🖇 S E L A M A T M E M B A C A 🖇
_____
"Juna yang benar!"
Gladis menyerobot tali rambut di tangan Juna. Bukannya urusan masak cepat selesai, justru lama karena Juna yang disuruh Gladis untuk menguncir rambutnya hanya main-main.
"Iya-iya, bawa sini."
"Aku sendiri aja, kamu nggak bisa," ketus Gladis.
Juna terkekeh. "Jangan ngambek dong, sini aku bisa. Hitung-hitung belajar kalau anak aku cewek," celetuk Juna.
Lelaki itu mengambil tali rambut di tangan Gladis dan memutar tubuh Gladis untuk membelakanginya. Sekitar tiga puluh detik, rambut Gladis sudah dicepol ke atas. Rapi, karena mungkin Juna sudah terbiasa menguncir Athaya di rumah dulu.
"Gampang gini doang." Juna menepuk bahunya.
"Iya-iya, kamu emang serba bisa."
Gladis menarik tubuh Juna mundur, dia ingin memasak makan malam. Hanya lauk sederhana, ikan bakar yang nantinya akan dilumuri saus kecap dengan potongan cabai.
"Seharusnya, habis kerja tuh kamu ganti baju dulu. Terus mandi," celetuk Juna.
Lelaki itu sudah duduk di kursi dari ruang makan yang sengaja dia seret ke dekat kompor Gladis. Mulutnya sibuk mengunyah apel yang ia ambil dari keranjang buah.
"Mana keburu makan malam kalau kayak gitu, Juna."
"Sayang, baju kantor kamu bisa kotor kalau kayak gini caranya."
Gladis mendengus. "Iya-iya, bawel. Mandi dulu sana, kamu."
Tanpa banyak alasan, setelah menghabiskan apelnya. Juna berdiri dan mencium pipi Gladis dua kali sebelum masuk ke kamar untuk mandi.
__________
Seperti jadwal rutin di malam minggu, Gladis sudah menyiapkan camilan dan buah-buahan yang dipotong kecil di wadah untuk Juna main game. Kebiasaan memainkan game memang tidak pernah Gladis larang jika besoknya adalah hari libur kerja, karena Juna bisa tidur larut dan bangun siang keesokan harinya.
Dua stik PS sudah ada di meja, dan Juna sudah duduk di sofa menunggu Gladis yang ke belakang untuk mencuci tangan.
"Kamu mau main juga, nggak?"
Gladis yang baru saja datang menggeleng. "Malas ah, kamu mainnya curang."
"Emang bakat main kamu 'kan udah turun sejak kamu sibuk urus butik," celetuk Juna.
"Ya nggak gitu juga, aku capek."
"Sini peluk, biar hilang capeknya." Juna merentangkan tangan, dan langsung disambut hangat oleh Gladis.
Gladis mengeratkan pelukannya pada Juna, tidak peduli lelaki itu sudah mengambil stik PS dan mulai bermain. Ini sudah biasa, Juna sama sekali tidak risi jika Gladis memeluknya atau tidur di pangkuan lelaki itu.
"Besok mau jalan-jalan nggak?" tanya Juna.
"Nggak."
"Kok gitu?"
"Aku mau tidur sampai siang banget," jawab Gladis, ia berpindah meletakkan kepalanya di paha sang suami.
"Capek banget kayaknya." Juna merunduk, mencium sekilas bibir Gladis. "Padahal besok mau ngajak ke kebun strowberry."
"Aku lagi mager, Juna."
"Ya udah kapan-kapan aja."
Permainan Juna sudah lima belas menit berlalu, ia tidak lagi mendengar suara Gladis yang tadi masih meminta saran baju padanya. Wanita itu sudah tertidur dengan tangan yang memeluk pinggang Juna. Hampir larut malam, saat Juna menyudahi acara main PS, dan fokus menatapi wajah manis Gladis.
Juna tersenyum tipis. "Happy anniversary sayang," bisiknya lembut.
