Bab 1 : Hanya sebuah keinginan kecil

40 6 8
                                    

"Jadi bisa kau jelaskan ini?" Ucap seorang wanita sambil menunjukan sebungkus rokok yang masih baru. Dan  dihadapannya, tengah berdiri seorang remaja laki-laki yang dari ekspresi wajahnya menunjukan raut muka bosan yang dilihat sekilas seperti ia sedang berkata "Tidak bisakah ini dipercepat?".

"Sebuah rokok yang kubeli tadi pagi, lalu anda menemukannya di tas saya ketika ada penegecekan barang bawaan tadi pagi" Ucap ramaja itu sambil menatap ke arah wanita yang berdiri di hadapannya.

"........."

Untuk sesaat wanita itu hanya terdiam, tak ada sepatah katapun dibenaknya ketika ia melihat sorot mata muridnya itu. Untuk beberapa alasan tatapan muridnya itu agak menakutkan baginya, sorot mata muram dengan kantung mata hitam. Dapat dilihat bahwa muridnya itu sering kurang tidur, namun hanya itu yang dapat wanita itu ketahui.

Biasanya seseorang dapat langsung dideskripsikan dari sorot matanya, namun situasi kali ini berbeda. Walau ia terbilang ahli dibidang itu, namun pada saat ini tidak ada yang dapat ia artikan dari sorot mata itu. Sorot mata yang penuh keabstrakan, benar-benar sorot mata yang mati.

"Aku tidak akan menyangkalnya, jadi boleh aku mendapatkan itu kembali? Aku benar-benar membutuhkanya" Ucap remaja itu sambil mengulurkan tangannya.

"Sepertinya kau sudah sangat kecanduan dengan ini, aku tidak akan membiarkan kecanduanmu ini terus berlanjut"

"Merokok tidak sepenuhnya memiliki efek buruk"

"Aku tidak akan memprtimbangkan hal itu, kau masih berada di tahun pertama sekolah menengah atas. Bukankah lebih baik uang saku yang diberikan orangtuamu itu kau belikan sesuatu yang lebih berguna daripada benda ini?"

"Ah baiklah, saya tidak mau terus berdebat dengan wali kelas saya. Aku akan pergi kalau begitu"

"H-hey aku belum selesai berbicara denganmu" Ucap wanita itu sambil menghentikan muridanya yang akan beranjak pergi.

"Anda mau mengembalikan rokokku?"

"Bukan tentang itu, ah kau ini. Apa orang tuamu tidak pernh mengajarkan sopan santun padamu?" Ucap wanita itu sambil mengambil sesuatu dari laci mejanya, dan begitu Ia menemukan sesuatu yang Ia cari. Ia langsung memberikan barang yang baru saja Ia ambil ke seorang remaja laki-laki yang merupakan salah satu muridnya.

"Ambilah dan berikan pada orang tuamu"

"Uang?" Ucap remaja itu sambil melihat kearah amplop putih yang disodorkan walikelasnya itu.

"Surat panggilan orang tua"

"Oh, tapi kenapa?" Balas remaja laki-laki itu sambil menerima amplop yang disodorkan padanya.

"Aku akan berbicara dengan orang tuamu masalah rokok ini, kuharap mereka dapat mendisiplinkamu tentang ini. Da-"

"Bolehkah aku pulang sekarang?"

"Jangan memotong ucapan walikelasmu"

*********************************

Remaja laki-laki itu keluar dari ruang guru sambil melihat amplop putih yang baru saja diberikan wali kelasnya, Ia merasa agak lelah ketika harus mendengarkan ocehan yang Ia anggap tak berguna dari walikelasnya tadi. Tapi ya mau bagaimana lagi? Hal semacam itu memanglah tugas dari seorang walikelas.

"..........." Begitu Ia melewati tampat sampah di lorong kelas. Ia langsung membuang amplop itu. Sesuatu tak berguna seperti itu akan langsung Ia buang tanpa pikir panjang.

"............" Untuk sesaat Ia menoleh kearah jendala yang berada disamping lorong, dan remaja laki-laki itu tak terlalu senang tentang apa yang Ia lihat.

ErosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang