MEMASUKI akhir pekan merupakan hal menyenangkan bagi setiap orang termasuk Azel. Dulu sebelum Adriel membawanya untuk bekerja sebagai guru les privat Nathan, rasanya akhir pekan terasa sama saja seperti hari-hari biasanya. Pasalnya ketika Azel masih bekerja paruh waktu di Mon Chéri maupun di tempat kerjanya yang lama tidak ada kata weekend dalam kamus hidupnya karena ia tetap bekerja di akhir pekan.
Namun, beda halnya dengan sekarang. Azel sangat bersyukur mendapat pekerjaan yang setidaknya sedikit meringankan dirinya dalam membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Meski akhir pekan terdapat satu hari untuknya bekerja mengajar Nathan, tetapi setidaknya durasi waktu mengajar lebih singkat dibanding ketika ia masih bekerja part time di tempat kerjanya yang lama.
Azel mematikan kompor lalu memindahkan nasi goreng buatannya ke dalam piring yang sudah disediakan. Ia menarik kursi meja makan dan duduk dengan tenang di sana seraya menikmati sarapan paginya yang dibuatnya. Lelaki itu menyuap nasi goreng ke dalam mulut dalam hening.
Azel kembali mengingat kejadian kemarin ketika ia memutuskan untuk membangun hubungan pertemanan dengan Nico. Helaan napas keluar dari bibirnya karena sedikit banyak menyesali keputusannya. Namun, seketika terbersit di ingatannya bagaimana Hani menaruh harapan padanya mampu membuatnya berpikir bahwa mungkin ini keputusan terbaik untuk semuanya.
"Nico tuh rude banget ke orang lain. Kenapa sikap dia bisa beda banget sama Tante Hani dan Nathan, ya? Gue yakin cowok galak dan nyebelin kayak gitu pasti jomblo. Soalnya cewek pasti gak ada yang mau sama dia!"
Azel kembali mengunyah nasi gorengnya seraya memikirkan sosok Nico. Detik berikutnya ia justru menggelengkan kepalanya dengan kuat, "Kenapa gue jadi mikirin Nico, sih? Hidup gue udah susah, makin susah aja gara-gara dia." keluhnya.
Laki-laki itu menatap kalendar yang terpasang di dinding ruang makan. Lalu, netranya beralih pada ponsel di atas meja. Hari ini ia akan berangkat mengajar Nathan pukul 1 siang karena hari ini Nathan yang meminta jadwal belajar siang hari dengan alasan sore harinya memiliki jadwal belajar kelompok di rumah temannya. Azel mencari kontak Nathan di ponselnya, tanpa ragu ia langsung memencet tombol panggilan.
"Hai, Kak. Tumben telepon?"
Azel menaruh sendoknya di atas piring lalu membalas, "Halo, Nath. Nanti sebelum belajar, sibuk nggak?" tanyanya.
"Enggak. Kenapa, Kak?"
Azel melipat satu tangannya di atas meja. "Gak apa-apa, sih. Ketemu sama gue bisa nggak?" tanyanya lagi yang tentu dibalas anggukan semangat dari Nathan.
"Bisa, bisa. Bisa banget. Jam berapa? Di mana, Kak?" tanya Nathan antusias. "Apa mau di Mon Chéri aja?" sarannya.
Azel menggeleng cepat. "Jangan!"
Kedua alis Nathan di sana saling bertautan atas sahutan Azel. "Maksud gue jangan di Mon Chéri, soalnya gue mau traktir lo makan buat nepatin janji gue waktu itu." jelasnya.
"Traktir makan?"
"Waktu itu pas gue kasih soal Kimia ke lo, gue pernah bilang kalau lo jawabnya langsung bener gue bakal traktir lo. Inget nggak?"
Nathan mengingat-ingat sebelum akhirnya tawanya terdengar di telinga Azel. "Oh, itu! Oke, mau ketemu di mana?" tanyanya lagi.
"Nanti gue share location, ya."
Nathan mengangguk dengan semangat meski ia tahu Azel tidak melihatnya sekarang. "Oke, siap. Jam berapa, Kak?"
![](https://img.wattpad.com/cover/246657369-288-k921849.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelions [hajeongwoo]
FanfictionGabriel Arsy Azelio seorang mahasiswa yang harus bekerja paruh waktu demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Takdir mempertemukan dirinya dengan Zaki Nichol dalam pertemuan yang tidak cukup baik. Keadaan membuat Azel mengambil pilihan untuk berdekatan den...