Tepat tengah malam ini, pernikahan Gladis dan Juna genap satu tahun. Juna mengingatnya, tentu saja. Jika dulu dia sering melupakan momen penting saat pacaran, ketika sudah menikah beda lagi. Masih sangat lega rasanya, bisa menjadikan Gladis ratunya, dan perjuangannya selama tidak sia-sia.
"Sayang, ayo pindah ke kamar." Juna menggoyangkan bahu Gladis pelan, sambil mengecup pipinya.
"Hm..."
"Pindah."
"Bentar lagi, lima menit."
Juna menaikkan sebelah alisnya. "Kok lima menit sih, ayo bangun dulu."
"Gendong."
"Cium dulu," sahut Juna. Ia memajukan wajahnya pada Gladis yang masih terpejam.
"Kamu, mah."
"Kalau nggak di cium, nggak ada tenaga."
Sekilas, meski kesal Gladis tetap melakukannya. Ia mencium kedua pipi Juna sebelum akhirnya tubuhnya diangkat dan mereka berdua masuk kamar.
Tidur.
__________
Seperti biasa, Gladis akan terbangun lebih awal dari Juna.
Ia bergerak pelan, memindahkan lengan kekar suaminya dari tubuhnya, lalu berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka. Ketika Gladis keluar dari kamar mandi dan berjalan ke meja rias, ia tidak sengaja menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya.
Sebuket bunga.
Gladis tersenyum, membaca sepucuk surat yang tergeletak disamping bunga. Tulisan dari Juna yang membuatnya tanpa sadar tertawa kecil.
_______________________________________
Happy anniversary 1st dear...
Thanks for everything you gave to me
You make my life feel so special
________________________________________Gladis menoleh pada ranjang, dimana Juna masih tertidur pulas dengan posisinya saat Gladis pergi ke kamar mandi. Setelah meletakkan buket bunga itu ke tempatnya lagi, Gladis berhambur memeluk Juna dengan senyum manis yang masih melekat di bibirnya.
"Happy anniversary sayang..."
Tiga kecupan di pipi Juna membuat lelaki itu menggeliat. "Kamu ngapain?" tanyanya sera. Juna heran dengan Gladis yang menyandarkan kepala di dadanya dan memeluknya begitu erat.
"Tumben pagi-pagi udah cium, hm?"
"Makasih bunganya," balas Gladis.
Juna terkekeh, mengusap belakang kepala Gladis lembut, sebelum mengecup singkat puncak kepalanya. "Happy anniversary, dear."
Gladis mengangguk.
"Mau jalan?"
"Kemana?"
"Kemana aja asal berdua."
Gladis semakin mengeratkan pelukannya. "Gini aja, nggak usah jalan."
Juna tersenyum dengan mata terpejam, lalu menarik selimutnya dan membungkus tubuh mereka berdua. "Sampai sore, gimana?"
"Emangnya kamu nggak mau mandi?"
"Mandi sama kamu."
"Dih," seru Gladis, mencubit lengan Juna.
Juna tertawa. "Canda."
Gladis mendongak, menatap Juna yang masih terpejam dengan tangan yang tidak berhenti mengusap punggungnya. "Tumben banget kasih bunga."
"Nggak mau?"
"Ya, mau."
Aneh saja, Juna tidak pernah seromantis ini memberinya bunga di pagi hari, bahkan Gladis tidak tahu kapan bunga itu dipersiapkan Juna.
"Tidur."
"Kamu aja tidur, aku mau peluk."
"Ya udah, peluk."
Mereka menghabiskan hari libur itu dengan tidur sampai siang.
Tidak ada yang spesial di perayaan satu tahun pernikahan mereka. Karena bagi mereka saling melengkapi dan menjalani segalanya berdua sudah sangat cukup, saling menguatkan dan memberi semangat sudah sangat lengkap.
__________
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble After Marriage (END)
RomancePernikahan. Bukan hanya tentang aku dan kamu yang akhirnya bersama, tinggal seatap dan menghabiskan waktu berdua. Banyak hal yang akan berubah, yang membuat kita harus belajar melengkapi satu sama lain, berkomitmen dan selalu mengerti. Kadang juga...