14||Praktik Suami Siaga

1.4K 79 35
                                    

Masa kayak gini, dibilang mau maling motor?😰😰😰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masa kayak gini, dibilang mau maling motor?😰😰😰

Kericuhan yang belakangan ini Kai rasakan adalah Mora yang makin stres kelakuannya, Raka yang mengusir dan mengancam tidak segan-segan melaporkan ke polisi kalau masih terus mengganggu adiknya, dan juga Kara yang ikut campur dengan bilang kalau berita soal kehamilan Mora sama sekali tidak benar.

Belum lagi masalah Dizi yang kemarin kamu ajak makan malam bersama tapi ditolak mentah-mentah olehnya dan dengan gamblang Kai mengatakan mulai sekarang dia tidak bisa lagi dekat dengan perempuan lain karena sudah mau punya anak.

Dizi langsung menangis di telepon. Bagaimana bisa, Kai punya anak padahal belum menikah?

Dizi yakin semua itu cuma kita akal-akalan dari perempuan ganjen yang mau dapatkan Kai.

Sebagaimana yang mereka katakan sebelumnya bahwa semua itu hanyalah fitnah, Kai mempertahankan dirinya bahwa itu sama sekali bukan berita bohong. Dia yakin sudah berbuat tidak senonoh pada Mora meski dalam keadaan tidak sadar.

Dizi tidak rela Kai bersama perempuan lain, katanya dia tidak bisa hidup tanpa Kai.

Sepertinya, itu dusta. Komponen-komponen yang dibutuhkan untuk hidup seperti; makanan, air, dan udara nyatanya tidak diproduksi oleh tubuh Kai. Berarti dia masih bisa hidup tanpa Kai.

¤◆¤

Kai menunggu Mora selesai bekerja.

Dia super sibuk ternyata. Pagi di laundry, siang antar makanan,  malam di restoran Ayam goreng cepat saji.

Kasihan. Kerja keras bagai kuda, tapi ... tidak kaya-kaya.

"Mo?"

Mora langsung mendelik. Dari tadi dia sibuk merapikan sling tas sampai tidak memperhatikan Kai ada di depannya.

Mencebik, Mora pilih langsung naik motor.

"Mo!" Kai mencegah.

Merasa lelah bekerja seharian Mora tidak punya tenaga sama sekali untuk mengusir Kai.

"Kamu ngapain nongol lagi di sini? Mau ganggu, hah!"

Kai lihat wajah Mora yang sudah kusam dan tampak sangat lelah. "Kamu kerja seharian kayak gini, nggak capek apa?"

"Ya,capek, lah!" Dasar ganteng ganteng oon. Namanya orang kerja pasti capek. Begitu saja masa ditanya.

"Habis ini mau ke mana lagi?"

"Pulang, mandi, terus rebahan," jawab Mora ketus.

Kai dekati Mora menarik kerah bajunya sampai memekik. Hampir saja dia jatuh dari motor. Anti minstream sekali kelakuannya.

Begitu ada ruang untuk duduk, Kai langsung menempelkan bokong di sana.

"Pegangan," pinta Kai.

"Pegangan apanya!" Mora kesal.

"Apa aja yahg bisa dipegang, biar nggak jatoh."

Rasanya Mora mau jedutin kepala dia yang lagi pakai helm ke kepala Kai yang polos itu.

"Aku mau pulang, ini!"

"Saya antar." Kai seakan tidak peduli sama Mora yang sudah mencak-mencak di belakangnya. "Kamu sudah kecapean, biar saya yang bawa motor."

Mora turun dari motornya, tidak mau berboncengan dengan Kai. Bukan mau jual mahal, tapi dia takut diculik ke dokter kandungan terus disesar tiba-tiba saking penasarannya ada bayi apa tidak di dalam perut Mora.

"Kalau enggak mau naik." Kai mulai mengancam, "motor kamu saya bawa. Terus, saya jual ke tukang loak."

"Itu namanya kamu maling motor!"

