(1) Auristela Lauria

53 25 1
                                    

Auristela Lauria merupakan gadis berusia delapan belas tahun, memiliki paras cantik dan kehidupannya nyaris sempurna. Dengan kekuatannya yang berjumlah lima belas elemen, Auristela dapat melakukan apa saja yang ia inginkan. Segalanya akan terlihat mudah jika mengangkat telapak tangannya, maka keinginannya itu akan terwujud.

Namun satu kekurangannya, ia adalah pribadi yang pemalas. Kesenangannya hanya rebahan diatas kasur. Baginya, rebahan itu adalah hal yang luar biasa daripada harus beraktivitas banyak. Seperti saat ini, Auristela masih asyik bergelung dengan mimpinya dan tiba-tiba matanya terbuka, menyadari akan sesuatu.

Sekarang jam 9. Dan itu adalah pertanda buruk. Jam dimulainya akademi yaitu jam 8. Itu berarti Auristela melewatkan satu jam akademinya. Auristela memang orang yang malas, namun jika mengenai keterlambatan kehadiran dan kecilnya nilai akademi, tentu saja Auristela akan panik. Selain itu juga, Auristela menjabat sebagai Reigne di akademinya. Jadi Auristela memiliki tanggung jawab besar selama disana.

Menatap kesal Mamanya yang tengah menonton tv di ruang tamu. Mamanya terlihat santai-santai saja, padahal anaknya sedang dilanda kebakaran. "Kenapa Mama tidak membangunkan aku?" tanya Auristela sudah mengenakan seragamnya.

"Tadi sudah. Tapi kaunya tidak bangun-bangun. jadinya Mama tidak meneruskan untuk memanggilmu. Mungkin saja nanti ada gempa membantu Mama untuk membangunkan kau."

Auristela tidak menjawab. Ia masih mengenakan ikat pinggangnya.

Butuh sepuluh detik untuk bertanya kembali. "Dimana kaos kakiku!?" Panik, menyadari jika kaus kakinya tidak ada di perlengkapan akademi miliknya. Padahal baru saja Auristela hendak mengenakan sepatunya.

"Bukannya ada ditempat tidurmu?"

Mendengar itu, Auristela langsung berlari ke kamarnya. Mengambil kaus kaki. Kemarin Auristela kelelahan karena pulang sore dari akademi, lalu Auristela tertidur terlelap tanpa menyadari kaus kakinya ikut tidur bersama.

Nah, sekarang Auristela pikir semua yang dikenakannya sudah lengkap. Auristela berjalan ke Mamanya, lalu menyodorkan tangannya bermaksud salim.

Bukannya membalas uluran tangan Auristela, Mamanya justru bertanya, "Ett... tunggu sebentar. Dasinya kok tidak dipakai?"

Auristela menurunkan tangannya. Menepuk keningnya. "Oh iya, lupa!" Gadis itu kembali lagi bergegas ke kamarnya, mengambil dasi. Ia tadi sempat melihatnya, namun lupa terbawa akibat rasa paniknya yang meronta-ronta.

Setelah mengenakan dasi, Auristela kembali berdiri dihadapan Mamanya.

"Nah, ini sudah lengkap. Berangkat ya, Ma!"

"Dimana topimu? Kau tidak memakai topi?" tanya Mamanya membuat Auristela melototkan matanya. Ternyata ada yang kelupaan lagi.

"Oh iya!" Auristela mengambil kembali alat-alat perlengkapan akademi. Tidak butuh waktu lama menemukannya, Auristela langsung memakai topi tersebut di kepalanya.

Seragam sudah rapi. Dasi dan topi sudah dikenakannya. Buku serta perlengkapan alat tulis sudah berada didalam tas ranselnya. Tersenyum cerah. Akhirnya tidak ada lagi yang kelupaan.

Mamanya menahan tawa melihat kecerobohan anaknya. Auristela akan menjadi sosok ceroboh, jika disituasi paniknya. Makanya jika ada sesuatu yang terjadi menimpanya, Auristela harus berpikir tenang agar dapat berkonsentrasi dengan baik.

"Sudah lengkap semuanya?" Mama menatap Auristela sembari memicingkan matanya. Mengamati dari bawah hingga atas kepala Auristela.

"Sudah. Aku sudah memeriksanya dengan benar," jawab Auristela. Ia menghembuskan napasnya. Entah kenapa segala sesuatu hari ini terasa sangat rumit dan menyebalkan.

Sakura Academy (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang