SEJAK permintaan Hani minggu lalu, hidup Azel seakan berubah. Pasalnya mulai saat itu ia lebih sering diam-diam memantau Nico ketika di kampus. Tidak jarang aksinya yang terkesan bergerilya tersebut beberapa kali tertangkap basah oleh objek yang diamati olehnya. Siapa lagi kalau bukan Zaki Nichol. Beruntungnya Nico biasanya memilih mengalihkan pandangan dan bersikap seolah tidak peduli ataz gerak-gerik Azel yang membuatnya tidak nyaman.
Kelas pertamanya telah usai sejak beberapa waktu yang lalu. Kali ini Azel dan Dominic duduk di meja paling pojok kantin untuk menikmati makan siang. Azel menghela napas pelan sambil memperhatikan Nico bersama teman-temannya di meja lain yang jaraknya cukup lumayan jauh dari mejanya.
Dominic yang memperhatikan sejak tadi makanan di piring Azel belum habis lantas menegur. "Di makan dulu kenapa sih, Zel? Keburu dingin tuh makanan lo!" Azel menghembuskan napas berat memikirkan nasib hidupnya seperti ini. Secara tidak langsung berhubungan dengan laki-laki yang merupakan mantan bos nya itu adalah hal terburuk dalam hidupnya tapi ia tidak punya pilihan lain untuk saat ini.
Dominic yang baru saja menegurnya kini ikut menghela napas. Dominic memukul meja membuat Azel terkejut sebelum beralih menatap ke arahnya dengan kesal. "Apa sih, Dom? Gak usah ngagetin gue!"
Dominic menunjuk wajah Azel dengan paha ayam di tangannya. "Elo kenapa malah bengong?" tanyanya lalu beralih melirik piring temannya. "Itu makanan lo dihabisin dulu, Azel. Nanti keburu di makan setan!"
Azel berdecak. "Setannya 'kan elo."
Sialan Azelio
Dominic menatapnya sebal. "Anjir. Mana ada setan kayak gue?" balasnya tidak terima.
Azel hanya menghela napas sabar lalu kembali memakan makan siangnya. Detik berikutnya ia mendengar Dominic kembali bertanya, "Gue perhatiin seminggu ini kayaknya lo merhatiin dia mulu. Why? Jangan bilang—"
"Nggak usah ngaco!" potong Azel.
Dominic terkekeh geli. "Kan gue kira lo naksir sama itu kating? Berawal dari lift terus—"
"Bisa diem nggak?" Azel melotot ke arahnya membuat Dominic merapatkan kedua bibirnya sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk tanda peace.
Dominic kembali mengunyah makanannya sebelum beralih memandangi Azel yang duduk di depannya. "Kalau bukan naksir terus kenapa tuh? Kenapa lo jadi tiba-tiba merhatiin dia mulu. Wajar dong kalau gue nanya gitu?"
Azel menggigit bibir bawahnya ragu untuk menceritakan pada temannya. "Cerita aja gak apa-apa biar lo nggak mendem sendiri." Lanjut Dominic membuat si manis berpikir.
"Nyokapnya minta gue buat ngawasin dia—" ucapan Azel menggantung. "dan jadi temen dia." Helaan napas panjang terdengar darinya.
Sebuah kernyitan di dahi Dominic tercetak jelas. "Atas dasar apa kok nyokapnya minta kayak gitu?" tanyanya tidak mengerti.
Azel menyuap makanannya ke dalam mulut dengan lesu. Setelah menelan makanannya ia kembali menatap Dominic dengan tatapan yang sulit diartikan. "Nyokapnya tau kalau kita satu fakultas terus gue diminta buat jadi temennya supaya bisa bawa pengaruh baik buat dia katanya."
Dominic yang sedang menyeruput es teh manisnya otomatis tersedak ketika mendengar penjelasan Azel. Ia terkejut saat mengetahui alasan Azel diminta untuk berteman dengan kakak tingkat mereka itu dan hal yang paling tidak masuk di otaknya adalah ibunya Nico sendiri yang memintanya.
"Misi ngerubah dia buat jadi orang yang lebih baik, gitu? Terus lo mau-mau aja, Zel?"
Azel balik menatap Dominic dengan sewot. "Lo pikir gue mau temenan sama orang kayak dia kalau bukan terpaksa?" balasnya lalu melirik ke arah Nico sekilas dengan sinis.
![](https://img.wattpad.com/cover/246657369-288-k921849.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelions [hajeongwoo]
FanfictionGabriel Arsy Azelio seorang mahasiswa yang harus bekerja paruh waktu demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Takdir mempertemukan dirinya dengan Zaki Nichol dalam pertemuan yang tidak cukup baik. Keadaan membuat Azel mengambil pilihan untuk berdekatan den...