"Nggak apa-apa. Paling juga dituntut untuk ganti.  Nanti saya ganti mobil. Tinggal pilih mau pakai mobil tipe apa."

Oke. Sepertinya Mora memang besok harus ke dokter kandungan untuk USG. Nanti hasilnya kasih ke Kai biar percaya.

"Naik, Mo. Saya nggak mau kamu kecelakaan."

"Sembarangan aja kamu ngomong! Seumur hidup aku bawa motor belum pernah ya ada kecelakaan, selalu hati-hati!"

"Udah, awas sana!"

Kai bertahan meskipun Mora terus mendorong untuk turun dari motor.

"Kamu nggak bisa hargain sedikit perhatian saya, Mo?" Mora diam sejenak mendengar penuturan Kai. "Satu jam saya nunggu kamu di sini. Merasa bersalah karena kamu harus kerja seharian, sementara saya cuma duduk di kelas. Cuma fokus ke pelajaran sedang kamu dan calon anak kita mati-matian cari nafkah sendiri."

Mora sampai mengerjap. Ini area parkir, ada banyak orang yang lalu-lalang, masa iya mereka mau membahas masalah pribadi di sini.

"Aku harus bilang pakai cara apa lagi, supaya kamu percaya--"

"Mo!" Kai menyela. "Bahas masalah berat-berat besok aja, ini udah malam. Ayo pulang, kamu butuh istirahat."

"Nanti kamu sakit, Mo," pungkas Kai.

Eits, perasaan apa ini?

Masa ada sesuatu yang berdenyut di dada Mora. Telan dulu ludah, bernapas. Ini hanya fatamorgana. Pasti Mora cuma kelelahan sampai tadi berpikir Kai umhh ... kayak suami idaman.

"Atau, kita naik mobil, biar motor kamu dibawa Om Bimo. Tuh!" Kai memicingkan dagunya. "Sopir saya nunggu di dalam mobil. Pilih, lebih enak yang mana."

Pilihan yang sulit. Kalau Mora pilih naik mobil bareng sopirnya Kai, Nanti motornya beneran diloakin. Tapi, kalau pilih naik motor berboncengan dengan Kai, dia takut jadi baper.

Perasaan adalah sesuatu yang mudah berubah. Dari cinta jadi benci, benci jadi cinta. Dalam beberapa detik bisa terbolak-balik. Masalahnya, Mora yakin Kai tidak pernah benar-benar suka dengan dia. Semua cuma salah sangka soal dia mengira ada anak di antara mereka.

Seandainya fakta nanti terungkap, Kai pasti pergi. Dan, patah hati tidak ada dalam list kehidupan Mora. Lagi pula, sudah sejak satu tahun belakangan dia menargetkan Orion sebagai calon masa depannya.

"Aku teriak kamu maling, nih!" Mora sudah ancang-ancang akan ambil nada tinggi biar sekali teriak langsung mengundang ribuan massa.

"Jangan teriak-teriak, Mo. Buang-buang tenaga. Mereka juga nggak akan percaya kalau saya maling."

Eh, dia benar juga. Mana ada maling pakai kaus branded, kulitnya bening, dan juga cakep begini.

Tidak akan kelar!

Mora langsung mencopot helmnya lalu memasangkan ke kepala Kai. Dia berjengit ketika Mora duduk di belakang.

"Kamu pakai helm biar aman."

"Terus, kamu gimana?" Kai mau membuka helmnya untuk dipasangkan lagi ke kepala Mora.

Mora tahan dia. "Dengerin, ya. Kalau aku lecet paling juga berobat ke puskesmas sembuh. Tapi, kalau kamu yang lecet nanti aku dituntut ganti rugi besar. Udah kamu aja yang pakai!"

"Mo--"

"Kalau nggak mau, aku turun, nih!"

Kai tersenyum tanpa sebab bikin Mora mendengkus kesal.

"Jadi anterin apa nggak, nih?"

"Jadi," katanya segera hadap depan menyalakan kontak lalu tancap gas.

🍁🍁🍁

Mora mending USG apa nggak usah?
😈

Sexy RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang