06

7.1K 521 16
                                    

"Ngantin yok Mel, Cal," ajak Gia.

"Males gua," jawab Calista kemudian memainkan HPnya. Gia pun langsung menatap Mella.

"Kalian duluan aja, entar gue susul, tanggung kurang dua halaman lagi," sahut Mella tanpa mengalihkan pandangannya dari novel yang ia baca.

"Oh yaudah, gue duluan. Yok Nad, Nga," akhir Gia mengajak Nada dan Angga. Mereka bertiga pun langsung ngecir ke kantin.

Kini di kelas hanya ada Calista dan Mella, setelah kuis yang susahnya nauzubillah itu selesai, semua penghuni kelas langsung keluar untuk menenangkan pikiran masing-masing sambil menunggu makul kedua dimulai.

Mella menutup novelnya, semua dari isi cerita novel itu sudah ia baca, dan endingnya pun sangat membagongkan, masa' iya tokoh utamanya mati gantung diri gara-gara di putusin pacarnya. Jujur Mella nyesel udah baca novel itu, tapi  nggak sepenuhnya nyesel sih, karena ada hikmah di balik cerita itu.

Brak

Jantung Mella serasa mau copot. Tatapan tajamnya langsung terarah ke tempat adik iparnya duduk yang tempatnya di sampingnya.

"Ngapin Cal kok gebrak meja sih?" Tanya Mella tak suka.

"Gue bosen Mbak, bosen. Bosen. Bosen." Sahut Calista kemudiam membenamkam kepalanya di lipatan tangannya yang ia taruh di atas meja.

"Ya nggak gitu juga kali Cal, bikin orang mau jantungan tau gak!"

Calista bergeming tak jelas di lipatan tangannya, Mella langsung mengedikkan bahunya.

"Mau ikut ke kantin nggak?"

"Enggak Mbak, males gue."

"Yaudah gue kekantin dulu."

"Jangan lama-lama," pinta Calista lirih.

"Hmm," sahut Mella kemudian bangkit dari duduknya lalu mengayunkan kakinya keluar kelas menuju kantin.

"Cantik," ucap seseorang pria yang tak lain dan tak bukan adalah Adit, si buaya yang selalu memberikan gombalan kepada Mella.

Mella memutar bola matanya malas, kemudian melanjutkan langkah kakinya yang sempat terhenti.

"Eh kok nggak di sahut sih. Cantik mau kemana!" Teriak Adit yang sudah jauh di belakang sana. Mella tak memperdulikan teriakan itu, buang-buang waktu saja jika menganggapnya, yang ada nanti bisa-bisa dirinya di cincang sama Raynand.

Jarak langkahnya dengan pintu kantin mungkin tinggal 5 meter lagi. Namun Mella menautkan alisnya, seperti ada yang familiar di pendengarannya, tapi Mella langsung menggelengkan kepalanya cepat. Nggak mungkin dia bisa disni.

"Papa, papa El ndak mau sotonya papa, El mau bakso kayak punya Om Dion,"

Oh shit! Mengapa suara yang sangat familiar itu terdengar nyaring di telinganya. Mella pun langsung menatap keseluruh penjuru kantin.

Oh no! Mella langsung membulatkan matanya. Mengapa dia bisa disini, dengan cepat pula Mella membalikkan badanya kemudian melangkahkan kakinya setengah berlari kembali menuju kelas.

Sesampainya di kelas, Mella langsung duduk ditempatinya kembali dengan nafasnya yang terengah-engah.

Calista merasa heran, ia menatap Mella dengan tatapan mengintimidasi, "Kenapa Mbak? Kayak orang kesetanan aja?"

"Nggak papa," sahut Mella kemudian mengusap wajahnya kasar.

"Ihh Mbak Mel, ayolah jawab, ada apa sihh?" Tanya Calista yang sudah di penuhi rasa penasaran.

"Nggak papa Cal."

"Ck, Mbak lo sadar nggak sih. Lo itu hari ini berubah tau nggak, perasaan dari tadi lo diem mulu, sampe-sampe dosen aja kena imbas diemnya elo. Terus kenapa nih, tadi kayak orang di kejar hantu aja. Ada apa sih Mbakk... ck Mbak Mella udah nggak asik ih, main ragasia-rahasiaan sama Cal," ucap Calista kemudian menyedakapkan tangannya, lalu merubah posisi duduknya membelakangi Mella.

Raynand's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang