"Te, Ala mau pup."
Gladis yang sedang melipat pakaian, menoleh pada Kenara yang berdiri sambil memegang perutnya. Gadis kecil dengan kaus berwarna kuning cerah itu sedikit mengejan.
"Ara, mulas? Sini-sini ke toilet."
Kenara mengikuti Gladis ke kamar mandi. Gladis membuka celana dan pampers sang keponakan, lalu membantu Kenara duduk di toilet. Beruntung, Kenara sudah bisa pup sendiria.
"Tante tunggu di pintu, ya."
Pintu kamar terbuka, sosok Bella muncul membawa nampan berisi tiga mangkuk bubur ayam. Gadis dengan balutan hot pants dan kaus itu menaruh nampannya di meja rias Gladis.
"Pup, dia?" tanya Bella, mendengar di dalam Kenara mengejan.
"Urusin anak lo, pinggang gue kek mau patah berdiri terus." Gladis berjalan dan duduk kembali di sisi ranjang.
Gladis memakan semangkuk buburnya karena sudah sangat lapar. Ini sudah terlewat dari jam sarapan sebenarnya, tapi karena sibuk menyiapkan pakaian untuk Juna yang harus mendadak ke kantor, Gladis jadi tidak sempat sarapan.
"Te, Ala udah." Kepala bocah berusia dua tahun enam bulan itu menyembul.
"Heh, ngapain keluar dari kamar mandi?" Bella berkacak pinggang, gadis itu berjalan cepat dan menggandeng anak gadisnya. "Nakal banget kayak Deni."
"Cebok dulu Ara, ya ampun. Jangan mainin air keran! Mama cubit nih!"
Gladis tertawa mendengar Bella menggerutu. Jika dengan Gladis Kenara sangat penurut, tapi dengan Bella beda lagi. Mungkin karena sering dimarahi ia jadi kebal dengan gerutuan sang Mama.
Setelah memakan buburnya hingga habis setengah, Gladis berjalan menuju pakaian untuk menaruh pakaian yang sudah ia lipat. Sedang sibuk menata, tiba-tiba salah satu bayi di dalam perut menendang kuat, sampai Gladis merasa dadanya sesak. Ia berpegangan pada pintu lemari, ketika perutnya merasa nyeri dan sakit.
"Dis, lo kenapa?" Bella yang baru saja keluar dari kamar mandi menghampiri gadis itu.
"Anak gue nendang, kencang banget di ulu hati." Gladis mengusap perut bawahnya.
"Mau lahiran lo?" tanya Bella. Melihat raut wajah Gladis yang berubah dan gadis itu yang meringis seperti menahan sakit.
"Aduh Bel, perut gue mulas banget."
Seketika Bella langsung menurunkan Kenara dari gendongannya. Ia memapah Gladis menuju ranjang dan mendudukkan gadis itu di sana. "Tenang dulu, rileks. Udah siapin tas bersalin?" tanya Bella.
Sebagai seseorang yang sudah berpengalaman melahirkan, Bella cukup tahu langkah apa yang harus diambil. Meski dulu ia juga tidak bisa tenang ketika kontraksi datang.
Gladis menunjuk koper di samping meja riasnya.
"Udah berapa kali kerasa mulas?"
Gladis mencoba mengingat. "Dari kemarin sore sebenarnya, tapi gue nggak bilang Juna. Tadi malam juga sakit sampai nggak bisa tidur, gue minta Juna pijitin pinggang gue."
"Masih mulas?" tanya Bella, ia melihat jam dinding, sepertinya baru sepuluh menit.
Gladis mengangguk.
"Gue pakaiin Ara celana dulu, kita ke rumah sakit."
__________
Perjalanan dari rumah sakit yang biasa Gladis jadikan tempat check up sekitar setengah jam, ditambah macet. Rasa mulas Gladis sudah hilang sebenarnya, kata Bella, Gladis sudah bukaan lebih dari tiga jika mendengar penuturan gadis itu yang mulai sejak kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble After Marriage (END)
Storie d'amorePernikahan. Bukan hanya tentang aku dan kamu yang akhirnya bersama, tinggal seatap dan menghabiskan waktu berdua. Banyak hal yang akan berubah, yang membuat kita harus belajar melengkapi satu sama lain, berkomitmen dan selalu mengerti. Kadang juga...