Bab 4 : Merawat seseorang itu merepotkan

18 5 1
                                    

Seorang perempuan terbangun dari tidur lelapnya, ketika Ia membuka kedua mata miliknya. Hal pertama yang Ia lihat adalah atap ruangan yang terasa familiar, perempuan itu mengambil posisi duduk untuk mengumpulkan kesadarannya yang belum sepenuhnya terkumpul. Namun ketika kesadarannya sudah mulai terkumpul, Ia merasakan kondisi tubuhnya tidak seperti biasa. Tubuhnya lemas, kepalanya pusing diikuti dengan hidung berair, perut mual, dan tenggorokan yang terasa sakit.

Menyadari kondisinya yang seperti itu, Ia langsung mebaringkan tubuhnya lagi. Tubuhnya benar-benar lemah, Ia merasa tak sanggup untuk beranjak dari tempat tidur. Kondisi tubuhnya benar-benar terasa tidak enak.

"............"

Beberapa waktu berlalu, perempuan itu sudah mendapatkan semua kesadarannya. Saat ini Ia hanya dapat berdiam diri di kasur sambil berusaha mengingat kejadian seperti apa yang membuatnya berada dikondisi seperti ini. Walau kepalanya terasa agak sakit, Ia memaksakannya untuk mengingat dengan perlahan.

"Waktu itu aku berusaha menolong seekor kucing yang terjebak diatas pohon"

"A-aku terjatuh dan pergelangan kaki kiriku terkilir........... Ketika dalam perjalanan pulang aku kehujanan, karena sangat kelelahan dengan kegiatanku pada 3 hari terakhir. Pandanganku buram d-dan sepertinya aku pingsa-eh" Perempuan itu menoleh untuk menyusuri ruangan tempatnya berada, walau secara desain dan interior ruangan itu sama dengan kamar miliknya. Tapi itu bukanlah kamarnya.

"Ini memang terlihat seperti kamarku, tapi aku tidak punya buku sebanyak ini" Ucap perempuan itu setelah kedua mata miliknya menyisiri ruangan yang hampir setengah dari ruangan itu diisi dengan tumpukan buku, dan ketika Ia masih mengevaluasi tempatnya itu. Perempuan itu dikejutkan oleh suara seorang laki-laki yang terdengar dari arah pintu masuk.

"Kau sudah bangun ternyata"

".........." Perempuan itu langsung menoleh ke arah sumber suara itu, dan pada saat itu juga Ia langsung mendapati seorang laki-laki tengah berjalan mendekati tempatnya.

Laki-laki itu memiliki kulit putih pucat, separuh wajahnya tertupi oleh rambut putih panjang, dan kantung mata hitam dengan sorot mata berpupil merah membuat gadis itu merasa takut ketika melihatnya. Ia mengenali laki-laki itu, mereka bersekolah di sekolah yang sama. Sering kali Ia melihatnya duduk sendirian sambil membaca buku, dan tak jarang Ia mendengar banyak rumor buruk tentangnya.

"Orkah" Perempuan itu secara tidak sadar menyebutkan nama laki-laki itu.

"Ho~, aku tak mengira seorang bidadari mengetahui namaku" Ucap Orkah sambil mendudukan tubuhnya di sisi lain tempat tidur.

"Tentu saja aku tahu namamu, banyak rumor buruk tentangmu. D-dan jangan memanggilku dengan panggilan itu" Ucap perempuan itu sambil berusaha mendudukan tubuhnya.

"J-jadi apakah kau membawaku kemari?" Imbuhnya sambil berusaha menahan rasa tak enak dibadannya.

"Aku menemukanmu tergelak di trotoar ketika hujan"

"Ah, aku berterimakasih atas kebaikanmu. Aku berhutang budi padamu" Ucap Perempuan bernama Olivia itu sambil menunjukan senyuman yang biasa Ia tunjukkan pada orang-orang disekolah.

"Jangan dipikirkan"

"Maaf karena sudah merepotkanmu, aku akan segara pulang"

"Aku sudah menyiapkan makanan untukmu, sebaiknya kau makan dulu sebelum pergi" Ucap Orkah sambil beranjak dari tempat duduknya berniat untuk mengantar Olivia ke meja makan.

"Ah, aku benar-benar berterimakasih akan hal itu. Tapi aku tidak bisa menerimanya, aku sudah terlalu banyak merepotkanmu. Jadi aku akan langsung pulang" Ucap Olivia sambil memaksakan tubuhnya yang lemas untuk berdiri, Ia benar-benar merasa tidak enak dan tak dapat menerima tawaran laki-laki itu.

ErosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang