"Maksud gue tadi!" Kara sampai menjambak rambut sendiri.
Kai berjengit. Kadang, suka heran dengan orang yang gampang emosi sama tindakan dia. Apa sih, yang salah dari bergaya apa adanya?
Maksudnya, kalau dia cuek dan tidak peduli pada lingkungan, anggap saja dia lagi belajar jadi diri sendiri. Melepaskan kepura-puraan yang menurutnya percuma. Ya tahulah, semacam pura-pura tersenyum, pura-pura senang didekati, pura-pura bahagia. Kurang lebih begitu.
"Kaaaaai!"
Gangguan berikutnya, Dizi. Ada apa dengan tenggorokan dia yang setiap hari teriak memanggil nama Kai, tapi tidak pernah radang atau serak. Justru kuping Kai yamg makin hari makin minus kadar kepekaan terhadap suara.
"Tumben kita nggak ketemu di bawah. Padahal aku nungguin kamu, looh."
Harusnya Kai berkata, 'Maaf Anda siapa?', tapi tidak enak juga, nanti kalau Dizi jadi sedih terus ada cowok super hero yang lagi cari perhatian menyerang Kai, bisa jadi panjang urusan.
"Besok-besok jangan tunggu dia, Dizi cantik," seru Kara. "Mending tungguin gue."
"Ih diem lu, Keriting!"
"Enak aja, manggil keriting!" Kara memelotot. "Tau, 'kan, ada yang namanya body shaming? Hair shaming juga ada!"
"Dilarang menghina rambut keriting. Sampai jodoh lu cowok kribo, baru tau rasa," tandas Kara.
Pas lagi ribut-ributnya Kara sama Dizi, Kai pilih melipir ke kelas tanpa pamit, bahkan tanpa suara. Terserah, deh, kalau mereka mau lanjut debat sampai besok. Asal tidak usik Kai, dia tidak akan ikut campur.
Aman, Kai sudah bisa duduk di barisan paling depan dekat tembok--tempat favoritnya.
Tenang untuk beberapa saat, sampai terdengar lagi ....
"Kaaaaai!" Suara cemperengnya Dizi.
Baru juga kuping Kai lega sebentar, sudah peka lagi gara-gara dia. Sekarang Dizi malah berlari ke arahnya, tiba-tiba duduk di samping Kai tanpa minta izin. Terus dengan percaya dirinya mengeluarkan kotak bekal.
"Aku buatin salad sayur untuk kamu. Cobain, deh. Ada juga, yoghurt." Dizi mengeluarkan satu botol minuman rasa asam tersebut.
"Bisa geser dikit, nggak?"
Dizi berjengit ketika tiba-tiba dia disuruh bergeser. Hari ini dia tidak pakai parfum Strawberry yang biasanya Kai protes karena baunya terlalu menyengat dan mirip aroma toilet. Makanya Dizi ganti dengan wangi Jasmine yang lebih kalem.
"Hari ini aku tuh nggak pakai parfum strawberry, loh," ujar Dizi dengan manja.
"Bukan masalah parfum." Kai memiringkan badan sedikit untuk melihat Dizi. "Gigi depan kamu gede banget, bikin silau."
Tanpa sadar Dizi mengabsen giginya sendiri dengan lidah. Ya memang, dia punya gigi kelinci yang lumayan besar. Tapi, kata orang-orang itu kelihatan imut. Buktinya, di Jepang malah trend para gadis operasi gigi mereka supaya kelihatan besar seperti ini.
"Oh ya, Satu lagi. Kalau bukan lulusan Cordon Bleu jangan coba-coba masakin makanan buat saya karena saya nggak biasa makanan kayak begini, kecuali ibu saya yang buat"
Kai mendorong kotak bekal yang tadi diberikan Dizi. "Ambil lagi. Kasih ke Kara atau yang lain aja."
Dizi memegang kotaknya. "Pura-pura terima aja, apa susahnya, sih?"
"Kita tuh temen juga dari jaman sekolah, masa cuma ambil makanan ini aja nggak mau." Pasang wajah sedih si Dizi. Efeknya, Kai jadi merasa bersalah. Mungkin lidah dia yang tidak bertulang itu sudah keterlaluan menghina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexy Romance
RomancePINDAH EKSLUSIF KE JOY LADA Ketika Ran gagal mewujudkan cita-cita Pramulya, ternyata Kai yang kena getahnya. Pramulya janji, kalau cucu pertamanya itu gagal mewujudkan cita-cita kakeknya dan berkelakuan sama seperti papanya, dia bakal dicoret dari d...