11

7.2K 550 118
                                    

Setelah lupa arah, akhirnya bisa kembali juga.
Maaf lama nggak update. 😭🙏
Semoga nyambung, semoga suka. Happy reading.

Setelah makul kedua selesai, Mella langsung keluar kelas meninggalkan teman-temannya termasuk dengan Calista, hanya satu yang ia tuju, yaitu ruangan suaminya. Sebenarnya Mella tadi pamit ke perpustakaan, namun itu hanya alibinya saja agar semua kawanya tak mengetahui kebenaran dirinya.

Entah mengapa, Mella merasa rindu, padahal terakhir bertemu tadi pagi waktu hendak berangkat kuliah.

Sesampainya di depan ruangan, Mella membuka pintunya perlahan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, dan ini sudah menjadi kebiasaanya, Raynand pun tak mempermasalahkan hal tersebut.

Ketika dirinya sudah berada di dalam ruangan, Mella menutup pintunya, takut-takut ada orang yang melihat dirinya bermesra dengan sang suami, sungguh Mella belum siap memublikasikannya.

"Sayang," panggil Mella sambil nyengir bak anak kecil.

Raynand yang sedang berkutat dengan laptop di hadapannya pun menatap ke arah Mella yang saat ini masih berdiri di depan pintu. Raynand tersenyum manis kemudian melepas kaca mata anti radiasinya.

"Tumben kesini Mah, kan masih ada satu makul lagi," ujar Raynand heran.

"Kangen hehehe," ucapnya manja.

"Jangan panggil Mama dong Mas kalo nggak ada El, berasa tua banget aku tuh. Padahal masih kinclong imut-imut gini," timpal Mella tak suka, kemudian melangkahkan kakinya mendekati kursi yang berada di hadapan Ray lalu mendudukinya.

Raynand tersenyum remeh, "Tapi kamu juga udah jadi ibu Mel, ya gapapa dong kalo aku panggil Mama."

Mella langsung menatap Raynand malas, "Nggak ada romantis-romantisnya jadi orang." Ujarnya kesal kemudian memonyongkan mulutnya.

"Minta dicium?" Ujar Ray tiba-tiba, Mella langsung menyernitkan mata.

"Idih siapa juga yang minta di cium, aku aja cuma ngatain kamu nggak romantis, kok kamu malah tanya gitu. Emang kalo kamu cium aku jadi romantis gitu?"

"Enggak."

"Terus?"

"Ya aku mau cium kamu karena mulut kamu minta di cium."

"Eh kapan, aku aja nggak minta!"

"Lah itu ngapain di monyong-monyingin gitu? Kayak bebek mau nyosor aja!"

Mella langsung menatap Ray tajam, setelahnya ia mengambil sebuah kertas kemudian ia remas-remas hingga menjadi bola, dan Mella pun langsung melemparkan bola kertas itu ke wajah Raynand.

"Kamu itu ya Mas! Kapan romantisnya sih! Kalo istri datang tuh di sambut manis gitu loh, jangan malah bikin kesel. Tadi aku kesini niatnya mau manja-manja eh yang aku dapet malah apa!" Gerutu Mella kesal.

Raynand terkekeh, "udah jangan marah-marah entar cepet tua sayang."

"Tua itu pasti!" Sahutnya.

Raynand masih terkekeh, entah mengapa, membuat istrinya kesal seperti ini menjadi kesenangan tersendiri baginya. Namun, jika Mella marah beneran, lalu mendiamkannya berjam-jam, baru hati Ray ketar-ketir mencari solusi buat membujuk Mella. Aneh memang. Suka buat marah, tapi sekalinya marah beneran, takut. Dasar!

"Mass..." Mella merengek, kamudian tangannya terulur untuk mengapai dasi Ray, kemudian memainkannya.

"Apa sayang?" Tanya Ray lembut. Mella hanya diam saja dengan mulut cemberut.

"Kamu mau apa hm? Udah makan belum? Kalo belum kita deliv mau ga?" Mella menggeleng.

"Terus kamu mau apa sayang?"

Raynand's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang