Before Wedding

808 44 5
                                    

🖇 H A P P Y  R E A D I N G 🖇

_____

Semuanya sudah dipersiapkan, sudah 97% jadi dan tinggal menunggu hari H yang akan dilaksanakan satu minggu lagi. Bukan hanya Gladis yang merasa deg-deg an dengan pernikahan ini, tapi orang-orang di sekitarnya juga. Bahkan mama lebih deg-deg an lagi, sampai kemarin jatuh sakit karena terlalu memikirkan beberapa persiapan akad.

"Nanti biar Gladis aja yang urus catering." Gladis memijat bahu Mama yang katanya terasa pegal sedari kemarin.

"Nggak bisa dong," protes Mama. "Mana ada pengantin urus catering, begitu?"

"Dih, kalau Mama jadi sakit gimana?"

Mama terdengar menghela napas, beradu argumen dengan Gladis tidak akan pernah ada habisnya. Jadi, mama memutuskan untuk mengiyakan, toh, hanya masalah catering, yang lain sudah beres jauh-jauh hari.

Ternyata, bukan hanya itu masalah yang datang setelahnya. Tiba-tiba saja Juna mengirim pesan dan meminta untuk bertemu sebentar. Katanya, untuk melepas rindu, satu minggu nanti tidak akan bertemu karena harus pingitan.

Awalnya, mama dan papa tidak memperbolehkan. Tapi, karena Gladis keras kepala, setengah memaksa akhirnya dia mendapat izin untuk bertemu Juna.

🖇🖇

"Lihat," adu Juna.

Lelaki itu memakai setelan jas yang kemarin dipilih untuk hari pernikahan mereka. Gladis sampai tidak bisa menahan tawanya, melihat Juna yang kesulitan mengancingkan jas hitam yang melekat di tubuh tegap lelaki itu.

"Kemarin masih bisa kenapa sekarang nggak?" tanya Gladis, tertawanya sudah memelan.

"Nggak tahu, Dis."

Gladis menggeser tempat duduknya, lalu berjalan mendekati Juna sambil terkekeh. Gemas melihat wajah datar Juna yang khawatir karena jas yang baru saja di pakai dua minggu yang lalu jadi tidak muat.

"Ini karena kamu suka olahraga kemarin, makanya udah tahu mau nikah ada aja tingkahnya." Gladis mencoba mengancingkan jas hitam itu, tapi tetap saja tidak bisa.

"Aku olahraga biar kelihatan segar pas kita nikah," sanggah Juna.

Gladis tertawa. "Mau jadi hulk kamu kebanyakan olahraga? Lihat nih." Gladis sengaja menepuk dada bidang Juna. "Udah kayak pemain gulat aja."

Giliran Juna yang meringis, memangnya sebanyak itu perubahan dirinya yang baru olahraga sekitar lima hari yang lalu.

"Udah nggak usah dipakai nanti jas yang ini. Pakai jas buat akad aja," kata Gladis.

"Nggak bisa, warna jas akad sama resepsi nggak sama."

Gladis mengedikkan bahu. "Terus mau kamu gimana?"

"Ya, beli yang baru lagi. Aku 'kan ngajak kamu buat beli jas ini," jelas Juna. Lelaki itu sudah melepas jas di tubuhnya, dan menatap Gladis yang sedang diam, tampak berpikir.

"Cari di butik Mama aja, kayaknya kemarin aku lihat di butik lagi banyak jas baru datang."

"Nggak spesial dong, kalau dari butik Mama sendiri."

"Spesial karena waktunya ke pepet, kamu lupa apa besok kita udah pingitan. Ini aja aku sebenarnya nggak boleh keluar ketemu kamu sama orang rumah," sela Gladis.

Sudah tahu waktunya tidak banyak, ada aja maunya yang membuat Gladis pusing.

Pada akhirnya, Juna memilih opsi pertama untuk datang ke butik Beauty's punya mama Sarah bersama Gladis. Tidak lama, Gladis langsung saja memilih warna jas yang cocok untuk acara resepsi.

Setelahnya mereka pulang ke rumah masing-masing. Hari sudah malam waktu itu, saat Gladis baru saja merebahkan tubuhnya ke ranjang dan ponselnya bergetar singkat.

Juna

Makasih udah mau cariin.
Maaf aku ngerepotin, bahkan di hari menjelang pernikahan.
Aku mulai nggak sabar, tapi deg-deg an juga.
Doain, bisa hafal ijab kabul sekali coba.
Semoga aku nggak oleng lihat kamu yang cantik banget besok.
Aku nggak olahraga berat lagi deh, mau diet.
Wuf you, Adis.

Gladis jadi tidak sabar menunggu hari pernikahan itu tiba. Rasanya akan seperti apa ya, apakah dia juga akan menangis seperti orang menikah pada umumnya? Bagaimana dengan Juna, apakah dia akan jadi sangat tampan mengenakan jas formal itu, apakah ada karisma lain yang akan dikeluarkan Juna? Padahal setiap harinya Gladis sering melihat Juna memakai jas formal saat ke kantor.

Ah, rasanya masih seperti mimpi. Bisa bersanding di pelamin bersama seorang Arjuna.

__________

Note* :
Sebenarnya, ini diluar pemikiran aku untuk lanjutin TroubleMaker Girl sampai kehidupan mereka setelah menikah. Tapi, aku masih gemas karena hubungan mereka, entah kenapa cerita ini selalu menggelitik untuk ditulis. Mungkin karena ini cerita pertamaku jadi susah move on. Di sini, aku nggak akan kasih konflik berat seperti sebelum-sebelumnya. Aku harap kalian enjoy, dan menikmati cerita sebagai hiburan di bulan puasa ini yaa 🥰

Oh iya,
Selamat menjalankan ibadah puasa bagi muslim 🥰
Semoga puasa kalian lancar ❤

Okta🍭

Trouble After Marriage (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang