Bab 8-2 : Tetangga berbagi

11 1 0
                                    

Saat ini Orkah tengah bersandar di balkon sambil menghisap rokok miliknya, suasana pagi itu lumayan tenang dan kondisinya sangat memungkinkan untuk membaca buku. Tapi apa daya, niatan itu tak akan terjadi karena buku yang dibaca tidak ada. Selain itu terdapat rasa sesal karena sudah bersiap pergi sekolah, namun ternyata hari ini adalah tanggal merah.

Jauh didalam hati kecilnya, Orkah menyalahkan dirinya sendiri karena tidak mengecek tanggal. Jika ia tahu bahwa hari ini adalah tanggal merah, mungkin ia masih meringkuk diranjangnya yang nyaman.

"Terkadang memang tidak usah dipermasalahkan" Ucap Orkah sambil menatap keluar balkon.

Tak akan ada banyak hal yang dapat Orkah lakukan hari ini, sudah tak ada sisa buku yang belum ia baca. Biasanya di saat seperti ini Orkah akan berselancar di Internet, membaca artikel atau mengotak-atik website Daniel. Tapi karena bandwidth internet miliknya dipusatkan ke consol Daniel untuk download DLC game, akhirnya smartphone milik Orkah tidak dapat mengakses Internet.

"Hey, kau tak mau keluar atau semacamnya?" Ucap Daniel sambil mendatangi Orkah yang tengah bersandar di pembatas balkon.

"Semua tempat sudah pasti ramai karena ini hari libur" Ucap Orkah sambil membuang abu rokok keluar balkon, sedangkan Daniel sendiri hanya bisa tersenyum sambil mengambil posisi bersandar yang sama di samping Orkah.

"Dari kemarin aku tidak pernah melihatmu membaca buku"

"Stok bulan ini sudah habis"

"Dasar maniak"

"..........." Orkah hanya mendengarkan ucapan sarkas itu sambil menghisap rokok miliknya.

"Nah~, disaat inilah seorang pacar benar-benar kau butuhkan"

"Apa maksudnya?"

"Kau bisa dating atau berbagi keluh kesah dengannya"

"Diamlah, jika kau tidak menggunakan semua bandwidth internet rumahku aku sudah sibuk dengan diriku sendiri saat ini"

"Ughh" Daniel hanya dapat terdiam mendengar ucapan itu.

"Ahahahaha, m-mau bagaiaman lagi? Aku harus mengunduh DLC itu ahahahaha" Imbuh Daniel sambil mengaruk pelipisnya yang tidak gatal.

Untuk beberapa saat obrolan mereka terhenti, hingga sampai Orkah mulai menanyakan sesuatu.

"Kau tahu klub sastra di sekolah kita?"

"Ah~, klub yang sepi itu?"

"Sepi?"

"Kau tahu sendirikan bahwa semua siswa disekolah kita itu di dominasi dengan anak-anak orang kaya? Yah, walau ada juga yang masuk sekolah kita dengan kemampuan otaknya sendiri"

".........."

"Semua siswa disekolah kita lebih memilih untuk masuk ke klub yang menyenangkan seperti musik, sepak bola atau semacamnya. Sedangkan anak-anak pintar lebih memilih untuk masuk ke klub yang mengarah ke bidang akademis, seperti klub matematika, fisika maupun bahasa asing. Tak ada terlalu banyak orang yang mau menghabiskan waktu luang mereka untuk berkutat dengan buku setelah seharian belajar materi pelajaran disekolah"

"Lalu, orang-orang masuk ke klub sastra itu sendiri?"

"Angkatan dua tahun sebelum kita adalah angkatan yang semua siswanya masuk dengan tes, tidak ada faktor uang seperti sekarang. Mereka adalah angkatan terakhir yang benar-benar masuk menggunakan otak mereka agar dapat bersekolah di tempat kita"

"Klub sastra itu sendiri hanya di isi oleh angkatan tahun ke-3 yang benar-benar suka dengan sastra"

"Ho~"

ErosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang