langkahnya langsung bergegas naik ke lantai dua untuk menghampiri Nico.

Nathan mengambil makanan ke dalam piring lantas sibuk mengunyah sarapannya. "Papa nggak pulang ya, Bun? Aku kangen sama Papa." ucapnya mengutarakan perasaan rindunya dengan sang Ayah. Dapat dibilang kepribadian Nathan memang cukup berbeda dengan Nico. Nathan dapat dengan mudah mengungkapkan perasaan, sedangkan Nico—kakaknya justru berbanding terbalik. Lelaki itu sangat sulit mengungkapkan perasaannya.

Hani menggeleng pelan. "Enggak, Sayang. Papa masih sibuk jadi belum sempat pulang. Sabar, ya? Papa juga pasti kangen sama kita kok," ucapnya memberi pengertian sambil tersenyum. "Udah makan lagi! Habisin sarapannya, ya." lanjutnya berujar.

Nathan menghela napas sedih. "Oke, Bun."

Kedua orang di meja makan itu kembali fokus pada kegiatan sarapan. Meski sesekali Hani melirik anaknya yang seketika terlihat murung setelah mendengar informasi bahwa ayahnya kemungkinan tidak akan pulang dalam waktu dekat. "Oh iya, kamu gimana lesnya? Bunda kok belum diceritain nih?" Hani memecah hening di antara mereka.

Nathan menelan makanannya lalu menatap ibunya. Raut wajahnya seketika berubah semangat untuk menceritakan kegiatan les privatnya. "So far so good, Bun. Guru les aku juga masih muda. Dia masih kuliah, jadi seru banget nyambung ngobrolnya sama aku." katanya penuh semangat.

Netra ibunya ikut balik menatap dengan excited. "Oh, ya? Asik, dong. Anak kuliahan kayak Kakak?" tanyanya yang dibalas anggukan dari Nathan.

"Iya, Bun. Satu tahun di bawah Kak Nico umurnya. Satu kampus juga pula sama Kak Nic," Nathan menjeda ucapannya sambil berusaha mengingat. Lalu, setelahnya lelaki itu kembali melanjutkan. "Kalau gak salah, satu fakultas dan satu jurusan juga."

Hani mengerutkan dahinya sambil menatap anaknya. "Kok kamu bisa tau banget, Dek? Kamu ngobrol banyak sama dia?" tanyanya.

Nathan menggeleng. "Itu seingetku dari ceritanya Kak Adriel waktu pertama kali bawa guru les ku itu ke sini." jawabnya membuat Hani manggut-manggut.

Hani mengambil makanan ke piringnya sendiri lalu mengunyah makanannya sambil berpikir sesuatu. "Bunda gak apa-apa? Kok malah bengong sih, Bun?"

Hani yang tersadar otomatis menggeleng. "Bunda cuma lagi mikir sesuatu aja."

Nathan menatap menyelidik. "Mikirin apa?"

Melihat ekspresi dari anaknya membuat wanita itu menggeleng. "Pengen tau banget, ya?" goda Hani sambil terkekeh.

Dandelions [hajeongwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang