🖇 S E L A M A T M E M B A C A 🖇
_____
Ini sudah hampir seminggu lebih, kejadian di mall itu terjadi. Tapi, Juna tetap saja sering kesal sendiri ketika mengingat apa yang dikatakan oleh Tante Anne padanya. Kata-kata itu juga menjadi motivasi untuk Juna, agar bekerja lebih giat lagi dan membawa Gladis pindah ke rumah yang akan dia rancang dan beli dengan hasil keringatnya sendiri.
Maka dari itu, Juna menyibukkan diri di kantor, dan pulang larut setiap harinya untuk mengerjakan proyek besar hasil kerjasama dengan beberapa kolega gabungan dari perusahaan luar kota.
"Juna, ini udah malam, kamu kapan pulang?" suara kecil Gladis dari ujung telepon membuat Juna menaruh pensil gambarnya.
"Sebentar lagi, sayang."
"Apa nggak bisa ditunda sampai besok? Aku nggak bisa tidur."
"Iya sayang, aku pulang ini. Kamu tunggu sebentar, ya."
"Jangan ngebut."
__________
Ketika Juna membuka pintu apartemen, ia dapat melihat Gladis yang tertidur di sofa dengan televisi menyala. Ternyata wanita itu menunggunya sampai ketiduran.
"Aku pulang," bisik Juna, mengusap lembut pipi Gladis.
Dia menanggalkan jasnya, lalu menarik dasi yang terasa mencekik. Juna tidak beranjak dari posisinya berjongkok, ia masih ingin melihat wajah damai Gladis saat tertidur. Seperti mengisi energi yang habis karena seharian bekerja. Gladis adalah sumber kekuatan.
"Gladis," bisik Juna.
Gladis hanya merespon dengan mengubah posisi jadi menyamping.
"Gladis, kenapa bikin Juna gemas sih, pengen cium," godanya lagi.
Gladis mengusap pipinya yang baru saja di cubit pelan oleh Juna. Ia sama sekali tidak membuka mata.
Karena sudah malam, Juna memindahkan tubuh Gladis ke kamar, sebelum akhirnya masuk kamar mandi untuk membersihkan diri. Sepeninggal Juna, Gladis bergerak gelisah, dan perlahan membuka mata.
Sempat heran karena tiba-tiba ada di kamar dengan selimut tebal yang membungkus tubuhnya, padahal ia sedang kepanasan tadi. Tapi, setelah mendengar suara air mengalir dari kamar mandi, Gladis tahu siapa yang memindahkan dia ke kamar.
"Kok bangun?" Juna keluar dengan handuk yang menggantung di leher.
"Malam-malam keramas?" Gladis balik bertanya.
"Gerah sayang." Juna duduk di tepi ranjang, menyodorkan handuknya pada Gladis, minta rambutnya di keringkan.
Gladis menggosok rambut Juna pelan, "Lain kali jangan keramas malam-malam," katanya.
"Iya sayang, iya."
Menghela napas, Gladis menyudahi mengeringkan rambut Juna. "Besok aku mau ketemu Mama Alya."
"Ngapain?"
"Main ke rumah, nggak boleh?"
"Ya boleh, sayang. Tapi, kenapa nggak tunggu aku libur kerja?"
Gladis tersenyum. "Nggak apa-apa, Mama bilang mau ngajarin aku bikin opor ayam kesukaan kamu."
"Besok aku antar, jam berapa?"
"Nggak usah."
Juna berdecak. "Dis," panggilnya lembut.
"Kantor kamu sama rumah mama lumayan jauh. Aku bisa naik taksi kalau kamu pulangnya bisa jemput," ucap Gladis, mencoba memberi pengertian pada Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble After Marriage (END)
RomancePernikahan. Bukan hanya tentang aku dan kamu yang akhirnya bersama, tinggal seatap dan menghabiskan waktu berdua. Banyak hal yang akan berubah, yang membuat kita harus belajar melengkapi satu sama lain, berkomitmen dan selalu mengerti. Kadang juga...