12. Save Me

255 26 7
                                    

🖇 SELAMAT MEMBACA 🖇

_____



"

Aku mau buat ini." Tunjuk Gladis pada buku resep makanan yang ia dapat dari Mama.

Juna yang sedang menalikan sepatunya menoleh singkat. Melihat Gladis begitu antusias ingin membuat salah satu kue kering yang ada di buku resep, ia jadi tidak dapat menyembunyikan senyum manisnya.

"Kalau masak hati-hati. Ini bahan roti kebanyakan tepung semua, jatuh ke lantai bikin licin." Juna mengusap lembut sisi wajah Gladis.

"Iya-iya. Kamu mau jogging sekarang?"

"Hm, keburu siang. Kan, kita mau ke rumah Papa Dika."

"Oh, iya. Ya udah, jangan lama-lama olahraganya."

Gladis mencium punggung tangan Juna, lalu dia mendapat kecupan di bibir dan pipinya sekilas. Juna sudah tak terlihat lagi ketika pintu apartemen ditutup, lelaki itu sudah pergi untuk olahraga. Gladis tersenyum hangat, ia mengusap perutnya sendiri yang sekarang sudah terisi dengan dua makhluk kecil yang semakin hari semakin membesar.

Semenjak kehadirannya, Gladis merasa Juna lebih banyak tersenyum. Lelaki itu juga lebih banyak bicara, menceritakan semua pekerjaan kantornya dengan sesuatu yang hidup di perut Gladis. Manis sekali ketika melihat Juna sedang bercerita, apa lagi mengusapkan hidung mancungnya ke perut Gladis.

__________

Beberapa bahan kue dimasukkan Gladis ke dalam wadah, ia mengikuti semua instruksi yang ada di buku resep sebelum menyalakan mixer untuk mengaduk bahan.

Gladis menaruh adonan kue ke loyang. Ia tersenyum ketika membubuhkan taburan permen warna-warni di atas adonan kuenya. Lalu Gladis berjalan menuju oven yang ada di dekat kompor.

Entah Gladis lupa atau apa, ia tidak sengaja menginjak lap kain yang terjatuh ke lantai dan parahnya lagi lantai bagian itu terdapat beberapa tumpahan tepung. Karena lantai yang licin, Gladis terpeleset.

Loyang berisi adonan kue kering terjatuh dengan suara yang cukup lantang. Disusul dengan tubuh Gladis yang tersungkur ke lantai yang dingin.

Napas Gladis memburu, ia merasa perutnya seperti ditusuk sampai ke tulang belakang. "Sa ... kit!"

"Juna?!" Gladis berusaha berdiri, tapi tidak bisa. Ia terus memanggil nama Juna, berharap suaminya pulang.

"JUNA!!" jerit Gladis lebih keras.

Keringat dingin mulai membasahi pelipis Gladis, perutnya seperti diremas-remas, sakit sekali. Ia tidak berani melihat ke bawah karena merasa suatu cairan merembes dari pahanya. Ia dapat merasakan, sesuatu yang hangat.

"Gladis?!"

Keajaiban benar-benar datang ketika Gladis hampir saja menyerah.

"Sakit Juna ... sakit," adunya, memegangi perut.

Juna terdiam sebentar ketika bercak kemerahan di lantai, lalu suara rintihan Gladis membuatnya kembali tersadar. "Kok bisa gini, sih?" Juna mengangkat tubuh Gladis.

"Akhh ... sakit Juna."

"Sabar, kita ke rumah sakit, ya."

__________

Siapa suami yang tidak kalang kabut mendengar istrinya kesakitan sambil menangis. Panik, tentu saja. Gladis bahkan tidak mau berhenti menangis setelah sampai di rumah sakit. Meski dokter sudah mengatakan tidak apa-apa, hanya pendarahan biasa, namun yang namanya darah, tentu saja membuat Gladis berpikir yang tidak-tidak.

Trouble After Marriage (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang